Ilmuwan Ciptakan Robot Terbang Mirip Burung
Burung memanfaatkan tenaga besar yang dihasilkan oleh kaki mereka untuk melompat ke udara dan mulai terbang. Ilmuwan mencoba terapkannya.
Ilmuwan dari Institut Teknologi Federal Swiss di Lausanne (EPFL), Won Dong Shin bersama rekan-rekannya membuat sebuah robot terbang memiliki baling-baling bernama Raven. Robot ini bisa berjalan, melompat, dan meloncat ke udara untuk mulai terbang dengan kaki yang meniru cara kerja dari kaki burung.
Burung sendiri memanfaatkan tenaga besar yang dihasilkan oleh kaki mereka untuk melompat ke udara dan mulai terbang. Namun, menciptakan robot yang bisa menahan percepatan dan kekuatan hebat yang terlibat dalam proses ini terbukti sulit.
-
Bagaimana robot anjing belajar melukis? Pilat mengajari robot anjing untuk memegang kuas di “mulut” mereka dan menggerakkannya melintasi kanvas besar menjadi sebuah seni abstrak. Mereka menggunakan sensor, kamera, dan kecerdasan buatan untuk memahami dan menavigasi lingkungan sekitar.
-
Apa yang dilakukan robot ini? Selain mengemudikan robot, implan otak dapat membantunya menghindari rintangan, melacak target, dan mengatur penggunaan lengannya untuk menggenggam sesuatu.
-
Bagaimana robot itu 'bunuh diri'? Penduduk setempat bahkan mengatakan robot itu melompat ke bawah. Meskipun alasan perilaku robot tidak diketahui, hal ini sedang diselidiki.
-
Bagaimana robot gajah itu bergerak? Meskipun hanya merupakan replika mekanis, Mechanical El mampu menampilkan gerakan yang menyerupai gerakan gajah sungguhan, mulai dari langkah-langkah lamban hingga gerakan kepala yang realistis.
-
Apa yang membuat robot bisa berjalan seperti manusia? Analisis intensif terhadap sirkuit saraf ini, khususnya yang mengendalikan otot-otot pada fase mengayun kaki, mengungkap elemen penting dari strategi efiisiensi energi.
-
Bagaimana cara para ilmuwan melatih cacing robot tersebut? Dalam studi ini, para peneliti melatih AI untuk mengarahkan cacing Caenorhabditis elegans sepanjang satu milimeter menuju tambalan Escherichia coli di sebuah piring berukuran empat sentimeter.
“Kendaraan sayap tetap, seperti pesawat terbang, selalu membutuhkan landasan pacu atau peluncur, yang tidak ditemukan di mana-mana. Kendaraan ini benar-benar membutuhkan infrastruktur khusus agar pesawat dapat lepas landas,” kata Shin, dikutip dari New Scientist, Jumat (6/12).
“Namun, jika Anda melihat burung, mereka tinggal berjalan-jalan, melompat, dan lepas landas. Bagi mereka, itu cukup mudah. Mereka tidak memerlukan bantuan eksternal apa pun," tambahnya.
Berbeda dengan kaki burung asli yang memiliki sendi di pinggul, lutut, dan pergelangan kaki, kaki Raven hanya memiliki dua sendi di pinggul dan lutut yang digerakkan oleh motor.
Setiap kaki juga dilengkapi dengan pegas yang bisa menyimpan dan melepaskan energi elastis. Dengan menggunakan lebih sedikit komponen, Shin dan timnya berhasil menjaga berat Raven sekitar 600 gram, setara dengan berat burung gagak.
Dalam uji coba di dalam ruangan, Raven bisa melompat hampir setengah meter ke udara dengan kecepatan 2,4 meter per detik, yang setara dengan kecepatan burung seukuran yang sama. Pada ketinggian tersebut, baling-baling mulai berfungsi.
- Pakai Robot Bawah Laut, Ilmuwan Temukan Kawah Sebesar Lapangan Sepak Bola Muncul di Lapisan Es Samudera Arktik
- Ilmuwan Jepang Buat Robot Bisa Tersenyum, tetapi Senyumannya Malah Bikin Takut
- 90 Tahun Lalu Ilmuwan Pernah Buat Robot yang Benar-benar Persis Gajah, Ini Wujudnya
- Dua Robot Dikerahkan, Kebakaran Gudang Peluru Kodam Jaya Dipadamkan Jam 03.45 WIB
Kemampuan untuk melompat ke atas dari mana saja bisa membuat Raven bermanfaat dalam misi bantuan bencana di mana drone bersayap tetap biasanya tidak bisa mendarat atau lepas landas, kata Shin. Namun, timnya masih perlu mengembangkan kemampuan Raven untuk mendarat dengan aman.
“Kami telah melihat banyak penelitian tentang robot terbang yang mendarat di tempat bertengger, tetapi sedikit yang fokus pada lepas landas dengan kaki,” kata Raphael Zufferey dari EPFL, yang tidak terlibat dalam proyek tersebut.
“Saya pikir kita akan melihat dua bidang, mendarat atau bertengger dan lepas landas, bergabung dalam satu platform. Kita bisa membuat robot-robot ini terbang, mendeteksi cabang, mendarat di sana, melakukan misi, lalu lepas landas lagi,” tutupnya.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia