Menguak Sejarah Kota Lama Gresik, Dulunya Jadi Pusat Perdagangan Internasional dengan Julukan "Permata Pulau Jawa"
Sejak abad ke-16, Gresik telah tumbuh menjadi kota pelabuhan yang terkenal.
Gresik merupakan wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Dulunya kabupaten Gresik memiliki pusat pemerintahan di kawasan kota lama. Namun seiring perkembangan zaman, pusat pemerintahan itu secara bertahap dipindahkan ke kawasan yang baru.
Dalam dokumen VOC tahun 1719, tergambar bentuk kawasan Kota Lama Gresik sebagai pusat pemerintahan Gresik. Digambarkan bahwa kawasan kota lama Gresik memiliki kawasan alun-alun di bagian tengah.
-
Mengapa kota Kerpe penting bagi perdagangan? Kota ini dikenal sebagai pelabuhan yang aman bagi kapal-kapal dagang yang melintasi Laut Hitam, dan merupakan pemasok utama kayu, batu bara, bahan bangunan, dan bahan bakar ke Istanbul pada masa Utsmaniyah.
-
Kenapa pudak Gresik jadi oleh-oleh? Pudak juga tidak mudah basi dan dapat bertahan selama 24 jam sehingga cocok untuk oleh-oleh ke luar kota yang ditempuh tidak lebih dari sehari semalam.
-
Apa itu pudak Gresik? Pudak adalah makanan khas dari Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Makanan ini memiliki rasa manis yang bersumber dari gula sebagai bahan bakunya. Cara memasaknya yaitu dengan cara dikukus.
-
Siapa yang menjadi Syahbandar pertama di Gresik? Nyai Ageng Pinatih jadi perempuan pertama di Nusantara yang memungut bea cukai dan mengawasi pedagang asing pada zaman kesultanan. Ia menjabat sebagai syahbandar Gresik hingga tahun 1477.
-
Mengapa pelabuhan Jepara menjadi pusat perdagangan? Pada masa lalu, Pelabuhan Jepara menjadi pusat perdagangan yang amat ramai.
-
Apa yang dibangun di Gresik? Smelter Manyar PT Freeport Indonesia berdiri di atas lahan seluas 104 hektare.
Sementara di sebelah timurnya terdapat Kampung Pecinan. Lalu di sebelah selatannya merupakan tempat permukiman Arab. Sementara di sebelah utaranya terdapat tempat kediaman bupati dan tempat bermukimnya orang-orang Eropa.
Digambarkan pula bahwa kota lama Gresik memiliki sebuah dermaga yang menjorok ke arah laut di sebelah timur.
Lalu bagaimana sejarah terbentuknya kota lama itu? dan bagaimana pula kondisinya saat ini? berikut selengkapnya:
Permata Pulau Jawa
Sejak abad ke-16, Gresik telah tumbuh menjadi kota pelabuhan yang terkenal. Saking terkenalnya, penjelajah Tome Pires dalam buku klasiknya berjudul “Suma Oriental” menyebut bahwa Pelabuhan Gresik sebagai permata Pulau Jawa di antara pelabuhan dagang.
Dalam data perdagangan VOC tahun 1774 sampai 1775, disebutkan bahwa Gresik menjadi kota pelabuhan terbesar nomor empat dari 15 pelabuhan yang ada di seluruh pantai utara Jawa.
Keberadaan pelabuhan ini mendorong para pedagang asing untuk datang ke Gresik seperti dari Arab, China, Gujarat, hingga bangsa Eropa. Kehadiran mereka di kemudian hari membentuk perkampungan-perkampungan asing di Gresik, beberapa di antaranya adalah Kampung Arab dan Kampung Cina.
Kampung Arab di Gresik
Dalam data tahun 1915, catatan perkembangan demografi masa kolonial menunjukkan bahwa jumlah orang-orang Tionghoa di Gresik mencapai 1.600 jiwa. Lalu ada orang Arab dan orang Bengali dengan total 1.000 jiwa. Ada pula penduduk bangsa Eropa yang jumlahnya 130 jiwa.
Salah satu kampung asing di Gresik adalah Kampung Arab. Sejarah kehadiran orang-orang Arab di Gresik banyak dikaitkan dengan arus perdagangan dan proses Islamisasi. Salah satunya ditandai dengan penemuan batu nisan Siti Fatimah Binti Maimun. Selain itu, kedatangan orang Arab juga bisa dikaitkan dengan kedatangan paa tokoh penyebar Islam dari Timur Tengah seperti Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Para warga keturunan Arab di Gresik kemudian hidup berbaur dengan para warga lokal. Banyak dari mereka pula yang saling menikah sehingga lahirlah keturunan campuran.
Kampung Pecinan di Kota Lama Gresik
Selain Kampung Arab, ada pula Kampung Pecinan. Lokasinya berada di sebelah timur Alun-Alun Kota Lama Gresik. Sejarah terbentuknya kampung pecinan ini diawali dengan hadirnya para pedagang Cina di Pelabuhan Gresik.
Catatan seorang musafir pada abad ke-14 menjelaskan bahwa saat itu Gresik telah dihuni oleh 1.000 keluarga yang dipimpin oleh seorang Kapitan Cina. Mereka hadir tidak hanya sebagai pedagang perantaran, namun juga sebagai penyedia modal bagi petani dan pedagang pribumi.
Dalam bukunya yang berjudul “History Of Java”, Thomas Stamford Raffles menulis bahwa jumlah penduduk Cina di Gresik pada tahun 1815 telah mencapai 364 jiwa. Dengan semakin padatnya penduduk Cina di Gresik, pada tanggal 9 Oktober 1871, pemerintah kolonial kemudian mengesahkan “kampung pecinan”.
Masyarakat di Kampung Pecinan sangat memegang teguh tradisi budaya mereka. Warga Kampung Pecinan ini sering mengunjungi kelenteng untuk beribadah dan merayakan hari-hari besar keagamaan mereka.
Kondisi Kota Lama Gresik Kini
Saat ini, Kota Lama Gresik menjadi salah satu destinasi wisata. Salah satu peninggalan bersejarah di kawasan itu adalah Gardu Suling. Dulunya peninggalan itu digunakan sebagai tempat pengumuman saat musuh datang.
Peninggalan sejarah seperti alun-alun, masjid, pasar, dan pelabuhan, juga masih dapat dijumpai. Selain itu, ada pula wisata heritage yang masih berada di kawasan Kota Lama Gresik yaitu Kampung Kemasan. Di sana ada sebuah Rumah Gajah yang luasnya mencapai 2 kilometer persegi.
Dikutip dari Liputan6.com, rumah berarsitektur Tiongkok itu sudah ada sejak tahun 1881. Saat itu rumah tersebut dihuni oleh empat hingga lima keturunan keluarga.