Mengenal Sosok Willem Iskander, Pujangga Berdarah Batak Perintis Sekolah Guru di Mandailing
Willem Iskander, tokoh pelopor di bidang sastra dan perintis sekolah guru di Mandailing.
Sosok yang satu ini adalah pahlawan di bidang pendidikan khususnya daerah Mandailing Natal, Sumatra Utara.
Mengenal Sosok Willem Iskander, Pujangga Berdarah Batak Perintis Sekolah Guru di Mandailing
Sejak dahulu warga pribumi memang tidak pernah mendapatkan pendidikan yang layak lantaran sekolah hanya bisa dirasakan oleh kelas menengah ke atas.
Bagi masyarakat Sumatra Utara nama pria yang satu ini tampaknya sudah tak lagi asing. Jasa dan pengabdiannya di bidang pendidikan sampai sekarang tetap diingat dan dikenang. Beliau bernama Willem Iskander.
-
Siapa yang mendirikan sekolah dalang Mangkunegaran? Sekolah dalang Keraton Mangkunegaran didirikan pada 17 Januari 1950.
-
Siapa yang mengajar di sekolah Suster Imakulati? Selain Ibu Imakulati, ada 9-10 suster lain yang menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut.
-
Siapa yang berjasa di bidang pendidikan? Memperingati Hari Pendidikan Nasional merupakan upaya kita untuk menghargai perjuangan para pahlawan yang berjasa di bidang pendidikan.
-
Siapa yang berjuang untuk pendidikan di Indonesia? Melalui kerja keras dan pengorbanannya, maka ada banyak generasi yang berhasil terlepas dari kebodohan.
-
Apa tujuan sekolah dalang Mangkunegaran? Mengutip Puromangkunegaran.com, pendirian sekolah itu bertujuan untuk mencetak dalang-dalang handal dengan pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni.
-
Siapa Bapak Persandian Republik Indonesia? Mayjen TNI (Purn) dr. Roebiono Kertopati lahir pada 11 Maret 1914 di Ciamis, Jawa Barat dan wafaf di usia 70 tahun pada 23 Juni 1984.
Selama hidupnya, ia banyak melakukan perubahan dan pergerakan dalam penulisan sastra dan pendidikan di Mandailing. Meski perjuangan yang dilalui tak mudah, Willem pun berhasil menjadi tokoh pembaharu untuk tanah kelahirannya sendiri.
Tahun 1978, Willem dianugerahi oleh pemerintah "Anugerah Seni" sebagai bentuk rasa hormat dan mengenang jasanya semasa hidup. Simak sosok Willem Iskandar yang dirangkum dari beberapa sumber berikut ini.
Punya Nama Kecil
Mengutip dari beberapa sumber Willem Iskander lahir pada 8 Mei 1876 di Pidoli Lombang sebuah desa kecil di Kecamatan Panyabungan, Mandailing Natal.
Meski namanya terkesan Belanda, namun ia memiliki nama lahir yaitu Sati Nasution dan memiliki gelar Sutan Iskandar. Tidak diketahui pasti ia mendapat gelar tersebut, tetapi nama gelar itu sudah tertulis di akte hingga surat nikah.
Nama Willem Iskander didapat dari sesudah ia dibaptis di Arnhem, Ibukota Provinsi Gelderland di Belanda pada tahun 1858. Willem adalah anak bungsu dari empat bersaudara dan merupakan generasi ke-11 dari keluarga Nasution.
Mengenyam Pendidikan Barat
Semasa muda, ia sudah merasakan pahitnya masa kolonial Belanda. Hal ini sekaligus terjadinya penerapan pendidikan Barat di Sumatra Utara.
Willem pun belajar di sekolah rendah di Panyabungan yang didirikan oleh Asisten Residen Belanda, Alexander Philippus Godon pada tahun 1850-an.
Setelah menyelesaikan pendidikan, ia berkesempatan untuk magang di kantor Asisten Residen di Panyabungan. Pada tahun 1857, Willem mengikuti pendidikan pendahuluan di Vreeswijk dan Arnhem, kemudian melanjutkan sekolah guru di sana.
Membangun Sekolah
Setelah kembali ke Tanah Air, Willem langsung membuka sekolah guru atau Kweekschool di Mandailing secara swadaya dengan bangunan sekolah yang begitu sederhana.
Willem juga melakukan inovasi dengan gerakan pencerahan atau dikenal dengan Aufklarung melalui pendidikan di Mandailing dan Angkola khususnya di bidang orientasi, cakrawala, penalaran, idealisme, serta semangat pembaharuan di sana.
Ia juga berkutat di bidang sastra dan melahirkan beberapa karya penting. Salah satu karyanya sempat digunakan sebagai buku bacaan sekolah yang berisikan terkait peraturan pemerintah kolonial untuk keperuan pemerintah di Mandailing.
Pelopor di Bidang Sastra
Willem Iskander telah membuat karya yang terdiri dari 13 puisi, 8 prosa, dan 1 drama pendek atau dialog yang menjadi langkah besar sekaligus pelopor dalam sastra di Mandailing.
Semua karya Willem diterbitkan pertama kali pada tahun 1872 di Batavia dalam bentuk buku yang berjudul "Sibulus-bulus Sirumbuk-rumbuh" yang artinya Yang Tulus Yang Sia Sekata.
Selain menjadi guru di bidang pendidikan dan pembaruan di Sumatra Utara, namanya juga dikenang sebagai sastrawan dan penyair. Buktinya ia melahirkan penulisan karya sastra pertama berbahasa Mandailing dengan aksara latin.
Gebrakan Willem ini mengubah budaya penulisan sastra di Mandailing yang sebelumnya cenderung berisi keluh kesah, adat, cinta, dan nasehat. Sedangkan karyanya berisikan tentang pendidikan, generasi muda, kritik sosial hingga penyadaran diri.