Kisah Kiai Dalhar Watucongol, Ulama Pembela Para Pejuang Kemerdekaan
Merdeka.com - Pada zaman dahulu kala, banyak warga yang bahu membahu berjuang dalam perang kemerdekaan melawan Belanda. Mereka berasal dari berbagai kalangan, baik dari kalangan masyarakat biasa maupun para kaum priyayi.
Di tengah-tengah mereka para santri yang sedang menuntut ilmu di ponpes-ponpes pun ikut berjuang dalam perang itu. Ada banyak ulama yang ikut membela perjuangan mereka, di antaranyaKi Dalhar Watucongol dari Magelang.
Ki Dalhar Watucongol lahir di Desa Watucongol, Kecamatan Muntilan, Magelang pada 12 Januari 1870. Ayahnya, Kiai Abdurrauf bin Hasan Tuqo yang merupakan salah satu orang yang membantu perjuangan Pangeran Diponegoro pada Perang Jawa.
-
Siapa pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Sumatera Utara? Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
-
Siapa pendiri Dusun Malandang? Di kampung tersebut, terdapat sebuah makam dari leluhur yang merupakan pendiri dari Dusun Malandang bernama Raden Agus Salam.
-
Kenapa KH Anwar Musaddad dikenal sebagai ulama berpengaruh di Jawa Barat? K.H. Anwar Musaddad dikenal memiliki strategi yang cerdas dalam menjaga hubungan baik dengan berbagai kelompok untuk memelihara stabilitas sosial-politik di Jawa Barat.
-
Siapa yang berjuang mempertahankan kemerdekaan di Padang? Bagindo Aziz Chan sendiri adalah tokoh penting bagi Kota Padang saat pihak kolonial Belanda menjajah wilayah tersebut.
-
Siapa Sunan Kalijaga? Brandal Lokajaya memiliki keinginan berguru pada Sunan Bonang. Ia lalu dikenal sebagai murid yang sangat patuh pada gurunya.
-
Siapa yang mendirikan sekolah dalang Mangkunegaran? Sekolah dalang Keraton Mangkunegaran didirikan pada 17 Januari 1950.
Demi menjaga kawasan Magelang dan mendukung pergerakan Diponegoro, Kiai Abdurrauf mendirikan pesantren di Desa Gunungpring, Magelang. Sejak kecil Ki Dalhar Watucongol dididik oleh sang ayah dan belajar mengaji pada ulama-ulama sekitar.Berikut kisah selengkapnya:
Belajar Mengaji
©2023 Merdeka.com/Freepik
Dilansir dari Nu.or.id, Kiai Dalhar mewarisi semangat dakwah dan perjuangan ayah dan kakeknya. Pada usia 13 tahun, ia mulai belajar di pondok pesantren. Pada waktu itu, ia mengaji dengan Mbah Kiai Mad Ushul di Kawasan Mbawang, Ngadirejo, Salaman, Magelang dan belajar ilmu tauhid selama 2 tahun.
Dari Magelang, Dalhar melanjutkan ngaji di kawasan Kebumen. Di sana ia belajar di pesantren Sumolangu dan berguru dengan Syaikh Abdul Kahfi Ats-Tsani.
Pada tahun 1896, putra Syaikh Abdul Kahfi Ats-Tsani berniat untuk belajar di Makkah. Sang guru meminta Kiai Dalhar untuk menemani putranya dan di sana ia terus mengaji selama 25 tahun.
Pembela Perjuangan Kemerdekaan
pesantren.id©2022 Merdeka.com
Pada era perjuangan melawan rezim kolonial, peran Kiai Dalhar tak bisa dilupakan. Para pejuang dari kawasan Magelang, Yogyakarta, Banyumas, dan kawasan Bagelen-Kedu datang ke pesantren Kiai Dalhar untuk meminta doa. Oleh Kiai Dalhar, para pejuang itu diberi asma’, doa, ijazah kekebalan, serta bambu runcing yang telah diberi doa.
Pertempuran laskar santri dan pemuda melawan sekutu meletus pada 21 November 1945. Mereka bertempur sengit dalam perang Palagan Ambarawa. Pada perang ini, Laskar Hizbullah dari Yogyakarta bersatu dengan beberapa tentara rakyat mengepung Ambarawa.
Laskar santri di bawah komando Bachron Edress berhasil mengakses font Ambarawa. Sebelum berangkat ke medan perang, mereka terlebih dahulu sowan ke Kiai Dalhar Watucongol dan Kiai Subhci Parakan untuk meminta doa.
Sosok Teladan
©Nu.or.id
Selama hidup, Kiai Dalhar dikenal menulis beberapa kitab di antaranya Kitab Tanwir al-Ma’ani, Manaqib Syaikh as-Sayyid Abdul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar as-Syadzili al-Hasani, dan Imam Tariqah Saydziliyyah.
Kiai Dalhar juga menjadi rujukan beberapa kiai yang kemudian menjadi pengasuh pesantren-pesantren ternama seperti Kiai Ma’shum Lasem, Kiai Mahrus Ali Lirboyo, Abuya Dhimyati, Kiai Marzuki Giriloyo, serta Gus Miek.
Kiai Dalhar wafat pada tanggal 23 Ramadan, tepatnya pada 8 April 1959. Jasadnya dikebumikan di pemakaman Gunungpring, Watucongol, Magelang. Kisah perjuangannya menjadi bukti betapa pentingnya jaringan ulama-santri dalam perjuangan kemerdekaan di Indonesia. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganjar mengagumi sosok Mbah Dalhar dan para ulama lain yang telah mendedikasikan hidupnya untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.
Baca SelengkapnyaKyai Makmur ditembak Belanda karena tidak mau diajak bekerja sama.
Baca SelengkapnyaWalaupun masing-masing punya cara yang berbeda, mereka punya peran besar bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah
Baca SelengkapnyaMelanchton Siregar resmi menerima gelar Kolonel Tituler pada tahun 1947.
Baca SelengkapnyaKarena kiprahnya, sosok KH Sochari diabadikan menjadi sebuah jalan di Kota Serang, Banten.
Baca SelengkapnyaIa lahir dari keluarga ulama besar Minangkabau yang terjun di dunia kemiliteran hingga menjabat sebagai menteri di era PRRI.
Baca SelengkapnyaMahfud mengaku mengusulkan dua nama kiai besar dari Sukabumi dan Majalengka, Jawa Barat, sebagai tokoh pahlawan nasional.
Baca SelengkapnyaAnugerah gelar Pahlawan Nasional itu diterima oleh ahli waris Abdul Chalim.
Baca SelengkapnyaKH Badruzzaman juga dikenal sebagai tokoh yang menyebarkan tarekat Al-Tijaniyah.
Baca SelengkapnyaSosoknya dikenal sebagai ulama karismatik yang memiliki rasa cinta yang begitu besar dengan agama dan negerinya.
Baca SelengkapnyaPara rombongan ulama terjebak di hutan dan bertemu para begal. Dalam situasi mendesak KH Abdul Wahab Chasbullah mengeluarkan karomahnya
Baca SelengkapnyaSosok pahlawan nasional yang pernah berjuang bantu Palestina sekaligus merumuskan Pancasila.
Baca Selengkapnya