Cincin Saturnus Lebih Muda Usianya dari Kehidupan di Bumi
Merdeka.com - Cincin planet Saturnus relatif masih seumuran bayi dalam skala kosmos, terbentuk kurang dari 400 juta tahun lalu, menurut penelitian baru. Perbandingannya, Saturnus sendiri berusia sekitar 4,5 miliar tahun dan kehidupan muncul di Bumi sekitar 580 juta tahun lalu.
Artinya, kehidupan di Bumi lebih tua dari cincin Saturnus.
Hal tersebut diungkapkan dalam penelitian terbaru yang diterbitkan jurnal Sciences Advances pada Jumat. Penelitian ini dipimpin ahli fisika Sascha Kempf dari Universitas Colorado Boulder, seperti dikutip dari The Jerusalem Post, Senin (15/5).
-
Apa yang ditemukan peneliti? Para peneliti menggambarkan spesies baru dari genus Calotes di Tiongkok selatan dan Vietnam utara.
-
Apa yang ditemukan oleh peneliti? Para peneliti yang dipimpin oleh Shuhai Xiao di Virginia Tech menemukan fosil spons laut berusia 550 juta tahun, menjelaskan kesenjangan 160 juta tahun dalam catatan fosil.
-
Kapan penelitian ini dipublikasikan? Dilansir dari Medical Daily, studi yang dipublikasikan di Nature Aging ini mengeksplorasi hubungan antara berbagai pola aktivitas fisik dengan risiko terhadap kondisi neurologis seperti penyakit Parkinson, demensia, stroke, serta gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
-
Apa yang ditemukan oleh para peneliti? Puluhan petroglief berusia ribuan tahun ditemukan terukir di atas bebatuan di balik semak-semak di daerah pedesaan di Tanum, Provinsi Bohusian, Swedia.
-
Apa yang ditemukan dalam penyelidikan? Media Fars yang berafiliasi dengan Pasukan Garda Revolusi melaporkan, sebuah penyelidikan menyiratkan Haniyeh dihantam rudal dan menyimpulkan Israel terlibat dalam aksi pembunuhan ini.
Sepanjang abad ke-20, para peneliti berasumsi cincin Saturnus setua planet tersebut. Namun kemudian muncul keraguan yang mempertanyakan ketepatan perkiraan tersebut salah satunya karena kebersihan cincin tersebut, yang tampaknya terbuat dari 98 persen es air alami dan hanya sedikit material bebatuan.
Tim yang dipimpin Kempf kemudian memutuskan meneliti akumulasi debu pada cincin tersebut untuk menghitung usianya. Butiran kecil material batuan mengalir melalui tata surya hampir secara konstan, meninggalkan lapisan tipis debu dalam beberapa kasus.
Kempf dan timnya memutuskan meneliti seberapa cepat debu di cincin Saturnus terbentuk, untuk menghitung usia cincin.
"Pikirkan cincin tersebut seperti karpet di rumah Anda," kata Kempf dalam rilisnya.
"Jika Anda punya karpet bersih yang digelar, Anda hanya perlu menunggu. Debu akan menetap di karpet Anda. Hal yang sama berlaku untuk cincin tersebut," paparnya.
Dari 2004 sampai 2017, peneliti menggunakan Cosmic Dust Analyzer pada pesawat luar angkasa Cassini NASA untuk menganalisis butiran debu di sekitar Saturnus. Pada 2017, pesawat tersebut sengaja ditabrakkan ke atmosfer Saturnus.
Ketika Cassini berputar di sekitar planet tersebut, Cosmic Dust Analyzer yang berbentuk seperti ember, mengumpulkan 163 butir yang berasal dari luar lingkungan terdekat planet. Debu ini memungkinkan para peneliti menghitung usia cincin pada beberapa ratus juta tahun.
"Kami tahu kira-kira berapa umur cincin itu, tapi itu tidak menyelesaikan masalah kami yang lain," kata Kempf.
"Kami masih belum tahu bagaimana cincin ini terbentuk pada awalnya."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Namun para ilmuwan menyarankan dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk menentukan usia cincin secara lebih akurat.
Baca SelengkapnyaCincin Saturnus Bakal Menghilang, NASA Ungkap Kapan Waktunya
Baca SelengkapnyaHipotesis ini tidak hanya bisa menjelaskan periode dampak yang luar biasa yang tercatat dalam sejarah geologi bumi, tetapi juga telah memengaruhi iklim Bumi.
Baca SelengkapnyaMereka melakukan riset yang menyimpulkan gerak Bulan semakin menjauhi Bumi.
Baca SelengkapnyaFakta ini baru terungkap oleh ilmuwan kala ia meneliti tentang Bulan.
Baca SelengkapnyaUsia Alam Semesta Ternyata Dua Kali Lebih Tua Dari Dugaan Sebelumnya, Begini Cara Ilmuwan Menghitungnya
Baca SelengkapnyaMetode penghitungan ini disebut presisi dalam mengukur usia Bumi.
Baca SelengkapnyaCara menghitung usia alam semesta juga bisa berdasarkan teori bahwa alam semesta terus berkembang atau memuai atau berekstrapolasi.
Baca SelengkapnyaPertanyaan mengenai "berapa umur Bumi" telah menjadi fokus penelitian dan diskusi di kalangan para ilmuwan selama bertahun-tahun.
Baca SelengkapnyaHipotesis ini didasarkan pada rekontruksi tektonik lempeng selama periode Ordovisium yang mencatat lokasi 21 kawah tumbukan asteroid.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru menunjukkan bahwa Bulan yang terus menjauh dari Bumi menyebabkan rotasi Bumi melambat.
Baca SelengkapnyaPernyataan ini berdasarkan penelitian terbaru oleh ilmuwan.
Baca Selengkapnya