Menkes Budi Ngaku Pusing Lihat Polemik Vaksin Berbayar
Merdeka.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku pusing melihat polemik vaksin gotong royong individu yang berbayar. Budi mengaku lebih memilih meluangkan waktu melobi negara-negara untuk mendatangkan oksigen hingga obat untuk pasien Covid-19.
Pernyataan itu disampaikan menjawab pertanyaan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh saat rapat kerja, Selasa (13/7). Nihayatul mempertanyakan seberapa besar daya ungkit vaksin berbayar ini mempercepat target vaksinasi Covid-19 di Indonesia.
"Kalau dilakukan daya ungkitnya berapa pak? Apa signifikan atau tidak? Ini kalau enggak signifikan ramainya sudah luar biasa, tapi ininya gak jelas," ujar Nihayatul.
-
Bagaimana Gibran merespon pertanyaan mengenai usulan Jokowi? 'Saya belum bisa menanggapi,' kata Gibran berkilah. Demikian juga saat ditanyakan apakah isu tersebut sekadar usulan atau hanya wacana, Gibran meminta awak media untuk bertanya kepada yang mengusulkan.'Silakan bertanya pada yang mengusulkan ya. Makasih,' tutup dia.
-
Apa saja yang dibahas BPJS Kesehatan dengan Wali Kota Balikpapan? Dalam suasana akrab, Ghufron menyampaikan apresiasinya atas komitmen Wali Kota Balikpapan dalam dukungannya kepada BPJS Kesehatan, sehingga saat ini Kota Balikpapan termasuk salah satu kota yang mendapatkan predikat Universal Health Coverage (UHC). 'Untuk capaian di Kota Balikpapan sudah bagus di 99,68 persen. Fokus utama pertemuan ini adalah membahas perkembangan apa saja yang telah BPJS Kesehatan lakukan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
-
Apa yang dibicarakan Menteri Basuki di DPR? Video tersebut saat anggota Komisi V DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Irine Yusiana Roba Putri mempertanyakan terkait Tapera, berikut transkrip pertanyaannya: 'Terus kadang kala ada beberapa dari pemerintah yang mengatakan ya untuk yang mampu itu untuk subsidi untuk yang tidak mampu. Mohon maaf pak, subsidi itu kewajibannya negara bukan sesama warga negara memberi subsidi. Kalau sesama warga negara itu namanya gotong royong dan alangkah malunya negara yang tidak mampu hadir untuk menjawab tantangan yang masyarakat hadapi,' tanya Irine.
-
Siapa yang memimpin delegasi Indonesia di pertemuan Konsultasi? Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono.
-
Bagaimana Nusron Wahid menanggapi pernyataan Agus Rahardjo? 'Yang namanya pengakuan sepihak itu butuh bukti, Pak Agus Raharjo yang kita hormati kita sangat hormat pada beliau, tapi yang namanya pengakuan itu kan enggak boleh sepihak,' kata Nusron kepada wartawan di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (1/12).
-
Apa yang dibahas dalam dialog DPR RI? “Tentunya lewat dialog ini, kita bisa menjembatani diskusi untuk membahas agenda strategis dari setiap anggota AIPA dengan Tiongkok. Karena tentu setiap negara punya isu dan concern tersendiri yang harus ditindaklanjuti. Termasuk mendalami isu-isu skala kawasan dan regional yang juga harus diselesaikan bersama,“ urai Puteri.
"Ramainya saya yang pusing juga bu. Kalau saya bisa meluangkan waktu saya melobi Amerika, Cina, untuk mendatangkan mesin oksigen yang sangat dibutuhkan atau melobi Swiss untuk datangin obat Actemra yang mau beli susah sekali saya sebenarnya lebih suka ke sana. Tapi kan ini tanggung jawab ini mesti saya jalankan saya hadapi," jawab Budi.
Vaksin gotong royong diakui Budi belum memberikan daya ungkit yang besar terhadap percepatan vaksinasi. Porsi vaksin gotong royong juga belum tinggi dibandingkan dengan vaksin program pemerintah.
"Saya enggak bisa ngomong ke depan nanti bisa salah, ini bukan tupoksi saya juga. Kalau yang saya lihat memang sampai sekarang enggak terlalu besar swingnya," ujarnya.
Mantan Wakil Menteri BUMN ini menjelaskan, tujuan awal digagasnya kebijakan vaksin gotong royong untuk mempercepat vaksinasi nasional. Karena dianggap program pemerintah kurang gesit dan kurang cepat. Sehingga butuh dorongan dengan vaksinasi khusus untuk swasta.
"Vaksin gotong royong di awal adalah kebijakan ini dibikin untuk merespons karena ada persepsi waktu itu kalau pemerintah akan kurang gesit kurang cepat suntiknya dibandingkan swasta," ucapnya.
Namun pada perjalannya vaksinasi gotong royong justru kurang cepat seperti diharapkan. Sehingga muncul usulan untuk dibuka untuk individu dan berbayar agar target awal tercapai.
"Sehingga pada saat itu keluar ide teman-teman di sana gimana caranya ini sesuai rencana. Salah satu idenya adalah itu. Ya sudah yang gotong royongnya perusahaan, individu saja. Karena perusahaan ini ribet susah sana sini. Itu yang terjadi," jelas Budi.
Selain itu Budi menegaskan, Kemenkes tidak sepenuhnya terlibat dalam vaksin gotong royong. Program ini hubungannya business to business antara Bio Farma dengan produsen vaksin. Kemenkes terlibat dalam menentukan jenis vaksin, harga dan jumlah. Kemenkes tidak ikut dalam proses negosiasi dan pengalokasiannya.
"Tapi ini skema business to business yang dilakukan oleh BUMN Bio Farma membeli dari produsen langsung kita juga tidak ikut negosiasinya kemudian langsung menjualnya dengan KADIN kita juga tidak ikut negosiasi dan kita tidak ikut alokasi," kata Budi.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Partai Golkar, Dewi Asmara mengatakan, kasus DBD saat ini naik lebih tinggi dibandingkan tahun 2023.
Baca SelengkapnyaKomisi IX DPR menggelar rapat dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bersama Mendikbud Nadiem Makarim di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (3/6).
Baca SelengkapnyaMulai Januari 2024, vaksinasi Covid-19 tidak lagi gratis alias berbayar.
Baca SelengkapnyaMenteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono melakukan rapat kerja dengan Komisi V DPR, hari ini.
Baca SelengkapnyaProduksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi memberikan arahan agar disiapkan karantina khusus berdekatan dengan lokasi di mana tuberkulosis itu terjadi.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaBudi mengakui, harga obat dalam negeri sangat mahal. Bahkan, tiga hingga lima kali lebih mahal daripada Malaysia.
Baca SelengkapnyaMenteri Basuki turut dicecar soal perkembangan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Baca SelengkapnyaIDI mengajukan judicial review UU Kesehatan ke Mahkamah Konstitusi.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi meminta jajaran anggota kabinet menekan harga obat dalam negeri agar setara dengan negara lain.
Baca Selengkapnya