Sejarah 20 Agustus 636 M: Akhir Perang Yarmuk dan Kemenangan Pasukan Muslim Dibawah Pimpinan Khalid bin Walid
Pasukan Muslim yang dipimpin oleh Khalid bin al-Walid berhasil menaklukkan pasukan Bizantium yang jumlahnya jauh lebih besar.
Pada 20 Agustus 636 M, sebuah pertempuran besar meletus, mengubah nasib dua kekuatan besar dunia saat itu. Pasukan Muslim, yang dipimpin oleh Khalid bin al-Walid, berhadapan dengan pasukan Bizantium dengan jumlah yang lebih besar dan berpengalaman. Apa yang terjadi pada hari itu bukan hanya sekadar pertempuran, tetapi juga sebuah titik balik dalam sejarah yang mengguncang fondasi Kekaisaran Bizantium dan membuka jalan bagi penyebaran Islam di wilayah Syam (Levant).
Pertempuran Yarmuk adalah bukti kecerdasan taktik dan ketangguhan pasukan Muslim yang, meski kalah jumlah, mampu mengalahkan kekuatan besar Bizantium. Dengan menggunakan strategi yang brilian, Khalid bin al-Walid berhasil memukul mundur dan menghancurkan pasukan Bizantium, mengukuhkan dirinya sebagai salah satu komandan militer terbesar sepanjang masa. Kemenangan ini tidak hanya membawa kehancuran bagi Bizantium, tetapi juga menandai dimulainya era baru di Timur Tengah di bawah kekuasaan Islam.
-
Kapan perang Badar terjadi? Perang Badar adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam yang menunjukkan kekuatan dan keimanan kaum Muslimin di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW. Perang ini terjadi pada 17 Ramadan 2 H atau 13 Maret 624 M, ketika pasukan Muslimin yang berjumlah 313 orang menghadapi pasukan Quraisy dari Makkah yang berjumlah 1.000 orang.
-
Kapan Perang Badar terjadi? Perang Badar terjadi pada 17 Ramadan 2 Hijriah (13 Maret 624).
-
Apa yang terjadi di Perang Badar? Meskipun jumlah pasukan kaum muslimin tidak sebanyak kaum musyrikin, naum dengan pertolongan Allah mereka menang dalam peperangan itu.
-
Kapan tradisi 'Yaumul Khalif' dilaksanakan? Tradisi “Yaumul Khalif“ Hari Khalif ini telah dilaksanakan selama bertahun-tahun, khusus pada Hari Arafah yang bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah dalam kalender Islam atau Hijriah.
-
Siapa tokoh penting dalam perang Badar? Nabi Muhammad SAW: Beliau adalah pemimpin dan panglima pasukan Muslimin yang berjumlah 313 orang. Beliau memimpin pasukannya dengan bijaksana, berdoa dengan khusyuk, dan bersyukur dengan tulus atas kemenangan yang diberikan Allah SWT. Beliau juga memberikan perlakuan yang adil dan mulia kepada para tawanan perang dari pihak Quraisy.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas bagaimana peristiwa penting pada 20 Agustus 636 M ini terjadi, dari latar belakang, jalannya pertempuran, hingga dampaknya dalam jangka panjang.
Latar Belakang Perang Yarmuk
Perang Yarmuk terjadi pada tahun 636 M, hanya beberapa tahun setelah perang abadi antara Bizantium dan Sassania dari tahun 602 hingga 628. Pada tahun 628 kedua pasukan kelelahan dan menelan banyak kerugian, yang menciptakan peluang bagi umat Islam untuk menyerang mereka di berbagai tempat dari tahun 629 M hingga mencapai klimaksnya dalam Perang Yarmuk pada tahun 636.
Pada 633 pasukan Muslim menyerang Suriah, dan setelah berbagai pertempuran kecil berhasil merebut Damaskus pada 635. Kaisar Romawi Timur, Heraclius mengatur sebuah pasukan sekitar 40.000 orang setelah mengetahui lepasnya Damaskus dan Emesa. Pergerakan pasukan Romawi Timur yang besar ini, menyebabkan pasukan Muslim di bawah Khalid ibn Walid meninggalkan kota-kota, dan mundur ke selatan menuju Sungai Yarmuk.
