Bukan Dilempar, Arkeolog Ungkap Cara Manusia Purba Berburu Mamut dan Mastodon dengan Tombak
Temuan ini berbeda dari perkiraan sebelumnya, yang menyebut tombak digunakan sebagai senjata lempar.
Penelitian baru mengungkapkan bagaimana manusia purba di Amerika Utara memburu gajah purba atau mamut hingga hampir punah dengan menggunakan tombak. Tombak tidak dilempar ke sasaran, melainkan tombak ditanam di tanah.
Temuan ini berbeda dari perkiraan sebelumnya, yang menyebut tombak digunakan sebagai senjata lempar, demikian dikutip dari The Independent, Kamis (22/8).
-
Bagaimana manusia purba berburu mamut? Bukti baru menunjukkan bahwa manusia pemburu menggunakan perangkap, seperti yang ditemukan di dua lubang perangkap di Meksiko, untuk memisahkan mamut dari kawanannya, membuat mereka menjadi mangsa yang lebih mudah.
-
Bagaimana manusia purba berburu? Berlari lebih cepat dari kejaran mangsa merupakan metode berburu yang efisien bagi manusia purba dan metode ini juga masih digunakan hingga saat ini, menurut laporan etnografi.
-
Dimana Neanderthal ditemukan berburu mamut? Arkeolog telah menemukan banyak tulang hewan yang telah dipotong di berbagai bagian Eurasia yang dihuni oleh Neanderthal jauh sebelum kedatangan Homo sapiens.
-
Mengapa manusia purba berburu unta raksasa? Salah satu tulang menunjukkan tanda-tanda pembantaian oleh manusia, kemungkinan besar diambil untuk memanfaatkan sumsum yang kaya protein, dan 'hyena menggerogotinya'.
-
Bagaimana cara peneliti menentukan jenis senjata yang digunakan manusia purba? Untuk mencoba dan merekonstruksi cara penggunaan proyektil ini, para peneliti menganalisis sifat balistik lebih dari 500 mata panah Paleolitikum dari 25 situs berbeda di Eropa utara, yang berasal dari antara 14.700 dan 11.700 tahun yang lalu.
-
Siapa yang menemukan spesies manusia purba ini? Penemuan ini diumumkan oleh ilmuwan dari Akademi Sains China dan beberapa universitas di China, serta ilmuwan dari Pusat Penelitian Nasional Evolusi Manusia di Spanyol.
Di antara artefak yang paling sering digali dari situs arkeologi di Amerika Utara sejak 13.000 tahun yang lalu adalah Clovis, yaitu ujung runcing yang dibuat dengan membentuk batu seperti rijang, batu api, atau jasper.
Senjata khusus tersebut berukuran mulai dari ibu jari manusia sampai seukuran ponsel. Mereka memiliki tepi yang tajam dan jelas dengan lekukan bergalur di dasarnya.
Ujung Clovis ditemukan di situs Zaman Es di Amerika, beberapa di antaranya bersarang di kerangka mamut. Bagaimana tepatnya manusia purba menggunakan senjata tajam ini telah menjadi bahan perdebatan.
Beberapa teori menyatakan, ujung Clovis ditempelkan pada tombak untuk menusuk mamut, sementara teori lain menduga bahwa ujung tersebut digunakan untuk mengais hewan yang terluka.
Namun, jumlah batu yang cocok untuk dijadikan tombak semacam itu terbatas, sehingga para menurut para ilmuwan, manusia purba tidak akan mengambil risiko melempar atau menggunakan senjata tersebut secara sembarangan. Eksperimen juga menunjukkan, tombak berujung batu yang ditembakkan ke mamut mungkin tidak terasa lebih dari tusukan jarum pada binatang yang beratnya bisa mencapai sembilan ton.
Lumpuhkan Mangsa Lebih Cepat
Studi baru, yang diterbitkan pada Rabu dalam jurnal PLoS One, menunjukkan bahwa para pemburu kemungkinan besar akan menempelkan tombak mereka ke tanah dan mengarahkan ujung Clovis ke atas, seperti tombak, untuk menusuk mamut yang sedang menyerang.
Teknik seperti itu populer dalam pertempuran untuk menghentikan kuda, tetapi tidak ada bukti bahwa teknik ini digunakan sebelum munculnya senjata logam. Para peneliti mengatakan kekuatan dari tombak yang ditanam ini akan mendorong tombak lebih dalam ke tubuh mangsanya, menyebabkan luka yang lebih parah.
Dalam studi tersebut, para ilmuwan meninjau anekdot sejarah tentang orang-orang yang berburu dengan tombak yang ditanam dan melakukan studi eksperimental terhadap senjata batu yang digunakan sebagai tombak.
Mereka membangun platform uji untuk menilai bagaimana sistem tombak bereaksi terhadap kekuatan simulasi hewan yang mendekat dan mengukur kekuatan yang dapat mereka tahan sebelum ujung Clovis patah.
Saat batu tajam yang dipasang pada sistem pemasangan tersebut menusuk seekor binatang, para ilmuwan menemukan bahwa ujungnya berfungsi seperti peluru berongga modern yang mampu menimbulkan “luka serius” pada mastodon, bison, dan kucing bertaring tajam.
Langkah Inovatif
“Desain kuno penduduk asli Amerika ini merupakan inovasi luar biasa dalam strategi berburu. Teknologi khas Pribumi ini memberikan gambaran tentang teknik berburu dan bertahan hidup yang telah digunakan selama ribuan tahun di sebagian besar dunia,” kata salah satu penulis studi, Scott Byram.
Para peneliti mengatakan ujung Clovis adalah bukti kecerdikan masyarakat Pribumi awal di Amerika Utara ketika hidup berdampingan dengan megafauna seperti mastodon dan mamut di bentang alam yang dingin.
"Berbeda dengan beberapa mata panah berlekuk, senjata ini lebih kuat. Dan mungkin juga digunakan untuk pertahanan," jelas Dr Byram.