Importir terlanjur cinta kedelai Amerika
Merdeka.com - Kalangan importir menilai impor kedelai dari Amerika Serikat merupakan bisnis sangat menguntungkan. Itu karena jenis kedelai yang di produksi AS selalu diminati para perajin tahu dan tempe.
Direktur PT FKS Multi Agro Kusnarto mengatakan alasan laris itu, bikin dia tidak melirik produksi kedelai dari negara lain.
"Kualitas impor dari Amerika untuk Indonesia bagus, untuk impor dari negara lain tidak begitu (setara)," ujarnya di kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Jakarta, Kamis (5/9).
-
Mengapa impor kedelai sangat penting untuk produksi tempe dan tahu? Dari jumlah keseluruhan volume impor tersebut, sekitar 70 persen dialokasikan untuk produksi tempe, sedangkan untuk yang 25 persennya untuk membuat tahu, dan sisanya untuk produksi lain.
-
Bagaimana pengusaha tempe tahu mengatasi kenaikan harga kedelai? Akibat dampak ini, sejumlah produsen menaikkan harga jualnya, memperkecil ukuran tahu dan tempe, hingga mengurangi produksi.
-
Bagaimana perajin tempe menghadapi kenaikan harga kedelai? Karena hal ini, para perajin tempe terpaksa mengurangi jumlah produksi tempe. Ada pula dari mereka yang mengecilkan ukuran tempe dan ada juga yang menaikkan harga jual.
-
Kenapa Bulog impor beras? Selanjutnya menyikapi bahaya El Nino yang berdampak pada kelangkaan pasokan, Bulog juga ditugaskan menambah pasokan dari importasi.
-
Kenapa Taiki jadi pengusaha tempe? Alasan terbesar Taiki menjadi pengusaha tempe karena dia mencintai makanan berbahan dasar kedelai dan ingin melestarikan kedelai lokal asal Jepang saja.
-
Kenapa harga kedelai makin mahal? Hendro, salah seorang perajin tahu di Dusun Kanoman, mengatakan bahwa makin ke sini harga kedelai lokal semakin mahal. Oleh karena itu, mereka terpaksa mengandalkan kedelai impor untuk membuat tahu. Tapi harga kedelai impor saat ini cenderung tinggi.
Kusnarto mengklaim selama ini mencari alternatif impor lain. Namun pria berkumis itu belum bisa menemukan kedelai yang dapat menandingi kualitas Amerika.
Dari penuturan Kusnarto, perusahaannya mendapat jatah impor kedelai sebanyak 450.000 ton untuk 2013. "Hingga saat ini di gudang ada 80.000 ton," ucapnya.
Dia membantah bila pihaknya bisa bermain-main dengan pasokan kedelai seperti dituduhkan sebagian pihak. Sebab, perusahaannya justru sedang rugi akibat pelemahan Rupiah atas Dolar Amerika.
Utang perusahaan Kusnarto membengkak, lantaran beban untuk pembelian kedelai dari Amerika bertambah USD 650 dolar per ton. Belum ditambah biaya-biaya lainnya, termasuk pajak.
"Itu juga masih harus ditambah, ada bea masuk, pajak, dan segala macam, cost pelabuhan ke kontainer bisa USD 50 per ton di luar bea masuk, itu biasa. Bea masuk sendiri sudah 5 persen," bebernya.
Kusnarto mengaku bisa saja mengurangi volume impor untuk menekan ongkos. Namun, karena persediaan kedelai lokal tidak mencukupi, dia memutuskan tetap mendatangkan bahan baku tempe dari Amerika itu seperti biasa. (mdk/ard)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kenaikan harga dolar AS ini menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah dan harga kedelai impor pun melonjak drastis.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga kedelai impor sebagai dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah kembali memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
Baca SelengkapnyaIndustri tahu di Dusun Kanoman muncul sejak tahun 1956. Kini mereka mengalami masa-masa sulit.
Baca SelengkapnyaDia berkesempatan mengikuti program pertukaran pelajar di Universitas Gadjah Mada (UGM), Indonesia selama setahun.
Baca SelengkapnyaKondisi global turut berkontribusi naiknya harga sejumlah komoditas.
Baca SelengkapnyaDiharapkan ada realisasi investasi dari pengusaha di luar negeri.
Baca SelengkapnyaSimak perjalanan panjang tempe hingga jadi kuliner favorit di tanah air!
Baca SelengkapnyaMasuknya barang impor tekstil dan produk tekstil (TPT) menghambat pertumbuhan pasar dalam negeri.
Baca SelengkapnyaNaiknya harga kedelai sejak awal November membuat produsen tahu menjerit
Baca SelengkapnyaDi salah satu restoran Inggris, harga satu porsi tempe bisa mencapai USD20 atau sekitar Rp307.000.
Baca SelengkapnyaPada abad ke-13 Kota Jambi sudah terkenal sebagai pelabuhan ekspor tekstil.
Baca SelengkapnyaBicara pakaian bekas, Indonesia jadi tempat 'buangan' seperti Nigeria. Kok bisa?
Baca Selengkapnya