Arkeolog Temukan Kerangka Dua Bayi dan Wanita, Terkubur di Bawah Batu Naga Sejak Abad ke-16 SM
Dua bayi yang dikubur ini diduga merupakan saudara tiri.
Dua bayi yang dikubur ini diduga merupakan saudara tiri.
-
Bagaimana para arkeolog mengetahui asal manik-manik di makam kuno? Arkeolog Moisés Valadez Moreno dari Institut Antropologi dan Sejarah Nasional Meksiko (INAH) mengungkapkan bahwa sebagian besar manik-manik ini berasal dari 186 mil (300 kilometer), arah timur menuju Teluk Meksiko.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di makam kuno di wilayah Segzabad? Arkeolog dari Universitas Tehran menemukan sisa-sisa tengkorak bocah berasal dari 3.000 tahun lalu selama penggalian di sebuah situs pemakaman kuno di wilayah Segzabad, Provinsi Qazvin, di Iran.
-
Mengapa para arkeolog mempelajari makam ini? Wali kota Corinaldo Gianni Aloisi mengatakan temuan tambahan di pekuburan Nevola semakin menunjukkan pentingnya area tersebut dan mungkin "memungkinkan kita untuk mengenal, dan mungkin menulis ulang, sejarah koleksi kita."
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Iran? Sebuah pigmen merah terang yang tersimpan di dalam botol batu kecil bisa jadi merupakan salah satu contoh lipstik tertua yang diketahui di dunia.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Mesir Kuno? Pada awal milenium pertama, banyak mumi di Mesir ditemukan dengan potret seperti aslinya yang memperliahatkan mata mumi yang cerah, gaya rambut, dan perhiasannya.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di makam kuno Wuwangdun? Penggalian situs makam Wuwangdun di Provinsi Anhui, China timur, mengungkap temuan yang luar biasa—tumpukan daun dengan uratnya yang masih terlihat jelas.
Arkeolog Temukan Kerangka Dua Bayi dan Wanita, Terkubur di Bawah Batu Naga Sejak Abad ke-16 SM
Sebuah penemuan arkeologi mengungkap batu setinggi 3,5 meter yang berasal dari abad ke-16 SM, digunakan oleh masyarakat prasejarah yang disebut Armenia untuk mengubur dua bayi baru lahir dan seorang wanita dewasa di bawahnya. Batu ini ditemukan pada tahun 1980 di sebuah pemakaman kuno bernama Hamaliri taratsk, dekat desa Lchashen, di dataran tinggi dekat Danau Sevan, Armenia.
Batu itu disebut sebagai “batu naga” atau stelae, yang merupakan lempengan atau kolom batu tegak dengan ukiran binatang.
Batu ini biasanya ditemukan di pegunungan Armenia, wilayah di Selatan Georgia dan Turki Timur.
Batu-batu tersebut diberi nama berdasarkan cerita rakyat setempat mengenai naga yang berwujud banteng, ikan dan ular di pegunungan yang dipercaya sebagai penjaga air dan petir.
- Arkeolog Temukan Patung Kuda Pertama Buatan Manusia Berusia 35.000 Tahun, Dipahat dari Gading Gajah Purba
- Arkeolog Temukan Makam Batu Romawi Kuno, Dijaga Dua Kepala Banteng Berhias Karangan Bunga
- Arkeolog Temukan Gambar Hewan Ternak di Batu Berusia 4.000 Tahun, Jadi Bukti Gurun Sahara Dulu Pernah Hijau Subur
- Arkeolog Temukan Makam Bangsawan Berusia 1.200 Tahun, Dikubur Bersama Korban Tumbal dan Harta Karun
Hingga saat ini, para arkeolog telah menemukan 150 batu naga di wilayah Armenia, beberapa di antaranya ditemukan dalam kondisi roboh dan tersembunyi di daerah terpencil yang banyak air, seperti padang rumput pegunungan.
