Tanah Cengau Banyak Menyimpan Peninggalan Sejarah
Merdeka.com - Sepanjang jalur Sungai Pelimbangan, Cengal, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, diyakini menjadi permukiman masyarakat pra, masa, dan usai Kerajaan Sriwijaya. Tidak heran, banyak peninggalan harta karun yang ditemukan warga di pinggiran sungai.
Menurut Sukas (50) warga Cengal, tidak sulit mencari tempat yang disinyalir banyak tersimpan emas. Pemburu hanya menggali tanah di tepian sungai untuk menemukan tiang bekas rumah dan gerabah.
"Ya kalau ada tiang atau gerabah tandanya rumah mereka, biasanya ada harta karunnya, pengalaman kami memang begitu," ungkap Sukas beberapa hari lalu.
-
Dimana lokasi penemuan permukiman kuno? Penggalian dilakukan sepanjang A66, jalan utama yang melintasi wilayah tersebut dari barat ke timur, menghubungkan wilayah North Yorkshire dan Cumbria.
-
Dimana Situs kerajaan Sriwijaya ditemukan? Situs kerajaan Sriwijaya pada zaman dahulu yang dikenal sebagai Pulau Emas telah ditemukan para pemancing lokal yang melakukan penyelaman malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
-
Dimana kerikil sungai ditemukan? Kerikil yang ditemukan di Lujiaoliang juga mirip dengan kerikil sungai dari situs Heitugou di dekatnya.
-
Dimana permukiman kuno ditemukan? Para arkeolog menemukan permukiman kuno berusia 7.000 tahun di dekat Sungai Tais, Serbia timur laut.
-
Di mana permukiman kuno ditemukan? Arkeolog menemukan bukti adanya pemukiman sejak 3.000 tahun lalu di dekat Waduk Abberton, dekat Colchester, Inggris, ketika melakukan penggalian sebelum pembangunan pipa air sepanjang 19,5 km.
-
Apa saja harta karun yang ditemukan di sungai? Sebuah eksplorasi arkeologi yang mengejutkan di Provinsi Sichuan, China selatan, mengungkap lebih dari 70.000 artefak berharga, termasuk emas, perak, perunggu, peralatan militer, dan simbol-simbol jabatan tinggi.
Untuk memastikan tiang itu telah ada sejak masa lampau, warga harus mencari lagi tiang pasangannya setiap sudut. Jika keduanya sudah didapat, barulah warga menggali dan melimbang tanahnya.
"Hari ini kami temukan banyak tiang kayu, ini pasti bekas rumah penduduk waktu itu. Dari tiang ke tiang berukuran tiga sampai empat meter, tiap sudutnya lengkap, apalagi banyak pecahan kendi. Di sinilah kami fokuskan mencari emas," kata dia.
Tiang berdiameter sekitar 30 sentimeter tersebut diperkirakan sedalam dua meter. Pemburu harus menggali lebih dalam karena harta karun itu tersimpan di hampir seperempat tiang yang tertanam.
Untuk mempercepat galian, setidaknya memerlukan banyak tenaga. Di situlah letak kekompakan para pemburu dan tidak menguasai titik-titik tertentu.
"Tidak ada istilah geng-geng atau menguasai lapak-lapak tertentu, semuanya bisa gabung. Kalau mau gali saja, kan lebih cepat lebih bagus, siapa tahu emasnya ada," ujarnya.
Bagi pemburu, diperlukan keyakinan untuk menentukan lokasi perburuan. Selama ini mereka tidak menggunakan kekuatan ilmu mistis atau gaib dalam memburu emas.
"Kami percaya sama Tuhan saja, ngapain pakai mistis-mistis segala. Lagian tak pakai dukun saja, kami dapat harta karun itu, jadi kami anggap syirik aja pakai begituan," ujarnya.
Berharap Tak Dilarang Pemerintah
Warga berharap perburuan harta karun peninggalan Kerajaan Sriwijaya terus berlangsung sepanjang tahun setiap musim kemarau tiba. Barang yang didapat mampu mengurangi beban hidup mereka.
Otong (40) mengatakan, berkah peninggalan itu semestinya dapat dirasakan masyarakat kecil ketika mata pencarian tengah sulit. Jika usaha itu dilarang pemerintah, dapat membuat gaduh masyarakat karena ada ratusan orang yang terlibat di dalamnya.
"Kami tidak tahu ada aturannya atau tidak, kami cuma berharap memburu harta karun cuma sekali sekali waktu musim kemarau. Lagian kami cuma ambil emas sama manik-manik saja," kata dia.
Jika pemerintah khawatir perburuan mengganggu penelitian, warga meminta pemerintah ikut melakukan penggalian atau melimbang. Apa salahnya juga pihak terkait menurunkan tim ke lokasi sehingga bisa memilah barang apa saja yang diteliti.
Sementara emas atau manik-manik, harus dibeli pemerintah dengan harga standar. Mereka tidak bakal menyerahkan begitu saja barang-barang itu karena memiliki nilai ekonomis.
"Panas-panasan cari, capai, lapar, giliran dapat mau diambil pemerintah, tidak bakal dikasih. Kalau mau ikut gali juga, masa tinggal ambil saja," ujarnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peninggalan masa Kerajaan Sriwijaya berupa kawasan permukiman sekaligus barang-barang yang digunakan manusia pada saat itu.
Baca SelengkapnyaDulunya kawasan lereng Merapi-Merbabu menjadi tempat orang-orang zaman dulu menimba ilmu
Baca SelengkapnyaSungai Cibanten dulu menjadi tonggak kehidupan sosial masyarakat di Banten
Baca SelengkapnyaTempatnya asri berada di kawasan Gunung Pulosari, dengan cerita masa lampung yang masih menjadi misteri.
Baca SelengkapnyaMenhir-menhir itu merupakan mahakarya kesenian leluhir orang Minangkabau yang diperkirakan hidup di tahun 1550 sebelum masehi.
Baca SelengkapnyaPengunjung seolah diajak napak tilas kejayaan Banten Lama, melalui sejumlah peninggalannya di kampung wisata tersebut.
Baca SelengkapnyaSitus kuno ini ditemukan para pemancing yang sedang menyelam di malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaGunungkidul konon dulu menjadi tempat yang nyaman bagi manusia purba
Baca SelengkapnyaKerang yang menumpuk di situs ini sudah mulai berkurang, karena masyarakat sekitar banyak yang mengambilnya untuk keperluan bahan baku kapur.
Baca SelengkapnyaDari pasar terapung yang ramai hingga keheningan hutan pinus, kota ini menyimpan cerita di setiap sudutnya.
Baca SelengkapnyaSungai Citarum jadi bukti kalau orang Sunda zaman dulu merupakan bangsa akuatik.
Baca SelengkapnyaSeorang warga pengrajin batu bata di Mojokerto, Jawa Timur tidak sengaja menemukan puluhan sumur saat mencangkul tanah.
Baca Selengkapnya