Kisah Inspiratif Dosen Unpad, Olah Limbah Sisa Rumah Makan Jadi Pakan Bergizi Ikan
Merdeka.com - Selama ini kita mengetahui jika limbah merupakan salah satu pemicu persoalan pencemaran lingkungan. Namun di tangan Yuli Andriani, limbah organik dari sisa rumah makan bisa diolah kembali menjadi hal yang terpakai, yakni pakan ikan.
Yuli merupakan salah seorang dosen dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpad. Ia kerap menaruh perhatian terhadap ekosistem alam, khususnya limbah organik sisa rumah makan yang kerap terbuang dan menumpuk.
Berbekal pengalaman pengumpulan data dari kegiatan PPM-ALG terintegrasi KKNM 2018-2019 ia mengetahui jika setidaknya terdapat 150 kilogram sampah organik per hari, dari total 50 rumah makan di kawasan Jatinangor, Sumedang.
-
Bagaimana Yanto mengolah pakan ikan? Makanan pabrikan masih menjadi yang utama, tapi makanan itu diolah lagi dengan diberi nutrisi tambahan.
-
Siapa yang mengolah limbah jadi pupuk? Setiap hari para petugas di rumah potong hewan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Cilegon, Banten sibuk mengumpulkan kotoran sapi.
-
Bagaimana mengolah limbah organik jadi pupuk? Menjadi pupuk kompos dengan cara mencampurkan limbah organik basah dengan tanah dan menambahkan mikroorganisme pengurai.
-
Kenapa Yanto memilih budidaya ikan? Tapi karena adanya pandemi, ia kemudian beralih menekuni bidang perikanan.
-
Bagaimana meningkatkan konsumsi ikan? Agar manfaat konsumsi ikan dapat dirasakan lebih luas, Luciana mendorong adanya edukasi intensif di berbagai lapisan masyarakat, termasuk di sekolah-sekolah. Memperkenalkan resep-resep kreatif berbahan dasar ikan juga bisa menjadi langkah untuk meningkatkan daya tarik konsumsi ikan.
-
Kenapa limbah rumen bisa dimanfaatkan? Mengutip situs Polbangtan Yogyakarta Magelang, rumen berisi pakan yang belum tercerna sehingga masih memiliki kandungan nutrisi dan mikroba yang tinggi.
"Berbekal informasi tersebut, saya memiliki ide bagaimana bila limbah yang melimpah itu diolah menjadi pakan ikan," kata Yuli mengutip dari laman resmi Unpad, Selasa (23/2/2021) via Liputan6.
Membuat Makanan Ikan yang Bergizi
Dalam keterangan tersebut, Yuli pun membeberkan tentang kiatnya mengubah makanan rendah protein sisa limbah menjadi kaya gizi bagi ikan-ikan. Sisa makanan tersebut biasanya terdiri dari nasi, sisa sayur hingga tulang, sehingga hanya sedikit nilai gizi yang terkandung.
Ia juga menyebut jika makanan sisa dengan kadar santan dan lemak tidak diikutsertakan karena akan mengganggu fermentasi, karena memiliki energi yang besar dan dapat menyebabkan bau tengik selama penyimpanan (rancidity).
Untuk meningkatkan nilai gizinya, Yuli pun menggunakan metode fermentasi untuk menambah nilai gizi. Hasilnya pun telah diujicobakan pada berbagai jenis ikan untuk melihat kesesuaian penggunaan pakan ikan yang dihasilkan.
"Syarat limbah adalah limbah yang masih segar, diambil harian, sehingga mencegah kontaminasi mikroorganisme patogen. Limbah disortir, dibersihkan dan difermentasi menggunakan probiotik dengan inkubasi selama 7 hari,” ujar Yuli.
Menggunakan Metode Pengeringan
Dari proses fermentasi, kemudian makanan sisa tersebut ia keringkan agar mudah dibuat tepung. Saat sudah berubah bentuk, ia formulasikan dengan bahan tambahan lain agar memiliki kandungan protein yang sesuai standar kebutuhan ikan yang akan dibudidayakan.
Ia menuturkan jika hasil fermentasi akan membuat mikro organisme meningkatkan protein dengan menurunkan serat kasar. Selain itu, pakan ikan tersebut dikenal baik untuk ikan karena tersusun dari struktur sederhana yang telah dimasak.
“Pakan berbasis pemanfaatan limbah rumah makan cocok diberikan pada jenis-jenis ikan yang memiliki rentang toleransi yang tinggi terhadap variasi jenis pakan, misalnya jenis-jenis ikan omnivora seperti ikan lele, ikan nila, dan akan diujikan juga pada ikan mas, gurame, dan patin,” kata Yuli.
