Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Sentot Ali Basyah, Panglima Perang Diponegoro yang Dibuang ke Bengkulu

Kisah Sentot Ali Basyah, Panglima Perang Diponegoro yang Dibuang ke Bengkulu Sentot Ali Basyah. ©Nusapedia.net

Merdeka.com - Perang Diponegoro (1825-1830) merupakan salah satu perang terbesar yang dihadapi Belanda. Pada saat itu, Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan secara gerilya tiada henti. Begitu pula dengan para pengikutnya yang melakukan hal serupa di daerah-daerah perlawanan yang berbeda.

Dari banyak tokoh pengikut Pangeran Diponegoro itu ada nama Sentot Ali Basyah. Sentot Ali Basyah pertama kali bergabung dengan pasukan Diponegoro di Gua Selarong pada Agustus 1825. Pada saat itu Sentot baru menginjak usia 17 tahun.

Pada awalnya, Pangeran Diponegoro hendak mendidik Sentot menjadi seorang santri. Namun ia tampa tidak berminat. Hingga kelak diketahui bahwa sesungguhnya anak muda itu ingin menjadi panglima perang. Berikut kisah selengkapnya:

Seorang Revolusioner

sentot ali basyah

©Kekunoan.com

Sentot Alibasyah Abdulmustopo Prawirodirdjo merupakan putra dari Raden Ronggo Prawirodirdjo, Bupati Montjonegoro Timur dengan salah seorang selir. Ibu dari Raden Ronggo adalah puteri Hamengku Buwono I. Jadi sama halnya dengan Pangeran Diponegoro, Sentot merupakan buyut dari Hamengku Buwono I.

Perlawanan Sentot muncul setelah melihat betapa mengerikannya perang yang dilancarkan Diponegoro terhadap Belanda. Apalagi ayah Sentot juga merupakan orang yang keras terhadap kolonial. Maka tak heran, Sentot tumbuh menjadi pemuda revolusioner yang menaruh kebencian terhadap Belanda.

Strategi Perang Ala Sentot

sentot ali basyah

©Nusapedia.net

Setelah tiga tahun mengikuti perang bersama Pangeran Diponegoro, pada tahun 1828 Sentot dipilih menjadi panglima perang. Saat itu Gusti Basyah, salah seorang panglima perang Diponegoro, gugur di medan perang. Sebelum wafat, ia berpesan pada Pangeran Diponegoro agar yang menggantikannya adalah Sentot. Pangeran Diponegoro menyetujui usulan itu.

Tak lama setelah diangkat jadi panglima perang, Sentot Ali Basyah langsung menunjukkan kemampuannya. Pada 5 September 1828, dia dikirim ke Progo Timur dan berhasil memukul mundur tentara Belanda di bawah pimpinan Sollewijn.

Beberapa minggu kemudian, dia juga berhasil mengatasi perlawanan Belanda di wilayah Banyumas dan Bagelen. Saat peperangan Sentot seringkali menggunakan penggerebekan sebagai taktik perang.

“Jika Sentot mundur, maka kemunduran itu terjadi secara teratur dan bijaksana. Tentaranya disebar sehingga susah menyusulnya dan kerap kali berbahaya. Jadi tak dapat dipastikan apakah pelarian itu tipu-tipu atau tidak. Tentara pemburu yang formasinya tak tertutup lagi, bisalah menjadi korban,” kata E.S de Klerck dalam bukunya yang berjudul “De-Java-oorlog van 1825-1830”.

Kejatuhan Sentot Ali Basyah

Kepandaian Sentot dalam urusan menyusun taktik perang gerilya membuat Sentot tak hanya dihormati oleh pasukannya, namun juga oleh pasukan Belanda. Namun suatu kekalahan besar terjadi pada 8 Januari 1829.

Saat itu Belanda telah membangun benteng baru yang besar di Nanggulan. Namun Sentot tidak bereaksi cepat karena sibuk mengurus keuangan. Saat Sentot memerintahkan pasukannya untuk menyerang benteng itu, pasukan Belanda sudah terlanjur kuat. Pasukan Sentot mengalami kekalahan.

Pada 16 Oktober 1829, Sentot akhirnya menyerah kepada Belanda. Ada beberapa sumber yang menyatakan alasan kenapa Sentot menyerah. Ada yang menyebut kalau ia mengambil keuntungan pribadi, ada pula yang menyebut kalau dia sudah tak sanggup melihat kondisi perekonomian rakyat yang selama perang menjadi penyuplai utama logistik.

Jalani Masa Pembuangan

sentot ali basyah

©kemdikbud.go.id

Setelah menyerah, Sentot ditangkap dan diadili di Batavia. Ia kemudian dibebaskan kembali dan diperintahkan untuk menumpas pemberontakan Cina di Karawang dan Salatiga. Setelah berhasil, Sentot kembali dipanggil ke Batavia dan diminta membantu serdadu Belanda melawan Kaum Paderi di Sumatera Barat.