Para arkeolog mengidentifikasi tiga jenis batu naga yang tersebar, jenis batu tersebut dibedakan menurut klasifikasi ukiran, ada yang memiliki ukiran berbentuk ikan (piscis), batu dengan ukiran sisa hewan ternak, seperti kambing, domba dan sapi dan sebagainya (vellus), dan campuran antara keduanya (hibrida).
Batu naga dengan dua bayi terkubur di bawahnya termasuk dalam golongan vellus. Ini menunjukkan kulit seekor sapi yang terjatuh di atas batu. “Kulitnya”, seperti yang dijelaskan para peneliti dalam makalah mereka, “turun dari atas batu ke belakang, berakhir di ekor dengan ikatan multi-spiral.”
“Telinga sapi dan tanduk dengan lengkungan yang turun di kedua sisi kepala dapat dibedakan dengan jelas. Cairan yang mengalir dari mulut sapi mungkin melambangkan air, darah, atau sinekdoke keduanya.”
Setelah beberapa pemeriksaan awal terhadap penemuan batu naga, para arkeolog membawa batu tersebut dan bahan lain yang digali dari situs pemakaman, ke Cagar Museum Sejarah-Arkeologi Metsamor.
Ruang bawah tanah terkubur sekitar 2,5 meter di bawah permukaan dan memiliki isian kerikil. Di dalamnya terdapat pecahan tembikar dan artefak lainnya, tulang belulang hewan, dan sisa-sisa kerangka manusia (diyakini sebagai kerangka wanita dewasa).
Sayangnya, sisa kerangka wanita itu kini hilang. Tulang-tulang itu dilaporkan dikirim ke Rusia pada tahun 1980-an untuk analisis lebih lanjut dan belum ditemukan sejak saat itu. Namun, tulang-tulang dari kedua bayi yang disebut sebagai Naga1 dan Naga2 tersebut, masih ada. Mereka bahkan tidak dirinci dalam publikasi asli mengenai kuburan ini.
Analisis antropologis memastikan bahwa kerangka bayi naga1 dan naga2 adalah milik anak-anak berusia antara 0 dan 2 bulan. Penanggalan radiokarbon mengonfirmasi bahwa keduanya meninggal antara tahun 1616-1503 SM.
Studi yang dipublikasikan Journal of Archaeological Science: Reports, ini menunjukkan bahwa para peneliti belum bisa memberikan konfirmasi apakah kedua bayi ini meninggal dan dikuburkan pada waktu yang bersamaan, ada kemungkinan bahwa mereka lahir pada waktu yang berbeda dan ditempatkan dalam liang lahat yang sama. Namun, para peneliti yakin, hal ini tidak mungkin terjadi, karena dari sudut pandang arkeologi terhadap budaya dan sejarah geografis wilayah tersebut.
Pasalnya, dari sudut pandang arkeologi, situs pemakaman tersebut tampaknya bukan makam multigenerasi. Seperti yang mereka jelaskan, “makam multigenerasi tidak terdapat di antara lebih dari 400 makam yang digali pada Zaman Perunggu Akhir Lchashen, juga tidak ditemukan di pekuburan kontemporer lainnya di Armenia.”
Hasil analisis mitokondria dan informasi lainnya yang dilakukan oleh para peneliti menunjukkan bahwa kedua bayi tersebut merupakan saudara tiri, namun hubungan pasti antara orang tua dari kedua bayi tersebut tidak dapat ditentukan hanya dari data DNA saja.
Maka dari itu, penemuan ini masih memiliki misteri penting, seperti yang dijelaskan oleh para peneliti: “Peristiwa yang digambarkan dalam penguburan ini merupakan hal yang luar biasa, baik dari sudut pandang genetika maupun dari sudut pandang arkeologi. Di Armenia Akhir Zaman Perunggu pada umumnya dan di Lchashen pada khususnya, penguburan anak-anak jarang terjadi dan penguburan dua bayi baru lahir yang dipadukan dengan prasasti monumental adalah hal yang unik.”