Prasasti Raja Bameswara Ditemukan di Blitar, Diperkirakan Dibuat pada 1.122 Masehi
Merdeka.com - Sebuah prasasti peninggalan Raja Brameswara ditemukan aktivis lintas komunitas pencinta sejarah di Desa Karanggayam Kecamatan Srengat, Blitar, pada awal Juli 2021. Penemuan ini memperkaya khazanah sejarah perkembangan Kerajaan Panjalu atau Kadiri.
Prasasti yang ditemukan diperkirakan berasal dari periode pertama era Maharaja Bameswara. Ambang pintu bertuliskan tahun 1034 Saka atau 1.122 Masehi.
Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat di Daha (Jalan Doho-Kota Kediri) . Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari Panjalu.
-
Di mana prasasti itu ditemukan? Prasasti seberat setengah ton yang berisi 13 baris tulisan itu ditemukan tim penggali di kawasan Mersin setelah proyek penggalian dilakukan selama 12 bulan.
-
Dimana prasasti itu ditemukan? Arkeolog di Turki menemukan prasasti atau lempengan batu saat melakukan penggalian di kastil Silifke yang terletak di atas bukit di Provinsi Mersin.
-
Siapa yang menemukan prasasti tersebut? Sebuah prasasti seukuran telapak tangan ditemukan pada Mei 2023 oleh Kimiyoshi Matsumura, seorang arkeolog di Institut Arkeologi Anatolia Jepang.
-
Di mana prasasti tersebut ditemukan? Penemuan ini terjadi ketika petani itu tengah mempersiapkan lahan mereka untuk pertanian, sekitar 100 kilometer di sebelah timur laut Ibu Kota Kairo.
-
Di mana batu prasasti tersebut ditemukan? Arkeolog menemukan batu prasasti berbentuk manusia berusia 3.000 tahun di situs kuno pemakaman Las Capellanías di Cañaveral de León, Huelva, Spanyol.
Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah ditinggalkan Airlangga. Daerah ini kemudian menjadi ibu kota Janggala.
Kerajaan Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai daripada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang dibuat raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Tiongkok berjudul "Ling Wai Tai Ta" (1178).
Dalam penelusuran yang dilakukan merdeka.com kronik Tiongkok berjudul "Ling Wai Tai Ta" karya Chou Ku-Fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Tiongkok secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya.
Wilayah kerajaan Panjalu seperti kronik China "Chu Fan Chi" karangan Chu Ju Kua yang diambil dari buku "Ling Wai Tai Ta" menyebut Panjalu adalah maharaja yang punya wilayah jajahan: Pai-hua-yuan (Pacitan), Ma-tung (Medang), Ta-pen (Tumapel, Malang), Hi-ning (Dieng), Jung-ya-lu (Hujung Galuh, sekarang Surabaya), Tung-ki (Jenggi, Papua Barat), Ta-kang (Sumba), Huang-ma-chu (Papua), Ma-li (Bali), Kulun (Gurun, mungkin Gorong atau Sorong di Papua Barat atau Nusa Tenggara), Tan-jung-wu-lo (Tanjungpura di Borneo), Ti-wu (Timor), Pingya-i (Banggai di Sulawesi), dan Wu-nu-ku (Maluku).
Maharaja Cri Bamecwara Sakalabuanatustijarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayotunggadewa atau Bamecwara atau Bameswara memerintah Kerajaan Panjalu di bumi Kadiri hingga 1057 Saka /1135 Masehi. Raja Bameswara memakai Lancana Ardhacandrakapalalancana (Prasasasti Gneng I) yakni tengkorak memakan rembulan (baca - https://www.merdeka.com/peristiwa/membaca-7-lencana-kerajaan-kuno-di-era-kediri.html)
"Munculnya ide penelusuran ini sebenarnya pada tahun 2018 kemarin, yaitu saat mengadakan kegiatan bakti sosial di situs Raja Bameswara di Besole Blitar. Yakni kita membangun cungkup dari donasi yang kita himpun. Dari kegiatan pertama kita pada 2018 itu ternyata temen-temen Blitar antusias untuk mendatangi prasasti Karanggayam. Karena Prasasti Karanggayam itu saat itu hanya terlihat cuma ujungnya saja dan ambang pintunya," kata Doni Witjaksono, Ketua Tapak Jejak Khadiri kepada merdeka.com, Kamis (7/7)
Kegiatan ekskavasi dilakukan di Situs Karanggayam dilakukan 15 orang dari lintas komunitas, antara lain Tapak Jejak Kadiri , Pelestari Sejarah Budaya Khadiri (Pasak), D’ Travellers dari Blitar, Asta Gayatri dari Tulungagung , Baletar dari Blitar, dan Lawang Wentar dari Sawentar Kanigoro Blitar.
