Mengunjungi Masjid Golo di Klaten, Bangunan Kuno Peninggalan Sunan Pandanaran
Merdeka.com - Masjid Golo berada di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Masjid itu didirikan pada abad ke-16 dan menjadi peninggalan dari Sunan Pandanaran, seorang wali yang menyebarkan agama Islam di daerah Bayat.
Konon, dulunya Masjid Golo didirikan di puncak Gunung Jabalkat. Hal itu bertujuan agar masjid ini terhindar dari gangguan dan pengusiran.
Meskipun terbilang tua, namun kekokohan bangunan masjid ini masih terlihat jelas. Lokasi bangunan ini hanya sekitar 300 meter dari makam Sunan Pandanaran.
-
Kapan Masjid Agung Banten didirikan? Dalam laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, disebutkan bahwa masjid besar ini mulai dibangun atas perintah Sultan Maulana Hasanuddin, Putra dari Sunan Gunung Jati, sekitar tahun 1552 – 1570 M.
-
Dimana Sunan Gresik mendirikan masjid? Maulana Malik Ibrahim mendirikan masjid di Desa Pasucinan (Suci), Manyar, Gresik, dalam misi menyebarkan Islam.
-
Siapa yang membangun Masjid Agung Bangkalan? Masjid ini merupakan masjid ‘rakyat’ pertama yangdidirikan seorang sultan keraton, yakni R. Abdul Kadirun atau Raden TumenggungMangkudiningrat yang dikenal sebagai Sultan Bangkalan II.
-
Dimana Masjid Agung Bangkalan berada? Potret Masjid Agung Bangkalan, Masjid Pertama yang Didirikan Sultan Keraton untuk Masyarakat
-
Kapan Masjid Agung Bangkalan dibangun? Masjid Agung Bangkalan dibangun pada tahun 1819.
-
Dimana Masjid Agung Banten berada? Masjid megah ini belakangan dikenal lewat menara putih ikoniknya yang berdiri persis di samping bangunan.
Lokasinya yang persis berada di tepi jalan raya membuat akses menuju tempat itu tidaklah sulit. Berikut selengkapnya:
Kisah Sunan Pandanaran
©Islamic-center.or.id
Keberadaan Masjid Golo tak bisa lepas dari kisah Sunan Pandanaran. Pada awalnya, Sunan Pandanaran merupakan Bupati Semarang yang dikenal amat kikir.
Ia kemudian bertobat setelah bertemu Sunan Kalijaga. Setelah pertobatan itu, Sunan Pandanaran yang dulunya bernama Ki Ageng Pandanaran itu ingin berguru ke Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga mau menerima Ki Ageng Pandanaran sebagai muridnya dengan syarat dia mau menjalankan ibadah seumur hidup dengan menyebarkan agama Islam di tengah masyarakat Semarang, membayar zakat, dan salat lima waktu.
Setelah beberapa waktu berguru dengan Sunan Kalijaga, dia kemudian diangkat menjadi mubalig dan diberi amanah menyebarkan ajaran Islam di Desa Tembayat. Daerah itu dulunya merupakan perbukitan tandus dan daerah yang sangat miskin.
Kisah Syekh Domba
©2020 liputan6.com
Pada awalnya, takmir Masjid Golo adalah murid-murid Sunan Pandanaran yang diangkatnya selama perjalanan dari Semarang ke Desa Tembayat, Klaten. Salah satu muridnya bernama Syekh Domba.
Setiap kali mengumandangkan adzan, konon suara Syekh Domba sangat keras sehingga terdengar hingga Demak. Oleh karena itulah seorang sunan di Demak meminta lokasi masjid lebih diturunkan agar suara adzan yang terlalu keras itu tidak terlalu terdengar.
“Masjid itu lalu dipindahkan dari puncak Gunung Jabalkat ke bawah dekat Goa Maria. Azan pun tidak terdengar lagi sampai Demak,” kata Ketua Sanggar Lima Benua, Liben, dikutip dari Liputan6.com pada Kamis (7/5).
Proses Pemindahan Masjid
Teamtouring.net
Menurut Liben, pemindahan masjid dari Puncak Bukit Jabalkat ke bawah terbilang unik. Ada beberapa versi bagaimana Sunan Pandanaran memindahkan masjid itu salah satunya adalah dengan menariknya menggunakan benang.
Tapi ada juga cerita lainnya yang menyebutkan bahwa masjid itu dipindahkan menggunakan ujung jarinya.
“Sampai sekarang bekas masjid yang ada di atas bukit masih sering dikunjungi peziarah untuk melihat petilasan Sunan Pandanaran saat berada di Klaten,” kata Liben dikutip dari Liputan6.com.
Dihuni Oleh Jin
Teamtouring.net
Dilansir dari Islamic-center.or.id, menurut masyarakat sekitar masjid ini dihuni oleh sesosok jin bernama Muhammad Harun. Pernah pada suatu hari ada orang yang tidur di dalam masjid kemudian dipindahkan ke bawah pohon yang berada di dekat masjid itu.
Sampai saat ini, masih ada bukti peninggalan sejarah masjid yang asli yaitu beduk dan gentong tempat air wudhu.
Selain digunakan untuk salat lima waktu, Masjid Golo rutin menyelenggarakan kegiatan dakwah seperti pengajian rutin dan peringatan hari-hari besar Islam. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini masjid tersebut hanya tersisa ruang mahrab, pondasi, dan menara yang sudah tidak utuh.
Baca SelengkapnyaTanah Minang memiliki banyak peninggalan sejarah yang menjadi saksi perjuangan para ulama besar dalam menyebarkan Islam di sana.
Baca SelengkapnyaBangunan yang hampir seluruh bagiannya menggunakan kayu itu menjadi bagian dari sejarah masuknya Islam di Sumbar yang berlangsung sejak ratusan tahun.
Baca SelengkapnyaSebelum membangun masjid, para tukang harus dalam keadaan suci
Baca SelengkapnyaDi balik keindahan bangunan berusia hampir lima abad itu, siapa sangka jika perancangnya berasal dari tiga negara.
Baca SelengkapnyaPusat penyebaran agama Islam ini sengaja dibangun mirip bangunan Hindu.
Baca SelengkapnyaDi Desa Astana, peninggalan kejayaan Islam era lampau masih bisa dilihat seperti makam Sunan Gunung Jati, Petilasan Syekh Datul Kahfi, sampai Keraton Pakungwati
Baca SelengkapnyaPada awal pendiriannya, masjid ini hanya diperuntukkan keluarga keraton.
Baca SelengkapnyaMasjid itu punya kemiripan dengan masjid agung Keraton Surakarta.
Baca SelengkapnyaDi dalam petilasan ini terdapat sebuah batu besar yang digunakan sebagai tempat bertapa Panembahan Senopati
Baca SelengkapnyaMasjid ini jadi sisa peninggalan Kesultanan Banten yang masih tersisa.
Baca SelengkapnyaHasyim Asy'ari dan Syaikhona Kholil punya kenangan khusus di sini
Baca Selengkapnya