Rekrutmen Gafatar mirip NII, anggota diminta setor uang
Merdeka.com - Pola rekrutmen anggota Gafatar diduga mirip dengan Negara Islam Indonesia (NII) yang dibentuk Ahmad Musadeq dan Panji Gumilang pada tahun 1996. Jika telisik, Gafatar sendiri masih memiliki akar sejarah dari NII yang sama-sama dibentuk Ahmad Musadeq.
Shinta Maharani, salah seorang warga Yogyakarta yang nyaris direkrut NII menjelaskan pada waktu itu merekrut anggota lewat kampus. Mereka memiliki kader untuk mempengaruhi orang agar mau bergabung bersama mereka.
"Sekadar berbagi pengalaman ketika kuliah dan tinggal selangkah lagi dibaiat sama NII. Saat itu sekitar 2005, saya baru semester 2, saya diajak diskusi dengan teman satu kelas, soal kajian Alquran, teman saya itu sangat intens mendatangi kos saya. Saya juga diajak ikut diskusi di sebuah rumah di dekat area persawahan di Banguntapan," kata Shinta yang merupakan alumni kampus UPN yang juga merupakan kampus Faza Anangga Novansyah yang merupakan mantan pengurus Gafatar Sleman, Selasa (26/1).
-
Bagaimana Jakmania menarik anggota? Salah satu cara yang dilakukan para pendiri The Jakmania untuk memperkenalkan komunitas ini adalah dengan cara memperkenalkannya ke kampung-kampung menjelang Persija bertanding.
-
Siapa yang ikut sosialisasi? Sosialisasi digelar secara hibrida yang dihadiri para eksportir dan pemangku kepentingan.
-
Apa yang diminta Ganjar kepada pendukungnya di Jawa Tengah? 'Kalau partai sudah kokoh, relawan sudah bersatu, tutup rapat, kunci, wis gembok, kuncine ojo ilang, dikunci rapat,' sambungnya.
-
Siapa yang ikut gacong? Gacong boleh diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, laki-laki hingga perempuan. Semuanya akan berbarengan terjun ke lahan pertanian saat hari-hari panen.
-
Siapa yang mengajak relawan untuk memenangkan Ganjar Pranowo? Mereka mengajak kader dan simpatisan PDIP yang ada di Solo dan Kota Medan untuk memenangkan Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024.
-
Bagaimana sekte ini mengendalikan anggotanya? Sekte yang dikenal sebagai Gereja Apostolik Johane Masowe (diambil dari nama pendiri organisasi tersebut), dan memiliki banyak pengikut di Zimbabwe, melarang membaca Alkitab, melakukan pekerjaan di luar komunitas, atau mencari perawatan medis.
Dalam diskusi tersebut para perekrut menceritakan gagasan membuat negara yang ideal. Shinta pun mengaku tertarik karena dia mendapatkan banyak wawasan. Namun setelah diskusi dia kerap diminta temannya untuk menyetor sejumlah uang.
"Alasannya untuk biaya hijrah dan mendirikan masyarakat ideal di Surabaya, di tempat itu pula saya rencananya dibaiat, dan permintaan uang itu sangat sering," ungkapnya.
Bahkan Shinta diminta untuk berbohong pada orang tuanya. Sebab berbohong pada orangtua tidak masalah demi hijrah. Karena merasa tidak benar, Shinta pun akhirnya memutuskan menjauhi temannya itu.
"Saya merasa terintimidasi waktu itu. Diminta setor uang terus. Saya akhirnya menghindari teman saya. Kalau dia ke kos saya bilang tidak di kos. SMS tidak saya balas," tandasnya.
Shinta pun mengaku prihatin dengan kejadian Gafatar saat ini. Dia berharap para korban bisa pulang dengan keadaan baik. Sebab sepengalamannya ada korban yang direkrut NII dan berakhir dengan gangguan jiwa.
"Semoga lekas ketemu semua keluarga korban. Saya pernah merasakan hal yang cukup mengerikan," pungkasnya.
Sementara itu rekrutmen Gafatar pun tidak jauh berbeda. Hanya saja Gafatar menggunakan pendekatan kegiatan sosial. Dalam kasus Faza misalnya, keluarga mengaku Faza terlibat dengan Gafatar lewat kampus.
"Lewatnya kegiatan donor darah. Kami dulu nggak sangka. Mungkin ada pertemuan juga yang kami tidak tahu. Tujuan untuk cuci otak," kata Sukardi ayah Faza.
Keluarga menduga Faza juga menyetorkan sejumlah uang ke Gafatar. Sebab selama bekerja, Faza tidak memiliki uang tabungan dan hidup pas-pasan.
"Pekerjaan yang dilakukan Faza itu kami menduga uangnya untuk Gafatar. Faza sendiri tidak dapat, uang disetor ke Gafatar," ungkapnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Para korban diberangkatkan ke Kamboja untuk melakukan transplantasi ginjal dengan modus family gathering.
Baca SelengkapnyaBeredar video mengenai pengakuan sejumlah korban interview bodong.
Baca SelengkapnyaDi hadapan Ganjar, Eli menceritakan dua anaknya yang lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kesulitan mencari kerja.
Baca Selengkapnya'Serangan fajar' bisa berbentuk sembako, voucher pulsa, voucher bensin, hingga fasilitas lainnya yang bisa dikonversi dengan nilai uang.
Baca SelengkapnyaPelaku akan menyerahkan rekening yang jumlahnya bisa ratusan kepada pengepul.
Baca SelengkapnyaPolres Pekalongan mengungkap kasus penipuan dengan modus penggandaan uang bermotif politik. Korbannya seorang caleg dari Partai Golkar.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini, polisi baru menerima satu laporan dari keluarga Gonzalo Alghazali.
Baca SelengkapnyaBentuk praktik ini bervariasi, mulai dari pemberian uang tunai, paket sembako, hingga barang-barang lain yang memiliki nilai ekonomis.
Baca SelengkapnyaHal ini bertujuan untuk memberikan payung hukum bagi aparat di lapangan untuk melakukan penindakan.
Baca SelengkapnyaPolisi mengiming-imingi korban bisa bekerja di PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Baca SelengkapnyaIkhsan pernah melakukan penelitian saat pemilihan Walikota Serang, Banten tahun 2013 dan mendapati salah satu calon membayar Rp5 miliar.
Baca SelengkapnyaJika korban setor Rp1 juta dijanjikan mendapat pengembalian sebesar Rp1,2 juta.
Baca Selengkapnya