Sekelompok Orang ini Berencana Mau Bikin Gerhana Matahari Buatan
Misi ini melibatkan dua satelit yang terbang dalam formasi yang sangat tepat untuk menghasilkan bayangan di luar angkasa.
Para ilmuwan dari European Space Agency (ESA) sedang merancang untuk menciptakan gerhana matahari buatan melalui sebuah misi luar angkasa yang inovatif, bernama Proba-3.
Proba-3 menjadi proyek pertama ESA yang menerapkan teknik penerbangan formasi di orbit. Misi ini melibatkan dua satelit yang terbang dalam formasi yang sangat presisi untuk menciptakan bayangan di luar angkasa.
-
Bagaimana gerhana matahari terjadi? Meskipun saat ini kita memiliki pemahaman ilmiah yang lebih mendalam tentang gerhana matahari, namun mitos-mitos yang mengelilingi peristiwa ini tetap memikat dan memberikan warna tersendiri dalam pandangan manusia terhadap alam semesta.
-
Apa saja jenis gerhana matahari? Ada beberapa jenis gerhana matahari yang penting diketahui untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan. Berikut jenis gerhana matahari dan penjelasannya yang merdeka.com lansir dari berbagai sumber:
-
Apa tujuan NASA dalam gerhana matahari? 'Gerhana 2024 menawarkan kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengukur bentuk dari Matahari dan dengan demikian dapat menyimpulkan struktur bagian dalamnya,' ungkap Profesor Gordon Emslie, peneliti utama dalam proyek SunSketcher.
-
Apa yang terjadi pada matahari saat gerhana? Di sepanjang sejarah, manusia telah mencoba memahami dan memberikan interpretasi terhadap fenomena ini melalui berbagai mitos dan legenda yang tersebar di berbagai budaya di seluruh dunia.
-
Kapan gerhana matahari terjadi? Gerhana matahari telah menjadi peristiwa alam yang memikat manusia sejak zaman kuno.
Kedua satelit ini akan mengelilingi Bumi dengan posisi yang sangat tepat, tidak akan menyimpang meskipun hanya beberapa milimeter.
Dengan akurasi yang tinggi, misi ini memberikan kesempatan untuk melakukan pengamatan langsung terhadap bagian Matahari yang biasanya sulit diakses.
Menurut informasi dari ESA yang dirilis pada Kamis (9/1), kedua satelit ini memiliki fungsi yang berbeda namun saling melengkapi. Satelit pertama dilengkapi dengan cakram penutup (occulter disc) berdiameter 1,4 meter yang berfungsi untuk menghalangi cahaya Matahari.
Di belakang satelit pertama, sekitar 150 meter, terdapat satelit kedua yang dilengkapi dengan instrumen optik untuk mengamati korona Matahari.
Korona merupakan lapisan terluar atmosfer Matahari yang sangat panas namun redup. Bersama-sama, kedua satelit ini membentuk alat pengamatan besar yang dikenal sebagai koronagraf.
Selama dua tahun misi, kedua satelit ini akan melakukan manuver formasi selama enam jam di setiap orbit, dengan total periode orbit mencapai 19,7 jam.
Kemampuan manuver yang presisi ini memungkinkan Proba-3 untuk menciptakan hingga 50 gerhana buatan setiap tahun, masing-masing berlangsung hingga enam jam, yang jauh lebih lama dibandingkan durasi gerhana alami yang hanya beberapa menit.
Gerhana buatan yang dihasilkan oleh Proba-3 memberikan manfaat besar bagi para ilmuwan, karena dengan menutupi cakram Matahari secara buatan, instrumen pada satelit kedua dapat melakukan pengamatan mendalam terhadap korona tanpa gangguan cahaya Matahari yang biasanya menyulitkan pengamatan tersebut.
Pentingnya penelitian ini terletak pada pemahaman berbagai fenomena Matahari yang berdampak pada cuaca luar angkasa. Salah satu misteri utama yang ingin dipecahkan oleh misi ini adalah alasan mengapa suhu korona jauh lebih tinggi dibandingkan suhu permukaan Matahari.
Suhu permukaan Matahari diperkirakan sekitar 5.500 derajat Celsius, sementara korona bisa mencapai lebih dari 1 juta derajat Celsius. Fenomena ini masih menjadi tantangan besar dalam astrofisika, dan data yang diperoleh dari Proba-3 diharapkan mampu memberikan wawasan baru yang signifikan.
Selain itu, misi ini juga berkontribusi dalam memahami fenomena lain yang berkaitan dengan aktivitas Matahari, seperti pelepasan massa koronal (coronal mass ejections) dan badai Matahari.
Fenomena-fenomena ini dapat berdampak pada satelit, sistem komunikasi, navigasi, dan jaringan listrik di Bumi. Dengan prediksi yang lebih tepat, langkah-langkah pencegahan dapat diambil untuk mengurangi dampak negatif badai Matahari terhadap infrastruktur teknologi modern.
Proba-3 tidak hanya berfungsi sebagai alat pengamatan ilmiah, tetapi juga sebagai platform untuk menguji teknologi masa depan.
Salah satu tujuan utama dari misi ini adalah untuk mengembangkan dan menguji teknik manuver presisi tinggi untuk penerbangan formasi. Teknik ini berpotensi menjadi dasar bagi misi penyelamatan satelit yang mengalami kerusakan atau misi pembersihan puing-puing luar angkasa yang semakin mendesak.
Dengan kemampuan untuk menjaga formasi yang stabil dan terkontrol, misi di masa depan dapat memanfaatkan beberapa satelit yang bekerja sama untuk membangun teleskop atau alat luar angkasa besar yang tidak mungkin dicapai dengan satu satelit saja.