Pakai Celana Panjang dan Sepatu Bot Dilarang di Masa Romawi Kuno, Ternyata Ini Alasannya
Di masa Romawi kuno ada aturan resmi melarang orang memekai celana panjang dan sepatu bot.
Jika Anda hidup di masa Romawi kuno, Anda akan berpikir dua kali jika akan memakai celana panjang.
Pakai Celana Panjang dan Sepatu Bot Dilarang di Masa Romawi Kuno, Ternyata Ini Alasannya
Barbarianisme
Bagi orang Romawi kuno, celana panjang adalah simbol barbarianisme dan tak seorang pun yang merasa dirinya terhormat mau memakai benda yang membuat dirinya dianggap orang barbar. Bahkan di masa itu ada aturan resmi yang melarang orang memakai celana panjang dan sepatu bot.
-
Apa pakaian wanita Romawi kuno? Dulu bikini muncul dalam bentuk strophium (atau fascia, fasciola, taenia, dan mamillare), yaitu sepotong kain katun atau linen panjang yang dililitkan di sekitar payudara untuk menahan atau bahkan menekannya. Ini menjadi ciri khas pakaian dalam wanita.
-
Bagaimana sepatu kulit Romawi dibuat? Tempat tersebut juga diduga dulunya merupakan tempat penyamakan kulit, yang dijadikan bahan dasar dalam pembuatan sepatu. Saluran yang di dekatnya diduga sebagai tempat pembuangan dari tempat penyamakan.
-
Apa bahaya dari celana dalam sintetis? Jenis kain ini biasanya menggunakan pewarna yang banyak dan bisa menyebabkan reaksi seperti ruam, iritasi, atau bahkan infeksi vagina pada bagian lembut vulva dan jaringan vagina.
-
Dimana sandal Romawi kuno ditemukan? Sandal ini ditemukan di dekat benteng militer kuno. Para arkeolog menggunakan sinar-X untuk menganalisis sisa-sisa sandal yang ditemukan di dekat benteng Romawi di Bavaria.
-
Kenapa sepatu sempit bisa picu cantengan? Sepatu yang terlalu ketat atau sempit, terutama di bagian jari-jari kaki, dapat menekan kuku dan menyebabkan kuku tumbuh ke dalam kulit.
-
Dimana pantang larang ini berasal? Mitos Pantang Larang Desa Padang Genting yang terletak di Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara, Sumatra Utara memiliki tradisi berharga yang berperan penting dalam membentuk cara hidup dan pandangan masyarakat.
Celana panjang dan sepatu bot (dalam bahasa latin disebut 'bracae') biasa dikaitkan dengan kaum barbar yang menunggangi kuda, termasuk bangsa Jerman yang disebut kaum Goth, Hun, Viking, dan lainnya.
Istilah 'barbar' kini sudah sangat jauh berbeda dari awalnya. 'Barbar' awalnya tidak merujuk pada tindakan kasar atau jahat tapi untuk menyebut orang yang bukan Yunani atau tidak berbicara bahasa Yunani. Di zaman modern kita kerap menyebut orang barbar adalah orang yang tidak beradab atau jahat.
Menjijikkan
Seorang penyair zaman Romawi bernama Ovid yang hidup di masa Raja Augustus, pernah bertemu dengan orang barbar di Tomis, Rumania sekarang, lalu dia menulis:
"Orang-orang, meski mereka bukan orang jahat, kini menjijikkan, mereka memakai pakaian dan celana panjang dengan hanya wajah yang terlihat."
Salah satu aturan pada 397 dan satu lagi pada 399, menyebut dengan tegas dilarang memakai celana panjang dan sepatu bot di Romawi.
Di kota Roma sendiri, tidak ada orang memakai celana panjang atau sepatu bot.
Tetapi jika ada seseorang setelah dikeluarkannya peraturan pemberian pengampunan ini yang tetap dengan keras kepala melanjutkan perbuatan yang melanggar, dia akan dihukum sesuai dengan status hukumnya yang memungkinkan dan diusir dari kota suci kami. Codex Theodosianus, 14.10.3 (6 Juni, 399 SM).
Menurut sejarawan Universitas California, Susanne Elm, yang mempelajar hubungan antarsuku di utara, "pengaruh orang barbar pada mode busana adalah sesuatu yang ingin dikontrol oleh raja, tapi kemudian para pengawal mereka, yang mereka percayai, adalah orang barbar."
Pelarangan celana panjang dan sepatu bot adalah upaya untuk menjaga identitas Romawi tetap bertahan.
Selama periode ini, Kekaisaran telah menjadi tempat percampuran berbagai tradisi setelah ratusan tahun ekspansi dan percampuran budaya. Tak lama setelah celana panjang dan sepatu bot, rambut panjang dan perhiasan mencolok juga dilarang. Pada abad kelima dan keenam, tiba-tiba adat istiadat yang disebut barbarian, pakaian berlengan panjang, dan celana telah menjadi seragam resmi di pengadilan Romawi.
"Jika Anda berada dekat dengan kaisar, itulah yang akan Anda kenakan," kata Profesor Kelly Olson, penulis buku "Masculinity and Dress in Roman Antiquity". "Para sarjana belum dapat menjelaskan bagaimana hal itu terjadi, celana yang sebelumnya dilarang malah menjadi pakaian wajib secara hukum bagi pengadilan Romawi."
Malah jadi pakaian wajib
Hal ini bisa dijelaskan oleh fakta bahwa orang Romawi kuno, yang sangat menentang celana dan sepatu bot, mengubah sikap mereka ketika prajurit Romawi bergerak ke Eropa Utara yang dingin dan menyadari manfaat mengenakan pakaian hangat dan sepatu.