Kisah Hidup Mbah Gendhon, Sang Wali dari Pekalongan yang Ditakuti Belanda
Merdeka.com - Muhammad Arsal atau lebih dikenal dengan nama Mbah Gendhon merupakan ulama sakti dari Pekalongan. Saking saktinya, Belanda takut padanya. Siapa sangka, saat kecil, Mbah Gendhon terkenal sangat pendiam. Kedua orang tuanya bingung dan cemas kalau sifatnya itu tak berubah saat dewasa. Dan ternyata benar, saat dewasa, Mbah Gendhon tetaplah menjadi seorang pendiam.
Orang-orang di sekitarnya menganggap Mbah Gendhon sebagai sosok yang misterius. Meski begitu, orang tua Mbah Gendhon tidak tinggal diam. Ia didorong untuk membuka diri dan bergaul dengan orang-orang di sekitarnya. Namun usaha kedua orang tuanya gagal.
Hingga pada suatu ketika mereka berpikir untuk menjodohkan Mbah Gendhon dengan seorang kembang desa. Siapa tahu, sikap Mbah Gendhon yang pendiam bisa berubah.Lalu seperti apa kelanjutan cerita ulama satu ini? Berikut selengkapnya, dikutip dari kanal YouTube Sarang Demit:
-
Siapa Kiai Ageng Muhammad Besari? Kiai Ageng Muhammad Besari merupakan tokoh penyebar Islam di wilayah Ponorogo pada abad ke-17.
-
Siapa yang memberikan nama 'Mbah Bedug'? Saat itu, tepatnya pada tahun 1950, kakek dari Desi merupakan abdi dalem Keraton Surakarta. Ia meminta izin berjualan di Boyolali. Sang raja mengizinkannya dan memberinya nama 'Sosis Bedug'.
-
Apa yang membuat Mbah Soleh Semendi dihormati? Karomah Mbah Soleh tidak hanya dikenang karena kesaktiannya, tetapi juga karena kebijaksanaannya dalam berdakwah.
-
Mengapa guru ngaji itu takut di Arab Saudi? 'Saya di sini (salat di Masjidil Haram) sebenarnya menghindar, dapat kabar hotel digerebek polisi. Kan ada yang bilang tempat paling aman justru tempat paling berbahaya,' ungkap pria itu.
-
Siapa yang bisa terinspirasi dari sikap tenang orang pendiam? Ketenangan yang dimiliki oleh individu pendiam sering kali menjadi sumber inspirasi bagi orang lain untuk tetap tenang dalam menghadapi tantangan hidup.
-
Siapa Tokoh Besar Muhammadiyah dari Minangkabau? Nama Buya Haji Ahmad Rasyid Sutan Mansur atau dikenal dengan A.R. Sutan Mansur menjadi salah satu tokoh berpengaruh di Indonesia. Beliau merupakan salah satu tokoh besar Muhammadiyah di Minang dan berkecimpung di dunia politik semasa perjuangan kemerdekaan.
Keinginan Mbah Gendhon
©YouTube/Sarang Demit
Mbah Gendhon menyetujui pernikahan tersebut. Prosesi pernikahan berlangsung meriah. Kedua mempelai diarak warga kampung menuju rumah mempelai putri. Saat prosesi pernikahan selesai, para warga pulang ke rumah masing-masing. Namun yang mengejutkan adalah, Mbah Gendhon ikut pulang ke rumah orang tuanya. Kedua orang tuanya kecewa terhadap sikap anak laki-laki satu-satunya itu. Mereka menanyakan sebenarnya apa keinginan dari Mbah Gendhon.
Di depan kedua orang tuanya, Mbah Gendhon menyatakan keinginan yang sama sekali tidak dibayangkan. Ia ingin menuntut ilmu agama dan berguru pada para ulama besar. Harapannya ia punya ilmu yang berguna untuk masyarakat.
Mengetahui keinginan sang anak, mula-mula kedua orang tua Mbah Gendhon agak keberatan. Tetapi mereka juga tidak bisa melarang. Setelah mempertimbangkan baik buruknya, kedua orang tua Mbah Gendhon mengizinkan sang anak untuk pergi ke pondok pesantren.
Berguru di Pondok Pesantren
©YouTube/Sarang Demit
Selanjutnya Mbah Gendhon berguru di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon. Lima tahun ia belajar di sana. Namun pada suatu ketika, wabah gatal-gatal datang. Mbah Gendhon dan para santrinya diminta sang guru untuk berendam di kolam yang ada di pegunungan. Mereka mandi di kolam tersebut. Tetapi Mbah Gendhon tidak ikut mandi. Ia hanya melihat teman-temannya dari pinggir kolam.
