Terungkap Teknik Rahasia Benjamin Franklin Cetak Uang Kertas yang Tak Bisa Dipalsukan
Tak mudah memalsukan uang kertas karya Benjamin Franklin. Begini penjelasannya.
Tak mudah memalsukan uang kertas karya Benjamin Franklin. Begini penjelasannya.
Terungkap Teknik Rahasia Benjamin Franklin Cetak Uang Kertas yang Tak Bisa Dipalsukan
Uang Kertas yang Sulit Dipalsukan
Benjamin Franklin membantu Amerika lepas dari sistem mata uang Inggris dengan merancang uang kertas yang sulit untuk dipalsukan. Beberapa tekniknya telah hilang seiring berjalannya waktu, dan baru sekarang berhasil direkonstruksi menggunakan teknologi analisis abad ke-21. Cerita itu dimulai saat Franklin menyadari bahwa berperang sambil bergantung pada sistem keuangan musuhnya tidak mungkin berhasil. Solusinya adalah membuat mata uang sendiri. Persoalannya adalah wilayahnya itu ‘kering’ sumber logam mulia. Maklum, saat itu masih menggunakan uang logam.
-
Siapa yang mencetak koin kuno? Koin ini bergambar seorang pemanah yang sedang bersimpuh, elemen karakteristik yang digunakan pada darik Persia, koin emas yang dikeluarkan oleh Kekaisaran Persia.
-
Bagaimana koin bundar mencegah penipuan? Jika seorang pemegang uang yang tidak jujur tergoda untuk memotong sedikit dari ujung setiap koin, membuatnya menjadi kurang berharga, dia akan mendapat masalah. Koin bundar bisa mencegah tindakan tersebut, dibandingkan bentuk lainnya.
-
Apa yang digunakan untuk mencegah pemalsuan Yen? Yen dikemas menggunakan teknologi hologram 3D untuk melawan pemalsuan yang sering terjadi dan banyak memakan korban penipuan.
-
Dimana uang kertas pertama di dunia muncul? Melansir laman bi.go.id, uang kertas pertama yang dikenal dunia adalah ‘Jiaozi’, yang muncul di China pada tahun 997 Masehi.
-
Kapan koin ini dicetak? Koin ini jauh lebih tua daripada benda lain yang ditemukan tim di situs tersebut dan dicetak sekitar 150 tahun sebelum bangsa Romawi tiba di Carlisle.
-
Uang palsu apa yang diedarkan? Disampaikan Kepala Polsek Leles, AKP Agus Kustanto, keduanya mengedarkan uang imitasi dengan pecahan Rp10 sampai Rp100 ribu.
Tantangan itu kemudian terpecahkan. Franklin menyebut bahwa solusinya adalah uang kertas.
Syaratnya adalah uang kertas itu harus sulit dipalsukan agar tetap memiliki nilai. Beberapa teknik yang digunakannya terus diadopsi, termasuk lembaran USD100 yang menampilkan wajah Franklin.
Menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara Franklin melakukan agar cetakan uangnya sulit dipalsukan?
Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, sebuah tim yang terdiri dari fisikawan telah mengungkapkan rincian baru tentang komposisi tinta dan kertas yang digunakan oleh Franklin.
Dilaporkan New York Times dan IFLScience, Sabtu (22/7), penelitian ini didasarkan pada lebih dari 600 artefak yang disimpan oleh Universitas Notre Dame, seperti yang diungkapkan oleh Khachatur Manukyan, seorang fisikawan dari institusi itu dan salah satu penulis riset tersebut. Dia dan timnya memeriksa mata uang Amerika abad ke-18 menggunakan spektroskopi Raman, yang menggunakan sinar laser untuk mengidentifikasi zat tertentu seperti silikon atau timbal. Mereka juga menggunakan berbagai teknik mikroskopi untuk memeriksa kertas di mana uang tersebut dicetak.
Beberapa dari apa yang mereka amati mengonfirmasi temuan yang telah diketahui oleh para sejarawan. Seperti halnya uang kertas Franklin mengandung serpihan mika, juga dikenal sebagai muskovit atau isinglass."Area-area berkilau ini kemungkinan merupakan upaya untuk melawan para pemalsu, yang tidak akan memiliki akses ke kertas khusus ini,"
kata Jessica Linker, Ahli Sejarah Amerika Serikat dari Universitas Northeastern.
Dalam penelitian baru ini, para peneliti menemukan bahwa mika pada uang kertas berasal dari koloni-koloni yang berbeda.
Kemungkinan Franklin atau percetakan dan pembuat kertas yang berhubungan dengannya mengumpulkan bahan tersebut dari lokasi sekitar mereka untuk digunakan dalam pembuatan kertas.
Makin membuat ilmuwan terkejut adalah tinta hitam pada beberapa uang kertas, ternyata mengandung grafit. Untuk sebagian besar pekerjaan mencetak, Franklin cenderung menggunakan tinta hitam yang dibuat dari minyak nabati yang dibakar, yang dikenal sebagai "lampblack". Menurut James Green, pustakawan dari Library Company of Philadelphia menyebut grafit sulit untuk ditemukan."Jadi penggunaan grafit oleh Franklin dalam mencetak uang sangat mengejutkan, dan penggunaannya pada uang kertas yang dicetak sejak tahun 1734 bahkan lebih mengejutkan,"
James Green, pustakawan dari Library Company of Philadelphia.
Menggunakan tinta grafit mungkin menjadi cara untuk membedakan uang asli dari palsu. Perbedaan warna antara grafit dan lampblack kemungkinan cukup halus untuk membuat tugas memalsukan uang ini begitu sulit.