Kecoak, Hewan Paling Sakti di Dunia Mampu Bertahan saat Terjadi Asteroid Tabrakan dan Ledakan Bom Nuklir
Mengapa kecoak yang berukuran kecil mampu bertahan hidup meskipun banyak hewan kuat yang mengalami kepunahan?
Asteroid yang dikenal dengan nama Chicxulub menabrak Bumi sekitar 66 juta tahun yang lalu. Tumbukan tersebut mengakibatkan gempa bumi yang dahsyat dan menghalangi sinar matahari untuk mencapai permukaan Bumi.
Akibatnya, sekitar 75% dari seluruh spesies tumbuhan dan hewan punah, termasuk semua dinosaurus, kecuali beberapa spesies yang merupakan nenek moyang burung modern.
-
Hewan apa yang paling kuat di dunia? Paus menduduki peringkat pertama sebagai hewan terkuat di dunia karena ukurannya yang sangat besar.
-
Kenapa kecoak di pesawat bertahan hidup? Fakta yang mencengangkan adalah fakta bahwa perjalanan pesawat ini membuat udara berada pada suhu dingin yang sangat rendah, begitu pun dengan tekanan udaranya. Namun kecoak ini dapat bertahan hidup dalam perjalanan tiga jam dari Xishuangbanna ke Ningbo.
-
Kenapa orang percaya kecoa kebal nuklir? Anggapan bahwa kecoak dapat selamat dari ledakan nuklir merupakan salah satu mitos yang masih sering didiskusikan.
-
Hewan apa yang paling berbahaya di dunia? Nyamuk adalah hewan paling mematikan di dunia, melalui penyebaran penyakit malaria.
-
Hewan apa yang paling mematikan? Nyamuk adalah hewan paling mematikan di dunia dan telah membunuh 725.000 manusia per tahun melalui penyebaran penyakit seperti malaria dan demam berdarah dengue.
-
Dimana kecoak itu ditemukan? 'Dalam dua hingga tiga hari terakhir, pasien mengalami masalah pencernaan dan kembung setelah makan. Saat melakukan pemeriksaan rutin, kami secara tidak sengaja menemukan kecoak itu,' ungkap dokter Shubham Vatsya kepada surat kabar Indian Express.
Menariknya, di antara sedikit spesies dinosaurus dan burung purba yang selamat, kecoak juga berhasil bertahan dari peristiwa bencana ini. Pertanyaannya adalah, bagaimana kecoak yang berukuran kecil dapat bertahan hidup ketika banyak hewan besar lainnya punah?
Mengutip LiveScience, Selasa (7/1), kecoak mampu bertahan dari dampak asteroid tersebut berkat bentuk tubuhnya yang unik.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences oleh University of California pada tahun 2016, para peneliti menganalisis faktor-faktor yang menjadikan kecoak begitu tahan banting.
Bentuk tubuh kecoak yang datar memungkinkan mereka untuk bersembunyi di ruang-ruang yang sempit. Dengan kemampuan ini, kecoak dapat bersembunyi hampir di mana saja, yang diduga membantu mereka bertahan dari dampak tabrakan asteroid Chicxulub.
Setelah meteor menghantam, suhu di permukaan Bumi meningkat drastis. Banyak hewan tidak memiliki tempat berlindung, tetapi kecoak bisa bersembunyi di celah-celah kecil di tanah, yang memberikan perlindungan yang sangat baik dari panas yang ekstrem.
Tabrakan meteor tersebut memicu serangkaian efek berbahaya, termasuk menghasilkan debu dalam jumlah besar yang membuat langit gelap. Ketika sinar matahari mulai meredup, suhu di seluruh dunia menjadi lebih dingin.
Dengan berkurangnya sinar matahari, tanaman yang berhasil bertahan mengalami kesulitan untuk tumbuh, sehingga banyak organisme lain yang bergantung pada tanaman tersebut mati kelaparan.
Namun, kecoak adalah pengecualian dalam situasi ini. Berbeda dengan beberapa serangga yang hanya memakan satu jenis tumbuhan tertentu, kecoak adalah pemakan segala atau omnivora. Ini berarti mereka mampu mengonsumsi berbagai jenis makanan, termasuk hewan, tumbuhan, karton, beberapa jenis pakaian, dan bahkan kotoran.
Salah satu keunggulan lain dari kecoak adalah telur mereka yang memiliki pelindung. Telur tersebut dilapisi dengan bahan keras yang menyerupai kacang kering, yang disebut oothecae, yang berarti "kotak telur".
Oothecae ini memberikan perlindungan terhadap kerusakan fisik serta ancaman lingkungan seperti banjir dan kekeringan. Seperti nenek moyangnya, kecoak modern adalah hewan kecil yang mampu bertahan di berbagai lingkungan, dari daerah tropis yang panas hingga tempat terdingin di dunia. Para ilmuwan memperkirakan bahwa terdapat lebih dari 4.000 spesies kecoak yang ada di Bumi saat ini.
Mengendalikan Senjata Nuklir
Kecoak dikenal memiliki tingkat toleransi yang lebih tinggi terhadap radiasi dibandingkan dengan hewan lainnya, termasuk manusia. Namun, kemampuan ini hanya memberikan keuntungan bagi mereka dalam menghadapi kontaminasi radioaktif jangka panjang yang mungkin terjadi setelah sebuah ledakan nuklir.
Jika kecoak berada di dekat pusat ledakan nuklir, mereka tetap akan hangus terbakar. Selain itu, kecoak memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik terhadap berbagai kondisi, termasuk pengembangan toleransi dan kekebalan terhadap racun.
Untuk menguji ketahanan kecoak terhadap radiasi, tim dari Mythbusters di Discovery Channel melakukan penelitian untuk memverifikasi klaim tersebut. Mereka melakukan eksperimen dengan tiga jenis serangga, yaitu kecoak, kumbang tepung, dan lalat buah.
Hasil dari uji coba tersebut menunjukkan bahwa meskipun kecoak dapat bertahan dalam dosis radiasi yang 10 kali lebih tinggi dari dosis mematikan bagi manusia, kumbang tepung ternyata memiliki ketahanan yang jauh lebih baik dibandingkan kecoak.
Dengan keberadaan sekitar 4.000 spesies kecoak yang berbeda di seluruh dunia, ada kemungkinan bahwa beberapa spesies kecoak dapat bertahan hidup setelah bencana nuklir global, tergantung pada tingkat paparan radiasi yang mereka terima.