Akan tetapi sewaktu di Sumatera, ia secara diam-diam melakukan siasat kerja sama dengan Imam Bonjol dan pasukannya. Hal itu diketahui Belanda dan membuat ia kembali dipanggil ke Batavia untuk selanjutnya menjalani masa pembuangan di Bengkulu.

Sebelum menjalani masa hukumannya di tahun 1833, Sentot diizinkan untuk menunaikan ibadah haji ke Makkah. Dalam pembuangannya, ia banyak mengajarkan ilmu-ilmu dan kaidah-kaidah agama Islam kepada masyarakat Bengkulu. Sentot meninggal pada 17 April 1955 selama masa pembuangan itu. (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Peristiwa 8 Januari: Meninggalnya Pangeran Diponegoro pada Usia 74 Tahun di Makassar
Peristiwa 8 Januari: Meninggalnya Pangeran Diponegoro pada Usia 74 Tahun di Makassar

Pangeran Diponegoro wafat pada tanggal 8 Januari 1855 di Makassar, Sulawesi.

Baca Selengkapnya
Kisah Heroik Kerto Pengalasan, Panglima Perang Pangeran Diponegoro yang Kecanduan Opium
Kisah Heroik Kerto Pengalasan, Panglima Perang Pangeran Diponegoro yang Kecanduan Opium

Setelah masa Perang Jawa, ia menikmati masa pensiun dengan kehidupan yang damai di Semarang hingga wafat pada tahun 1856.

Baca Selengkapnya
Berperang dari Bantaran Sungai Siak, Panglima Perang dari Riau Ini Bikin Belanda Ketar Ketir
Berperang dari Bantaran Sungai Siak, Panglima Perang dari Riau Ini Bikin Belanda Ketar Ketir

Panglima Perang dari Riau ini terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Sumatera Barat di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.

Baca Selengkapnya
Kisah Ki Bagus Rangin, Pejuang Rakyat dari Cirebon di Zaman Penjajah Belanda
Kisah Ki Bagus Rangin, Pejuang Rakyat dari Cirebon di Zaman Penjajah Belanda

Pemberontakan yang ia pimpin menjadi pemberontakan besar terhadap Belanda yang pertama di Pulau Jawa.

Baca Selengkapnya
Sosok Guru Somalaing Pardede, Panglima Perang Sisingamangaraja XII yang Terkuat
Sosok Guru Somalaing Pardede, Panglima Perang Sisingamangaraja XII yang Terkuat

Pria panglima perang ini dianggap penjajah Belanda sangat berbahaya dan kuat dibandingkan dengan pemimpinnya sendiri.

Baca Selengkapnya
Hulptroepen, Pasukan Pribumi yang Malah Bantu Belanda Memenangkan Perang Jawa
Hulptroepen, Pasukan Pribumi yang Malah Bantu Belanda Memenangkan Perang Jawa

Banyaknya anggota hulptroepen dari Minahasa tidak terlepas dari peran komandannya, yakni Dotulong.

Baca Selengkapnya
Wafatnya Pangeran Antasari 11 Oktober 1862, Pahlawan Nasional yang Pemberani
Wafatnya Pangeran Antasari 11 Oktober 1862, Pahlawan Nasional yang Pemberani

Pangeran Antasari adalah salah seorang Pahlawan Nasional yang memiliki peran besar dalam sejarah perjuangan Kemerdekaan Indonesia.

Baca Selengkapnya
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI

74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.

Baca Selengkapnya
18 Februari: Kelahiran Singsingamangaraja XII, Sosok Raja di Negeri Toba yang Getol Melawan Belanda
18 Februari: Kelahiran Singsingamangaraja XII, Sosok Raja di Negeri Toba yang Getol Melawan Belanda

Sisingamangaraja XII juga dikenal sebagai Raja Tuan Marhajan Siregar, adalah seorang pahlawan dari Tanah Batak.

Baca Selengkapnya
Sisi Lain Kerto Pengalasan Panglima Perang Diponegoro, Kecanduan Opium hingga Bisa Menunaikan Ibadah Haji
Sisi Lain Kerto Pengalasan Panglima Perang Diponegoro, Kecanduan Opium hingga Bisa Menunaikan Ibadah Haji

Selain di Jawa, namanya muncil dalam catatan buku harian seorang syekh di Pulau Pinang

Baca Selengkapnya
Kisah Pemberontakan Batipuh 1841, Dampak Sistem Tanam Paksa Terhadap Rakyat Pantai Barat Sumatera
Kisah Pemberontakan Batipuh 1841, Dampak Sistem Tanam Paksa Terhadap Rakyat Pantai Barat Sumatera

Pemberontakan ini sebagai bentuk reaksi rakyat terhadap sistem tanam paksa oleh Belanda.

Baca Selengkapnya
21 Juli Wafatnya Teuku Nyak Makam, Panglima Perang Asal Aceh yang Gigih dan Berani
21 Juli Wafatnya Teuku Nyak Makam, Panglima Perang Asal Aceh yang Gigih dan Berani

Hari ini adalah 128 tahun wafatnya Teuku Nyak Makam yang patut dikenang oleh masyarakat Indonesia.

Baca Selengkapnya