Isak Tangis dan Pekik Doa Iringi Ketegangan Pengosongan SDN Pondokcina 1
Merdeka.com - Setelah sempat bersitegang lebih dari lima jam, akhirnya upaya Satpol PP melakukan pengosongan SDN Pondokcina 1 gagal, Minggu (11/12). Sejak pagi, petugas sudah berupaya melakukan komunikasi dengan wali murid yang bertahan sejak semalam. Namun tak menemui titik sepakat terkait pengosongan lahan.
Wali murid yang ada di dalam area sekolah tidak memperbolehkan petugas masuk. Satpol PP Kota Depok mendapat perintah untuk melakukan pendampingan pengamanan, pemusnahan bangunan aset SDN Pondokcina 1 yang dipimpin langsung oleh Kepala Satpol PP Depok, Lienda Ratnanurdianny.
"Ditunda dulu melihat situasi kondisi, arahan pimpinan kemudian masukan dari aparat keamanan. Dan Kami juga sangat menjaga jangan sampai ada tindakan yang tidak kondusif. Jangan sampai ada tindakan represif," katanya, Minggu (11/12).
-
Apa yang dilakukan selama penutupan? Selama penutupan kami memastikan tidak ada pendaki yang melintas terutama yang merayakan malam pergantian tahun di puncak Gunung Gede, karena patroli digencarkan agar tidak ada oknum pendaki nakal yang naik melalui jalur ilegal,' katanya.
-
Apa yang dilakukan petugas Satpol PP? Petugas Satpol PP menggerebek sejumlah kamar kos yang berada di Jalan Gajah Mada, Kelurahan Kepuharjo, Kabupaten Lumajang.
-
Apa masalah di SDN Ambon? Puluhan siswa di sana terpaksa melakukan kegiatan belajar mengajar di lantai karena tak ada meja dan kursi.
-
Mengapa TPST Piyungan ditutup sementara? “Pemerintah DIY sudah mengumumkan bahwa TPST Piyungan ditutup sementara, mulai 23 Juli sampai 5 September, sehingga baik Sleman Kota, maupun Bantul ini sementara harus melakukan langkah-langkah kedaruratan untuk menampung sampah masing-masing,“ katanya.
-
Kapan anak bisa kembali ke sekolah setelah gondongan? Jika seorang anak terinfeksi, mereka dapat kembali ke sekolah atau tempat penitipan anak setelah merasa lebih baik dan setidaknya satu minggu telah berlalu sejak gejala pertama kali muncul.
-
Dimana siswi SMP disekap? Dari 10 tersangka pelaku pemerkosaan, empat orang masih belum tertangkap. Polisi mendatangi rumah empat buronan penyekap dan pemerkosa secara bergilir siswi SMP selama tiga hari di Lampung Utara, Lampung, inisial NA.
Lienda menuturkan, pihaknya hanya sebagai pendamping dari Dinas Pendidikan yang ditugaskan melakukan pengosongan lahan aset. Lienda sudah dengan berbagai upaya berbicara dengan wali murid agar bisa masuk. Namun tidak selangkah pun dirinya bisa masuk.
Sejak mulai datang sekitar pukul 05.47 WIB, petugas sudah berupaya melakukan dialog. Di sisi lain, wali murid juga bersatu agar barisan tidak ditembus petugas.
Dialog Jadi Panas
Dialog yang mulanya berjalan pelan, tiba-tiba menjadi panas ketika perwakilan Dinas Pendidikan Kota Depok datang untuk menemui wali murid. Ketegangan pun terjadi ketika pihak Pemerintah Kota Depok menyampaikan bahwa mereka akan melakukan pengosongan lahan. Hingga akhirnya Lienda pun harus berhadapan sendirian dengan wali murid melalui pagar gerbang sekolah.
"Kami bukan orang aset. Saya panggil orang aset ke sini ya karena bukan kewenangan saya menerangkan soal aset," ujarnya pada wali murid.
Namun penjelasan Lienda sama sekali tidak digubris wali murid. Mereka tetap tidak membukakan pintu gerbang untuk petugas. Bahkan Lienda diminta untuk mundur dan pergi.
"Saya sudah sampaikan, kepentingan saya adalah mengawal Disdik," tegasnya.
Dikatakan dia, dialog alot yang terjadi hari ini karena wali murid memiliki persepsi masing-masing mengenai aset lahan sekolah tersebut. Sehingga ada bagian yang tidak sinkron dan harus dibuat satu persepsi terlebih dahulu.
"Dialog sudah alot dari tadi, ini kan harus melihat kondisinya. Kalau persepsi masing-maisng belum nyambung, ini harus ada yang disambungkan lagi, harus ada media forum untuk bisa berdialog," ujarnya.
