Rubah dan Kucing Liar Sering Menjadi Menu Favorit 10.000 Tahun yang Lalu
Penemuan tulang rubah dan kucing liar di Israel mengungkap bahwa manusia Neolitikum tidak hanya memanfaatkan kulit, tetapi juga mengonsumsi dagingnya.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa manusia Neolitikum tidak hanya memanfaatkan kulit rubah dan kucing liar untuk keperluan simbolik atau alat, tetapi juga menjadikannya sumber makanan.
Penemuan ini diungkap dari tulang hewan yang ditemukan di situs Aḥihud, Israel, yang diperkirakan berusia 10.000 tahun.
-
Apa nama hewan purba ini? Penemuan fosil-fosil yang sangat langka milik kerabat mamalia yang telah lama punah, yang pernah menjelajahi Amerika Utara pada 180 juta tahun yang lalu, diumumkan oleh pihak berwenang National Park Service (NPS) pekan lalu.
-
Apa jenis makanan yang dikonsumsi manusia purba? 'Kerak makanan tersebut mengandung sisa jaringan biji-bijian emmer dan bulir barley, juga biji-bijian dari goosefoot putih, tanaman liar seperti gulma dan ruderal (sejenis gulma) serta menghasilkan banyak biji bertepung,' jelas ketua penelitian, Profesor Wiebke Kirleis.
-
Makanan apa yang dikonsumsi manusia purba? Dikutip dari Greek Reporter, Rabu (1/5), para peneliti meneliti tanda-tanda kimia pada tulang dan gigi tujuh manusia dan beberapa gigi yang terpisah. Tulang dan gigi ini berasal dari sekitar 15.000 tahun lalu dan ditemukan di gua dekat desa Taforalt, Maroko. Orang-orang ini berasal dari kebudayaan Iberomaurusian. Dengan meneliti bentuk-bentuk berbeda dari berbagai elemen seperti karbon, nitrogen, zinc, sulfur, dan strontium pada gigi dan tulang tersebut, para peneliti bisa mengenali jenis tumbuhan dan daging yang mereka konsumsi.
-
Apa hewan purba yang ditemukan? Hewan purba ini merupakan spesies Dinocephalosaurus orientalis.
-
Apa jenis hewan purba yang ditemukan? Sumber: CNN Berdasarkan hasil CT-scan mikro, sarang dan telur ini milik belalang.
-
Kapan hewan purba itu hidup? Chusaurus adalah plesiosaurus berleher pendek yang hidup selama periode Trias Awal.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Shirad Galmor menemukan sekitar 1.244 tulang hewan yang berasal dari berbagai spesies, termasuk rubah merah (Vulpes vulpes), kucing liar (Felis silvestris lybica), dan gazel gunung.
Sekitar 16 persen dari tulang-tulang ini adalah milik karnivora kecil seperti rubah merah dan kucing liar, dengan tanda-tanda jelas aktivitas penyembelihan pada banyak tulang.
Analisis menunjukkan bahwa lebih dari 52 persen tanda potongan pada tulang rubah berasal dari aktivitas penyembelihan, seperti pemotongan anggota tubuh untuk diambil dagingnya.
Pada tulang kucing liar, 83 persen tanda potongan juga terkait dengan aktivitas yang sama. Tanda-tanda pembakaran juga ditemukan pada tulang-tulang tersebut, menunjukkan bahwa hewan-hewan ini dimasak sebelum dimakan.
“Temuan ini memberikan bukti kuat bahwa penduduk Aḥihud memanfaatkan rubah dan kucing liar untuk daging, kulit, dan bahkan membuat alat dari tulang mereka,” tulis para peneliti dalam laporan mereka dikutip dari IFLScience, Senin (6/1).
Penemuan ini menjadi penting dalam memahami bagaimana manusia Neolitikum beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan sumber daya.
Selama transisi dari pemburu-pengumpul ke petani, mereka mulai beralih dari berburu hewan besar seperti rusa ke hewan kecil seperti rubah, kucing liar, dan kelinci Cape.
Studi ini juga mengajukan argumen bahwa karnivora kecil seperti rubah dan kucing liar harus dimasukkan dalam kategori game animals ketika meneliti pola makan dan ekonomi hewan manusia Neolitikum.