Kisah Dusun Watu Gepeng Banyuwangi yang lahir dari batu
Merdeka.com - Di Banyuwangi nama Dusun Watu Gepeng sangatlah tak asing di telinga masyarakat, khususnya warga Desa Telmung, Kecamatan Kalipuro. Dusun yang berada di sebelah barat Kota Banyuwangi ini dinamakan Watu Gepeng karena berkaitan dengan penemuan sebuah situs batu berbentuk gepeng di sana.
Seorang juru kunci batu gepeng yang kerap dikenal masyarakat dengan nama Watu Gepeng, Sa'i (61) mengatakan, batu tersebut pertama kali ditemukan oleh kakek buyutnya yang bernama Mbah Supani saat akan membangun sebuah lahan pemukiman yang tadinya hutan belantara.
Sa'i mengatakan, saat sedang membuka kawasan yang tadinya hutan belantara itu, kakek buyutnya menemukan sebuah batu besar yang berdiri tegak setinggi 1 meter dan lebar 70 centimeter.
-
Siapa yang menemukan Batu Sawan? Pada tahun 1996, Batu Sawan ditemukan oleh seseorang bermarga Limbong melalui mimpi.
-
Dimana batu itu ditemukan? Awalnya batu seberat 3,5 kilogram itu ditemukan di dasar sungai Colti di sebelah tenggara Rumania oleh seorang wanita tua.
-
Dimana penemuan batu kuno itu? Temuan itu terjadi di kawasan bernama Plakia di Pulau Kreta Yunani.
-
Dimana lokasi penemuan pohon batu? Proses penggalian untuk pipa pembuangan air hujan di Pulau Lesvos, Yunani, mengungkap temuan 14 pohon batu yang berusia sekitar 18 juta tahun.
-
Siapa yang menemukan batu berukir itu? Seorang guru geografi asal Inggris, Graham Senior menemukan artefak kuno saat berkebun di rumahnya.
"Buyut saya yang menemukan saat itu batunya berbentuk pipih dengan tinggi 1 meter dan lebar 70 centimeter. Pas dicoba untuk memindahkan buyut saya pakai cara dengan menggali tanah di bawahnya. Tapi nggak bisa karena batunya tertanam sangat dalam," ungkap Sa'i saat ditemui merdeka.com, Minggu (19/10).
Karena hal tersebut, Mbah Supani pun menamakan kawasan tersebut dengan nama Dusun Watu Gepeng. Setelah kabar penemuan sebuah batu besar yang tak bisa dipindahkan tersebut menyebar, Sa'i mengatakan, pada tahun 1946 terdapat sekelompok orang yang ingin mengetahui seberapa dalam batu itu tertanam.
"Pas sudah digali dalam, mereka juga gagal seperti uyut saya. Batu itu dipercaya tertanam hingga ke inti bumi," ujar Sa'i.
Menurutnya, hingga saat ini belum ada yang bisa menemukan dasar dari batu tersebut tertanam. Menurut kisah yang Sa'i terima dari anak Mbah Supani yang tidak lain adalah kakeknya, Mbah Mujemar, semakin dalam tanah di sekitar batu itu digali, banyak batu yang ditemukan saling menyambung dan terus menancap makin dalam.
"Selama ini tidak ada yang bisa menemukan dasar batunya. Kata mbah saya, Mbah Mujemar, generasi kedua dari mbah Supani, Batu ini semakin digali semakin banyak bagian-bagian batu yang seperti saling menyambung," kata Sa'i.
Dia menambahkan, bila pernah mendapat cerita dari Mbah Mujemar, kakeknya, konon jika Watu Gepeng bagian dari akar Watu Dodol, batu raksasa yang berdiri kokoh di tengah jalan raya Banyuwangi-Situbondo Desa Ketapang. Watu Dodol sendiri berada belasan kilometer, Timur Laut situs Watu Gepeng.
Karena keanehan dari situs Watu Gepeng yang merupakan cikal bakal dari Dusun Watu Gepeng, Sa'i mengatakan, banyak orang berdatangan untuk bersemedi dan meminta nomor buntut togel. Tapi bukannya untung, malah warga tersebut mendapatkan musibah yang mengakibatkan dirinya cacat hingga sekarang.
"Di sini ada warga yang sampai sekarang masih belum sembuh sakitnya. Dulu orang itu sering menginap di Watu Gepeng dengan harapan dapat nomor buntut, tapi malah wajahnya cacat sampai sekarang," tambahnya.
Selain masyarakat sekitaran Banyuwangi, keberadaan situs Watu Gepeng ini bahkan dikenal hingga ke luar pulau Jawa. Sa'i mengaku kerap menjumpai peziarah yang mengaku datang dari seberang Pulau Jawa yaitu Kalimantan.
"Waktu saya sedang menengok Watu Gepeng, saya pernah menemui peziarah yang ngaku datang dari Kalimantan. Saya tanya tahu darimana ada Watu Gepeng di sini, mereka ngakunya dapat mimpi yang memberitahu ada batu sakti di Bumi Blambangan," kisah Sa'i.
Sa'i mengatakan setiap bulan Dzulhijah atau Bulan Haji, tepatnya setiap Jumat Legi, banyak warga yang menggelar selamatan di sana.
"Biasanya kita mulai acara selamatan, sejak pukul 07.00 WIB sampai sebelum salat Jumat. Tak ada maksud lain kecuali hanya untuk tempat doa bersama," pungkasnya. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang warga pengrajin batu bata di Mojokerto, Jawa Timur tidak sengaja menemukan puluhan sumur saat mencangkul tanah.
Baca SelengkapnyaSebelum populer, jalur pendakian via Dusun Butuh lebih dikenal sebagai "jalur spiritual".
Baca SelengkapnyaBekas permukiman elite zaman Majapahit ini ditemukan secara tidak sengaja oleh warga
Baca SelengkapnyaOrang-orang pertama yang berjasa mengubah hutan jadi permukiman penduduk merupakan para pendakwah Islam
Baca SelengkapnyaKeberhasilan Dusun Butuh menjadi desa wisata tak lepas dari kekompakan warganya
Baca SelengkapnyaDulunya kawasan lereng Merapi-Merbabu menjadi tempat orang-orang zaman dulu menimba ilmu
Baca SelengkapnyaDi dalam petilasan ini terdapat sebuah batu besar yang digunakan sebagai tempat bertapa Panembahan Senopati
Baca SelengkapnyaKebudayaan Buni yang berkembang di Pesisir adalah kebudayaan kuno tembikar tanah liat di masa prasejarah.
Baca SelengkapnyaGunungkidul konon dulu menjadi tempat yang nyaman bagi manusia purba
Baca SelengkapnyaPenemuan candi ini begitu misterius karena tidak ada bukti mengenai siapa yang membangun dan kapan dibangun.
Baca SelengkapnyaPacarpeluk merupakan desa dengan potensi pertanian yang menjanjikan.
Baca Selengkapnyafosil gading gajah itu memiliki panjang 3,25 meter, diperkirakan berusia 800 ribu tahun.
Baca Selengkapnya