Tak Pakai Cara Represif
Lienda akhirnya menarik mundur pasukannya karena melihat situasi yang sudah tidak memungkinkan. Pihaknya memang punya kuasa untuk memaksa masuk karena lahan tersebut adalah aset pemerintah. Namun hal itu tidak dilakukan dengan alasan menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
"Kalau kita dipaksakan masuk, kalaupun kita punya kewenangan karena ini aset pemerintah, kita aparat pemerintah yang resmi. Namun melihat kondisi dan menjaga situasi tetap kondusif, maka kita buka komunikasi, daripada sekarang komunikasinya di jalan tidak ada ujungnya. Oleh karena itu, setelah mendapatkan arahan harapan mereka untuk diajak dialog itu diakomodir. Tentang waktu pelaksanaannya kapan, mereka (wali murid) juga akan berdialog dulu. Kami siap saja," ungkapnya.
Lienda menuturkan, pengosongan lahan ini adalah persiapan untuk pemusnahan aset. Pemusnahan aset itu harus dilakukan karena aset atau bangunan ini (SDN Pondokcina 1) berdiri di atas lahan yang sudah beralihperuntukannya. Dari peruntukan pendidikan ke peruntukan masjid.
"Intinya, kami di sini mengawal menjaga dan mengupayakan Disdik untuk bisa mengamankan aset yang masih ada di ruang kelas itu untuk dipindahkan ke SD yang nanti dipergunakan untuk belajar anak-anak," ujarnya.
Sementara itu, wali murid sudah berjaga sejak beberapa hari sebelum eksekusi pengosongan lahan hari ini. Terlebih semalam, sangat banyak wali murid yang berjaga bahkan menginap di lokasi. Mereka tidak ingin kecolongan ada petugas yang masuk dan mengambil aset dari sekolah tersebut.
Anak Dibully
Hendro, salah satu wali murid mengaku tidak keberatan dengan relokasi. Hanya saja dia meminta agar Pemkot Depok menyediakan tempat belajar yang representatif untuk siswa SDN Pondokcina 1. Selain itu juga, wali murid meminta siswa tidak dipindah di dua sekolah berbeda. Karena hal itu menimbulkan tindakan perundungan.
"Anak saya di bully. Dikatain sekolahnya digusur. Ini sudah mempengaruhi psikologi anak," katanya.
Lokasi tersebut rencananya akan dijadikan masjid. Wali murid tidak menolah dengan rencana pemerintah tersebut. Hanya saja, sekali lagi, permintaan mereka adalah disediakan gedung sekolah yang nyaman dan aman untuk siswa belajar.
"Kami tidak menolak pembangunan masjid, tapi bangun sekolah dulu. Pemintaan kami tidak sulit, berikan kami keadilan. Bangun sekolah juga ibadah. Apakah anak bapak ibu tidak pernah sekolah," teriak seorang ibu dari salah satu siswa SDN Pondokcina 1.
Isak tangis terlihat sepanjang ketegangan terjadi antara wali murid dengan petugas. Mereka ingin agar pintu hati pemerintah terketuk dan tidak egois dengan mengesampingkan kepentingan siswa didik. Para wali murid yang berjaga di depan gerbang pun membacakan doa yang diiringi dengan lantunan istighfar.
"Allah sedang mengawasi kalian (pejabat Depok)," teriak wali murid lainnya.
Doa yang dipanjatkan wali murid adalah agar mereka dilindungi dan dijauhkan dari pemimpin yang zalim. Doa tersebut membuat wali murid lainnya menangis.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Orang tua murid SDN Pocin 1 merasa kecewa dengan putusan PTUN Bandung yang menolak gugatan mereka.
Baca SelengkapnyaPenutupan SD Inpres Pajjaiang dilakukan hingga tiga hari karena menunggu hasil perundingan antar ahli waris.
Baca SelengkapnyaMiris, sekolah di Ponorogo ludes terbakar tak tersisa. Para guru menangis mengetahui musibah itu.
Baca SelengkapnyaPara guru, siswa, hingga wali murid tak kuasa menahan haru bahagia saat SMK Prapanca 2 Surabaya kembali dibuka.
Baca SelengkapnyaPolisi menambahkan, permasalahan dua desa ini yakni Desa Mandiangin dan Desa Rengkiling sudah lama terjadi.
Baca SelengkapnyaPuluhan orang tua dan siswa baru SMKN 1 Tambun Utara, Kabupaten Bekasi menggelar aksi dengan cara mengunci pintu gerbang sekolah, Senin (22/7).
Baca SelengkapnyaPihak ahli waris tetap akan menutup sekolah hingga Pemkot Makassar mengganti rugi lahan tersebut
Baca SelengkapnyaAbdul Mu'ti berharap kasus yang dialami tiga siswa SDIT ICMA tersebut dapat menemui jalan keluar secepatnya.
Baca SelengkapnyaPhaknya langsung memanggil seluruh siswa yang terlibat untuk mendamaikan.
Baca SelengkapnyaKapolrestabes Bandung, Kombes Budi Sartono menjelaskan bahwa penggunaan gas air mata hanya dilakukan untuk membubarkan massa yang memblokade jalan.
Baca SelengkapnyaDua bus yang selamat tiba di Depok sekitar pukul 04.59 WIB. Bus dikawal Satuan Lalulintas Polres Metro Depok.
Baca SelengkapnyaBangunan Sekolah Dasar (SD) Negeri Pandansari 1, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang ambruk akibat dihantam hujan dan angin kencang.
Baca Selengkapnya