Menjadi Sumber Pakan Ikan Murah dan Ekonomis
Dari kegiatan fermentasi, disebutkan akan lebih lanjut menguraikan ikatan kompleks di limbah organik tersebut. Sehingga proses cernanya menjadi lebih meningkat. Selain itu, pakan dari limbah sisa makanan organik merupakan solusi alternatif dari pakan ikan yang murah dan ekonomis.
Adapun penelitian ini didanai melalui skema Penelitian Penelitian Terapan Perguruan Tinggi (PTUPT) dari Kemenristekdikti sejak tahun 2019, dan saat ini memasuki tahun ke-3. Penelitian ini juga dipayungi oleh Penelitian ALG yang diketuai Profesor Risdiana, mengenai Biomaterial sejak 2019 hingga saat ini.
Dari proses penelitian yang dilakukan, diketahui jika terdapat tiga hal yang telah dicapai, yakni adanya informasi terkait karakteristik bahan pakan ikan dari limbah organik yang telah diolah melalui kegiatan fermentasi (fisik, kimia dan biologi).
Kedua, lanjut Yuli, penelitian tersebut juga telah dilakukan feeding trial pada beberapa jenis ikan yang masih akan berlangsung pada 2021. Terakhir, dilakukannya penyempurnaan alat dan metode yang digunakan dalam proses fermentasi limbah.
"Berdasarkan hasil penelitian sejauh ini, produk masih harus melewati beberapa pengujian sebelum akhirnya dapat diproduksi secara massal dan dipasarkan," ujarnya.
Mengedukasi Masyarakat Tentang Pemanfaatan Limbah Makanan
Ilustrasi memberi makan ikan
©2021 pixabay/ Merdeka.com
Menurut dosen yang menekuni bidang budi daya perikanan itu, penelitiannya diharapkan bisa menginspirasi masyarakat untuk mengelola limbah sisa makanan untuk pemberian pakan ikan yang sehat.
Ke depannya ia juga tidak menutup kemungkinan bahwa penelitiannya bisa dimanfaatkan lebih jauh dalam bidang lain, salah satunya untuk keperluan kompos maupun biogas.
"Dengan mengembangkan konsep pemanfaatan seperti ini, masyarakat tidak hanya akan mendapatkan keuntungan secara ekonomis. Namun juga membantu meringankan beban lingkungan dari pencemaran akibat limbah domestik/sisa makanan," kata dia.
Sementara itu, penelitian tersebut turut melibatkan sejumlah mahasiswa Sarjana dan Magister FPIK di Universitas Padjajaran. Hasil penelitian pun telah disinergikan dalam kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) yang melibatkan beberapa pihak seperti Biomethagreen Rumah Edukasi, sebagai mediator antara terhadap masyarakat Tanjungsari tentang cara membuat pakan ikan dari limbah rumah tangga. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dosen UGM mengolah sampah sisa makanan menjadi pupuk. Teknologi dan alat yang digunakan pun sangat sederhana.
Baca SelengkapnyaInovasi stik tulang lele ini lahir dari banyaknya limbah tulang lele di tempat usaha abonnya
Baca SelengkapnyaBudi daya ikan sistem bioflok terbukti bisa mendatangkan keuntungan melimpah. Hal ini tak lepas dari kebutuhan pangan yang bisa ditekan dengan sistem ini.
Baca SelengkapnyaWarga Desa Genteng Wetan Kabupaten Banyuwangi ini berhasil membuktikan bahwa lingkungan yang bersih bisa mendatangkan cuan
Baca SelengkapnyaBudi menyebutkan bahwa program makan bersih gratis ini merupakan bentuk revolusi dalam tata kelola kesehatan masyarakat
Baca SelengkapnyaEco Enzyme itu punya banyak nilai manfaat nilai manfaat seperti digunakan untuk disinfektan, sabun mandi, pembersih rumah, dan cairan pestisida.
Baca SelengkapnyaAda banyak inovasi dalam pengelolaan makanan yang bisa dikembangkan, dan menjadi suatu sumber pendapatan. Contohnya buah dan sayur.
Baca SelengkapnyaTargetnya, pada tahun 2029 akan ada 20 pabrik biofertilizer dengan kapasitas produksi mencapai 920 ribu ton per tahun.
Baca SelengkapnyaKementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong produktivitas nelayan di Indonesia, termasuk keluarganya.
Baca SelengkapnyaKeberadaan TPS ini menjadi sumber rezeki bagi warga setempat.
Baca SelengkapnyaSaat ini, susu ikan menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat.
Baca SelengkapnyaSetelah lulus SMA, Aji Saputra bingung mau melakukan apa. Akhirnya ia belajar pertanian dengan petani di desanya, kemudian memulai usaha pengolahan pupuk.
Baca Selengkapnya