Arkeolog Temukan Mata Panah Berusia Hampir 3000 Tahun, Asal-Usulnya Bukan dari Bumi
Mata panah ini ditemukan di sebuah danau di Swiss.
Arkeolog Temukan Mata Panah Berusia Hampir 3000 Tahun, Asal-Usulnya Bukan dari Bumi
Arkeolog Temukan Mata Panah Berusia Hampir 3000 Tahun, Asal-Usulnya Bukan dari Bumi
Peneliti menemukan satu mata panah di Swiss. Uniknya, senjata kuno ini terbuat dari besi yang dibuat dari batu meteor.
Dalam laporan penelitiannya, penulis menjelaskan bagaimana mereka menelusuri koleksi arkeologi di Danau Biel, tempat mereka menemukan mata panah ini. Mata panah ini beratnya 2,9 gram dan panjang 39,3 milimeter. Dikutip dari IFL Science, senjata ini berasal dari tempat tinggal Zaman Perunggu yang disebut Mörigen, yang eksis antara tahun 900 dan 800 SM.
-
Kapan artefak kuno ini ditemukan? Pada tahun 1990 hingga 2000 batu-batu pipih dengan sudut runcing ditemukan di Kastil Iwatsuki dan markas administrasi Owada jin’ya di Saitama, Jepang.
-
Dimana penemuan artefak kuno terjadi? Seorang petani secara tidak sengaja menemukan harta karun langka ketika sedang membersihkan batu di ladangnya di Lubusz, Polandia.
-
Siapa yang menemukan artefak kuno itu? Topeng ini ditemukan Unit Anti-Perampokan di Badan Purbakala Israel (IAA) dan dipindahkan ke Departemen Arkeologi Administrasi Sipil di Yudea dan Samaria (Tepi Barat) untuk dipelajari lebih lanjut.
-
Dimana artefak kuno itu ditemukan? Para arkeolog maritim dari Universitas Bournemouth Inggris menemukan dua lempengan berukir salib dari abad pertengahan di dasar Teluk Studland, telah ada disana selama hampir 800 tahun.
-
Di mana artefak kuno ini ditemukan? Pada tahun 1990 hingga 2000 batu-batu pipih dengan sudut runcing ditemukan di Kastil Iwatsuki dan markas administrasi Owada jin’ya di Saitama, Jepang.
-
Dimana artefak kuno ini ditemukan? Artefak kuno ini ditemukan di selatan Aswan, terletak di daerah yang dilanda banjir karena pembangunan Bendungan Tinggi Aswan antara tahun 1960 dan 1970.
Dikutip dari IFL Science, senjata ini berasal dari tempat tinggal Zaman Perunggu yang disebut Mörigen, yang eksis antara tahun 900 dan 800 SM.
Foto: Thomas Schüpbach/Journal of Archaeological Science
Kandungan meteor dalam besi mata panah ini dikonfirmasi oleh keberadaan isotop aluminium-26, yang hanya terdapat pada objek yang berasal dari luar atmosfer bumi.
Paduan besi dan nikel tertentu yang hanya terjadi pada meteorit juga terdeteksi di mata panah ini.
Residu yang ditinggalkan oleh perekat kuno - kemungkinan besar tar birch - ditemukan pada artefak ini yang menunjukkan bahwa benda ini mungkin pernah dipasang ke porosnya. Namun, tidak jelas apakah senjata itu digunakan untuk berburu atau dalam pertempuran. Sumber: IFL Science
Mengingat Mörigen terletak kurang dari 8 kilometer dari lokasi meteorit Twannberg, batuan antariksa ini diduga sebagai sumber besi yang digunakan dalam mata panah kuno ini. Namun, setelah menganalisis temuan ini, para peneliti menemukan konsentrasi nikel dan germanium tidak cocok dengan meteorit Twannberg.Setelah diamati lebih dekat, ilmuwan menyatakan senjata itu ditempa dari sejenis batuan luar angkasa yang disebut meteorit IAB, sedangkan komposisi mineralnya menunjukkan bahwa benda langit tersebut memiliki massa pra-atmosfer setidaknya dua ton.
“Di antara meteorit IAB besar dari Eropa, tiga memiliki komposisi kimia yang konsisten dengan mata panah Mörigen: Bohumilitz (Republik Ceko), Retuerte de Bullaque (Spanyol), dan Kaalijarv (Estonia),” tulis para peneliti. Dari ketiga meteorit tersebut, hanya Kaalijarv yang berasak dari Zaman Perunggu, sehingga paling mungkin mata panah tersebut terbuat dari meteorit jenis ini. Sumber: IFL Science
Mengingat bahwa Mörigen kira-kira 1.600 kilometer (1.000 mil) dari Kaalijarv, para peneliti mengatakan temuan mereka "menunjukkan bahwa meteorit besi digunakan dan diperdagangkan pada 800 SM (atau sebelumnya) di Eropa Tengah."