Namun teman-temannya itu usil. Mereka menarik tubuh Mbah Gendhon sampai tercebur ke dalam kolam. Mereka pun bersorak gembira. Namun tubuh Mbah Gendhon tak kunjung muncul ke permukaan. Semuanya panik. Mereka sibuk mencari, namun Mbah Gendhon tak kunjung ditemukan. Air kolam dikuras. Tapi Mbah Gendhon hilang entah ke mana.
Kemunculan Mbah Gendhon
©YouTube/Sarang Demit
Kabar hilangnya Mbah Gendhon sampailah ke kedua orang tuanya. Mereka merasa kehilangan. Tahun demi tahun berganti, Mbah Gendhon tak kunjung ditemukan. Hingga akhirnya Mbah Gendhon muncul di depan rumah kedua orang tuanya. Keduanya menangis tersedu-sedu. Mereka tak percaya bahwa anaknya itu masih hidup.
Mbah Gendhon bercerita, saat hilang, ia dibawa oleh sosok misterius ke sebuah goa. Di goa itu, Mbah Gendhon berteman dengan hewan-hewan liar. Ia makan seadanya saja.
Mendengar cerita Mbah Gendhon, kedua orang tuanya keheranan. Bahkan setelah itu, Mbah Gendhon tidak memilih tinggal di rumah orang tuanya, melainkan tinggal di sebelah pohon kelapa.
Perjuangan Melawan Belanda
©YouTube/Sarang Demit
Pada masa kolonial, Mbah Gendhon juga terlibat dalam usaha melawan penjajah Belanda. Tempat hunian Mbah Gendhon sempat dijadikan tempat bersembunyi bagi para pejuang kemerdekaan. Mula-mula, tentara kompeni tidak pernah mengetahui tempat tersebut. Hingga pada suatu saat mereka berhasil menemukan tempat persembunyian itu.
Para tentara Belanda menembakkan tempat persembunyian Mbah Gendhon dengan peluru. Anehnya, peluru mereka tidak mempan. Padahal tempat persembunyian Mbah Gendhon hanyalah sebuah gubuk. Mereka heran kenapa peluru mereka tidak tembus. Mereka kemudian lari ketakutan. Para pejuang selamat di persembunyian itu.
Haul Mbah Gendhon
©YouTube/Sarang Demit
Mbah Gendhon merupakan salah seorang penyebar Islam di Pekalongan. Diperkirakan ia hidup pada rentan tahun 1868-1960. Di balik keanehannya, ia tetaplah seorang ulama yang disegani.
Hingga saat ini, masyarakat sekitar rutin mengadakan haul untuk memperingati hari kelahiran Mbah Gendhon. Makam Mbah Gendhon tak luput dari para peziarah yang datang dari berbagai kota. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sosoknya dikenal sebagai ulama karismatik yang memiliki rasa cinta yang begitu besar dengan agama dan negerinya.
Baca SelengkapnyaKyai Makmur ditembak Belanda karena tidak mau diajak bekerja sama.
Baca SelengkapnyaPangeran keturunan Majapahit ini lebih senang dekat dengan warga biasa. Bahkan, ia menyembunyikan identitasnya sebagai bangsawan di hadapan warga.
Baca SelengkapnyaKarena kiprahnya, sosok KH Sochari diabadikan menjadi sebuah jalan di Kota Serang, Banten.
Baca SelengkapnyaDatuk Mujib, seorang guru spiritual Presiden Soekarno yang merupakan keturunan Raja Bone Sulawesi Selatan.
Baca SelengkapnyaPemberontakan yang ia pimpin menjadi pemberontakan besar terhadap Belanda yang pertama di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaSelain di Jawa, namanya muncil dalam catatan buku harian seorang syekh di Pulau Pinang
Baca SelengkapnyaPria panglima perang ini dianggap penjajah Belanda sangat berbahaya dan kuat dibandingkan dengan pemimpinnya sendiri.
Baca SelengkapnyaMeskipun menghadapi tantangan, Mbah Soleh tetap konsisten dalam menyebarkan ajaran Islam. Ia bahkan berani menerima tantangan adu kesaktian.
Baca SelengkapnyaDalam setiap ceramah dan khotbahnya, ia selalu menentang kebijakan politik Belanda.
Baca SelengkapnyaSetelah masa Perang Jawa, ia menikmati masa pensiun dengan kehidupan yang damai di Semarang hingga wafat pada tahun 1856.
Baca SelengkapnyaKepercayaan masyarakat itu ke bermula dari cerita seorang wanita nernama Ambarwati yang telah disakiti hatinya oleh pejabat tinggi Belanda di awal abad 19.
Baca Selengkapnya