Batu Prasasti Berusia 3.000 Tahun Ditemukan, Ada Gambar Sosok Manusia dengan Dua Pedang
Arkeolog menemukan batu prasasti berbentuk manusia berusia 3.000 tahun di situs kuno pemakaman Las Capellanías di Cañaveral de León, Huelva, Spanyol.
Arkeolog menemukan batu prasasti berbentuk manusia berusia 3.000 tahun di situs kuno pemakaman Spanyol.
Batu Prasasti Berusia 3.000 Tahun Ditemukan, Ada Gambar Sosok Manusia dengan Dua Pedang
Prasasti ini adalah batu yang diukir yang digunakan untuk tujuan peringatan. Batu ini menggambarkan sosok manusia dengan hiasan kepala, kalung, dan dua pedang. Keberadaan detail seperti wajah, tangan, kaki, dan alat kelamin pria pada sosok ini memberikan gambaran yang jelas tentang tingkat keahlian seni yang ada pada masa itu.
Ini adalah penemuan yang sangat berharga karena ini adalah prasasti ketiga yang ditemukan di situs ini dan yang kedua ditemukan dalam konteks yang sesuai.
-
Kenapa Prasasti Huludayeuh penting? Di masa itu, Prabu Siliwangi melalui program kerajaannya memiliki sejumlah proyek terkait infrastruktur seperti parit untuk kebutuhan pertahanan ibu kota Pakuan, membuat monumen gunungan, menggencarkan perkerasan jalan, menyelamatkan hutan lindung dan sebagainya.
-
Apa isi dari Prasasti Sangguran? Dua baris pertama isi Prasasti Sangguran ditulis dalam bahasa Sansekerta. Sedangkan seluruh bagian lainnya menggunakan bahasa Jawa Kuno.
-
Bagaimana bentuk bebatuan di Situs Batu Panjang? Pengunjung bisa menyaksikan bentuk bebatuan yang menjulang tinggi, berbentuk pipih dan berbaring.
-
Mengapa temuan prasasti batu tersebut sangat penting? Kepala arkeolog di Mecklenburg-Vorpommern, Detlef Jantzen mengatakan, temuan ini sangat sensasional karena hanya ada sekitar 20 batu berukir, yang disebut bildstein dalam bahasa Jerman, yang ditemukan di wilayah tersebut, seperti dikutip dari Live Science, Selasa (10/9).
-
Kapan prasasti tanah liat itu ditemukan? Sebuah prasasti seukuran telapak tangan ditemukan pada Mei 2023 oleh Kimiyoshi Matsumura, seorang arkeolog di Institut Arkeologi Anatolia Jepang.
-
Apa itu Patung Perawan Sunti? Mengutip laman disbudpar.cirebonkota.go.id, Senin (4/12), patung itu diketahui bernama Perawan Sunti. Dahulu keberadaannya terletak di depan salah satu pintu gua, dan kini dipindahkan agar lebih aman.Patung Perawan Sunti menyerupai sosok perempuan yang tengah duduk setengah bersila, dengan warna abu-abu bercampur putih.
Sebelumnya, telah ditemukan prasasti prajurit yang menggambarkan prajurit bersenjata dengan pedang, perisai, dan perlengkapan penting lainnya.
Prasasti prajurit ini adalah lempeng batu besar yang umumnya digunakan untuk menghormati individu penting. Mereka adalah monumen yang mencerminkan aspirasi sosial dari orang yang telah meninggal, dan mereka dianggap sebagai leluhur komunitas.
Yang lebih menarik adalah konteks penemuan batu prasasti ini. Batu ini biasanya ditemukan dalam pekerjaan pertanian, dan sangat sedikit yang diketahui tentang konteks arkeologis mereka.
Namun, batu ini ditemukan dalam lingkungan pemakaman kuno Las Capellanías yang terdiri dari peti mati batu kecil di dalamnya
Ini menunjukkan prasasti tersebut mungkin digunakan sebagai monumen pemakaman, dan proses pembuatannya mungkin memiliki makna khusus dalam ritual pemakaman pada Zaman Perunggu Akhir dan Zaman Besi Awal di Iberia.Selain itu, penemuan ini juga mengubah pandangan sebelumnya tentang gender dalam gambaran prasasti. Sebelumnya, prasasti dengan fitur seperti kalung atau hiasan kepala dianggap sebagai perempuan, sementara prasasti dengan pedang dianggap sebagai laki-laki. Ini didasarkan pada interpretasi yang mencerminkan pandangan gender biner yang modern.
Namun, prasasti terbaru ini menggabungkan ciri-ciri dari kedua jenis, menunjukkan peran sosial yang digambarkan dalam ikonografi prasasati jauh lebih kompleks dan fleksibel daripada yang sebelumnya diperkirakan.
Penemuan ini sangat penting dalam memahami sejarah dan budaya Iberia kuno. Ini juga mengungkapkan bagaimana peran prasasti sebagai penanda wilayah terkait dengan perannya sebagai monumen pemakaman.
Penemuan ini adalah hasil dari proyek lapangan dalam proyek Maritime Encounters yang didanai oleh Riksbankens Jubileumsfond (RJ). Proyek ini dipimpin untuk Iberia oleh Dr. Marta Díaz-Guardamino, dengan dukungan dari Departemen Arkeologi Universitas Durham, bersama dengan Timoteo Rivera, Prof. Leonardo García Sanjuán (Universitas Sevilla), dan Prof. David Wheatley (Universitas Southampton).
Semua ini merupakan loncatan besar dalam pemahaman kita tentang sejarah dan budaya Iberia kuno.