Ilmuwan Temukan Alasan Manusia Simpan Ingatan yang Paling Menjijikan
Para ilmuwan telah menemukan alasan mengapa manusia menyimpan ingatan yang menjijikkan.
Para ilmuwan telah menemukan alasan mengapa manusia menyimpan ingatan yang menjijikkan.
Ilmuwan Temukan Alasan Manusia Simpan Ingatan yang Paling Menjijikan
Para ilmuwan telah menemukan alasan mengapa manusia menyimpan ingatan yang menjijikkan.
Penelitian menunjukkan bahwa ingatan yang menyebabkan perasaan jijik sering kali terkait dengan indra penciuman, rasa, dan sentuhan yang secara alami bertujuan melindungi dari penyakit.
-
Mengapa para ilmuwan mengumpulkan otak-otak manusia yang diawetkan? Penelitian ini memiliki potensi untuk memberikan wawasan yang sangat berharga tentang sejarah dan evolusi manusia, serta memperluas pemahaman kita tentang berbagai aspek biologi dan kesehatan manusia.
-
Bagaimana cara para ilmuwan mengumpulkan otak-otak manusia yang diawetkan? Tim peneliti yang dipimpin Alexandra Morton-Hayward dari Universitas Oxford meninjau literatur ilmiah dan menghubungi arkeolog di seluruh dunia. Mereka berhasil mengumpulkan lebih dari 4.400 otak manusia yang diawetkan dari 213 sumber yang berbeda di semua benua kecuali Antartika.
-
Kenapa Lampor Opak mencari manusia? Saat itu, ada mitos lain bahwa tidak boleh menyebut nama "lampor" saat masih berada di luar rumah. Sang nenek bercerita kalau prajurit Kraton itu suka mencari manusia untuk dijadikan prajurit tambahan.
-
Bagaimana para ilmuwan meneliti lukisan gua tersebut? Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh arkeolog Indonesia Adhi Augus Oktaviana menggunakan teknik yang disebut pencitraan seri U ablasi laser, yang menurut mereka dalam penelitian tersebut adalah “aplikasi baru dari pendekatan ini”.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di dalam jaringan otak manusia? Dilansir Smithsonian, Rabu (18/9), ilmuwan telah menemukan polutan kecil di jaringan otak, khususnya bulbus olfaktorius yang terletak di atas hidung.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
Mengutip Indy100 & Newsweek, Senin (25/3), para peneliti di Macquarie University di Australia dan Karolinska Universitet di Swedia telah mengungkap bahwa sensasi-sensasi sensorik ini memicu rasa jijik yang kuat.
Pada gilirannya membantu mendukung sistem kekebalan fisiologis manusia.
Mereka melakukan studi dengan melibatkan 216 mahasiswa yang diminta untuk mengisi dua survei dengan selang waktu seminggu.
Sedangkan pada survei kedua, 89 siswa diminta untuk mengingat pengalaman serupa yang terjadi dalam seminggu terakhir.
Setelah itu, mereka diminta untuk menilai seberapa besar kontribusi masing-masing indera (penciuman, rasa, sentuhan, penglihatan, atau suara) terhadap pengalaman yang menyebabkan perasaan jijik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman yang paling sering dihubungkan dengan perasaan jijik adalah terkait dengan indra penciuman, rasa, atau sentuhan yang juga dikenal sebagai indera 'proksimal'.
Dari sinilah para peneliti berteori bahwa perasaan jijik membantu melindungi sistem kekebalan tubuh dengan membuat kita enggan terhadap sumber infeksi, sehingga kita dapat menghindarinya.
Michael de Barra, seorang psikolog di Brunel University London yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, menjelaskan tentang peran perasaan jijik dalam psikologi evolusioner.
Menurutnya, dari sudut pandang evolusi, perasaan jijik memiliki fungsi utama untuk mencegah infeksi. Hal tersebut merupakan respons alami untuk menghindari hal-hal yang berpotensi menyebabkan penyakit.
Dalam konteks tersebut, isyarat penciuman, rasa, dan sentuhan mungkin menjadi pemicu perasaan jijik yang lebih kuat karena patogen dan racun cenderung masuk ke dalam tubuh melalui saluran hidung, mulut, atau kulit.