Wilayah Levant (Syam), yang diperebutkan oleh dua pasukan ini, memang wilayah yang kaya dan strategis Wilayahnya sendiri mencakup Suriah, Palestina, Yordania, dan Lebanon saat ini. Pasukan Muslim pertama kali memasuki wilayah Syam pada awal 630-an, dan mereka dengan cepat berhasil menguasai beberapa kota dan wilayah penting, seperti Damaskus. Kekaisaran Bizantium berusaha keras mempertahankan wilayah ini, karena kehilangan Levant berarti kehilangan salah satu sumber pendapatan dan kekuatan militer utama mereka.
Jalannya Pertempuran
Hari Pertama hingga Ketiga:
Pada awal pertempuran, kedua pasukan, Muslim dan Bizantium, saling berhadapan di medan perang dekat sungai Yarmuk. Pasukan Muslim, yang jumlahnya lebih sedikit, dipimpin oleh Khalid bin al-Walid, sementara pasukan Bizantium, yang jauh lebih besar, dipimpin oleh Theodore Trithyrius. Selama tiga hari pertama, pertempuran berlangsung sengit, dengan serangan dan serangan balik antara kedua belah pihak. Meskipun kalah jumlah, pasukan Muslim mampu bertahan berkat disiplin dan moral yang tinggi.
Hari Keempat:
Pada hari keempat, pasukan Bizantium melancarkan serangan besar-besaran dengan tujuan menghancurkan garis pertahanan Muslim. Khalid bin al-Walid merespons dengan mengatur ulang pasukannya dan menggunakan taktik penarikan mundur terencana. Pasukan Muslim berpura-pura mundur untuk memancing pasukan Bizantium keluar dari posisi pertahanan mereka. Ketika pasukan Bizantium terpecah dan keluar dari formasi, Khalid memerintahkan serangan balik yang berhasil mengguncang pasukan Bizantium.
Hari Kelima:
Pada hari kelima, pasukan Bizantium kembali mencoba menyerang, tetapi mereka mulai kehilangan semangat dan organisasi mereka semakin kacau. Khalid memanfaatkan kekacauan ini untuk melancarkan serangan berulang-ulang yang semakin melemahkan pasukan Bizantium. Banyak pasukan Bizantium yang kehilangan moral dan mulai melarikan diri dari medan perang.
Hari Keenam (20 Agustus):
Hari keenam menjadi klimaks pertempuran. Khalid bin al-Walid melancarkan serangan besar-besaran dari berbagai sisi, memukul mundur pasukan Bizantium ke tepi sungai Yarmuk. Dalam kekacauan ini, banyak prajurit Bizantium terjebak di tebing-tebing atau tenggelam di sungai. Pasukan Bizantium mengalami kekalahan total, dan sisa-sisa pasukan mereka mundur, meninggalkan medan perang dalam kekacauan.
Akhir dari Perang Yarmuk
Akhir dari Perang Yarmuk pada 20 Agustus 636 M ditandai dengan kemenangan telak pasukan Muslim atas Kekaisaran Bizantium. Khalid bin al-Walid memimpin serangan besar-besaran dari berbagai sisi terhadap pasukan Bizantium yang sudah kelelahan dan kehilangan semangat. Pasukan Muslim menggunakan taktik mengepung dan menekan pasukan Bizantium ke arah tepi sungai Yarmuk.
Dalam kekacauan ini, banyak prajurit Bizantium terjebak di tebing-tebing yang curam di sekitar sungai. Mereka yang tidak terbunuh di medan perang jatuh dari tebing atau tenggelam saat mencoba menyeberangi sungai untuk melarikan diri. Pemimpin Bizantium, Theodore Trithyrius, dan banyak perwira tinggi lainnya tewas, sementara sisanya melarikan diri.
Dengan kekalahan total ini, pasukan Bizantium tidak lagi mampu mempertahankan wilayah Levant (Syam). Kemenangan ini membuka jalan bagi pasukan Muslim untuk menguasai kota-kota penting seperti Damaskus dan Yerusalem. Kekaisaran Bizantium kehilangan cengkeramannya di wilayah ini, menandai berakhirnya kekuasaan mereka di Timur Tengah dan mempercepat penyebaran Islam di wilayah tersebut.
Kemenangan di Yarmuk menjadi salah satu titik balik penting dalam sejarah Islam, karena memperkuat dominasi Muslim di kawasan Timur Tengah dan mengukuhkan Khalid bin al-Walid sebagai salah satu komandan militer terbesar dalam sejarah dan yang paling brilian di zaman Pertengahan.