"Berbekal informasi awal, akhirnya kita mengecek ke lokasi. Kita menemui lurah setempat dan melakukan koordinasi dengan pemilik lahan. Sebab ini adalah sebuah situs penting karena kalau lihat dari ambang pintunya yang berangka tahun 1034 , maka menyambung dengan Prasasti Raja Bameswara yang lain. Yakni dalam artian prasasti ini mesti satu era dengan angka tahun yang tertulis di ambang pintu. Dengan modal itu akhirnya kita mengedukasi ke Pak Lurah dan pemilik lahan seandainya ini adalah sesuai dengan angka tahun yang tertera di ambang pintu, berarti itu adalah masa Raja Bameswara, yaitu raja raja kedua Kerajaan Panjalu Kediri," tambah Doni
"Saya kasih masukan demikian Pak Lurah tertarik. Akhirnya teman-teman purbakala se-eks Karesidnen Kediri akhirnya menyepakati untuk ngobrol masalah ke depannya nanti gimana," sambungnya.
Doni menambahkan, di Desa Karanggayam Kecamatan Srengat banyak bertebaran situs dan artefak purbakala. Namun, yang mempunyai angka tahun sangat jelas di ambang pintunya cuma di Karanggayam.
"Dengan modal itu, teman-teman itu, kita sudah yakin bahwa ini adalah masa Kerajaan Kadiri . Karena di tebaran situs purbakala di desa sebelah, di luar Karanggayam, ada situs Kunir. Situs di sebuah pondok ada sebuah makam Mbah Wali Cemandi. Nisan makam menggunakan prasasti Raja Terakhir Panjalu, yakni Raja Dandang Gendis atau Raja Kertajaya dengan angka tahun 1127 Saka atau 1205 Masehi," sebutnya.
Di Desa Pikatan Kecamatan Srengat juga ditemukan Prasasti Pandelegan. Raja Bameswara membuat prasasti yang sekarang ada di Museum Candi Penataran, berangka tahun 1038 Saka. Sampai sekarang, prasasti ini merupakan prasasti pertama yang dikeluarkan Raja Bameswara. Dengan kata lain, menjadi prasasti pertama Kerajaan Panjalu/Kadiri setelah mengalami masa gelap sejak Raja Samarawijaya (1042 M-1044 M) berkuasa di Daha setelah pembagian kerajaan oleh Raja Airlangga.
"Prasasti Pandelegan lebih muda 4 tahun dari batu ambang pintu yang ditemukan di Desa Karanggayam. Dengan melihat tebaran prasasti-prasasti era Kerajaan Kadiri, kita yakin bahwa di sini merupakan atau menandakan masuk wilayah Kerajaan Kadiri," tandasnya.
Setelah pematangan tim dari berbagai komunitas kebudayaan dan sejarah, akhirnya dilakukan ekskavasi. Prasasti yang terpendam berhasil ditemukan dan didirikan.
"Akhirnya, setelah bersusah payah, Prasasti Karanggayam yang terpendam ini kita dirikan. Tingginya totalnya dari dari lapik yaitu 1,83. Dari pengangkatan ini, di prasasti nampak relief yakni Lancana Raja Bameswara dengan gambar Candrakapala/bulan sabit dimakan raksasa. Saat dibersihkan dengan air, hampir 90 persen prasasti mengalami aus . Dari penelusuran yang ada, dulu prasasti ini pernah digunakan sebagai tempat aktivitas bermain anak, yakni sebagai tempat perosotan, akhirnya tulisan dalam prasasti hilang," ungkap Doni.
Belum lagi ditambah faktor alam, prasasti yang sudah berusia hampir 1.000 tahun ini juga terkena letusan Gunung Kelud yang hanya berjarak beberapa puluh kilometer. Prasasti itu akhirnya terkubur dan baru ditemukan aktivis lintas komunitas. (mdk/yan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejak puluhan abad silam, daerah ini sudah jadi wilayah penting bagi kehidupan masyarakat.
Baca SelengkapnyaPrasasti yang menandai lahirnya Kabupaten Trenggalek ini sangat berarti bagi masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaPada 2024 ini Kabupaten Kediri berusia 1220 tahun.
Baca SelengkapnyaPrasasti itu diduga dipindahkan ke Belanda antara tahun 1822-1825.
Baca SelengkapnyaDi dalam petilasan ini terdapat sebuah batu besar yang digunakan sebagai tempat bertapa Panembahan Senopati
Baca SelengkapnyaPrasasti Wanua Tengah ditemukan pertama kali pada tahun 1890. Keberadaannya menjadi penting karena memuat 12 nama raja yang pernah bertahta di Mataram Kuno
Baca SelengkapnyaSitus ini menjadi situs candi tertua di Jawa Tengah
Baca SelengkapnyaMelihat isi dan arti pesan dari Prasasti Kawali, batu bersejarah peninggalan Kerajaan Galuh.
Baca SelengkapnyaPagelaran dan Sitihinggil telah terbentuk walau masih sederhana.
Baca SelengkapnyaKabupaten Malang merupakan kabupaten tertua di Provinsi Jawa Timur.
Baca Selengkapnya"Kalau ini memang betul candi tertua harus kita pelihara," kata Kepala Disdikbud Batang.
Baca SelengkapnyaPenemuan candi ini begitu misterius karena tidak ada bukti mengenai siapa yang membangun dan kapan dibangun.
Baca Selengkapnya