Ilmuwan Temukan 1.700 Lempengan Kuno Berisi Kalimat Kutukan yang Mirip dengan Kitab Wahyu, Begini Bunyinya
Temuan ini merupakan hasil proyek penelitian Universitas Johannes Gutenbreg Mainz (JGU) di Jerman.
Ilmuwan Temukan 1.700 Lempengan Kuno Berisi Kalimat Kutukan yang Mirip dengan Kitab Wahyu, Begini Bunyinya
Proyek penelitian Universitas Johannes Gutenbreg Mainz (JGU) di Jerman menemukan sebuah lempengan berisi kutukan kuno dengan deskripsi dan frasa yang mirip dengan kitab Wahyu.
Proyek penelitian ini dipimpin Dr. Michael Holscher yaitu seorang peneliti dari Fakultas Teologi Katolik JGU. Proyek berjudul “Ritual Terkutuk, Jejak Lempeng Kutukan dan Fungsinya dalam Kitab Wahyu Yohanes” bertujuan untuk menyelidiki peran lempengan kutukan dalam masyarakat romawi dengan terminologi yang mirip dengan kitab Wahyu.
Sumber: Arkeonews
Penggunaan lempeng kutukan tidak memandang status sosial atau ekonomi, digunakan oleh semua anggota masyarakat. Sebanyak 1.700 lempeng kutukan ditemukan pada situs-situs dunia Romawi yang berasal dari 500 SM hingga 500 Masehi.
Foto: Dr. Jutta Stroszeck – German Archaeological Institute
Dalam lempengan yang diberi nama Wahyu Yohanes ini terdapat aspek-aspek inskripsi dan praktik terkait kitab Wahyu. Hal ini merupakan ekspresi tidak langsung dari kebutuhan akan segregasi dan upaya untuk mempertahankan diri dari komunitas awal Kristen yang sering kali terancam.
Dengan bantuan wawasan fraseologi, para ahli berharap dapat mengetahui bagaimana cara kutukan berfungsi. Holscher telah memeriksa bagaimana jejak ini bisa tertinggal dalam teks Kitab Wahyu Yohanes.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan Jerman? Para ilmuwan Jerman berhasil menemukan dan mendeskripsikan sebuah spesies sejenis bintang laut berusia 155 juta tahun, jenis Brittle Star atau bintang rapuh yang sedang dalam pertengahan regenerasi pada separuh tubuhnya.
-
Apa yang diungkap oleh penelitian ilmuwan tentang asal-usul kecoak Jerman? Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Texas A&M AgriLife mengungkap asal-usul kecoak Jerman, Blatella germanica dan evolusinya terhadap habitat manusia.
-
Apa yang diuji oleh ketiga ilmuwan tersebut? Mereka adalah trio ilmuwan yang berhasil memenangkan penghargaan Nobel Prize 2022 dengan jumlah hadiah sebesar 10 juta krona Swedia (USD915.000) atau Rp 14 miliar. Penghargaan tersebut diraih atas keberhasilannya dalam melakukan eksperimen mekanika kuantum dan menjelaskan titik lemah dari Teori Kuantum temuan Einstein.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan terkait kerajaan kuno? Ilmuwan Temukan Kamp Militer Kerajaan Kuno yang Telah Lama Hilang, Sejarahnya Tertulis dalam Alkitab Berbahasa Ibrani Kisah pengepungan yang dilakukan Raja Asiria kuno dijelaskan dalam Alkitab berbahasa Ibrani. Kamp militer yang digunakan oleh raja Asiria, Sanherib, yang pengepungannya terhadap Lakhis dan Yerusalem dijelaskan dalam Alkitab Ibrani, akhirnya telah diidentifikasi, kata seorang ahli.
-
Apa yang ditemukan oleh tim peneliti Jerman mengenai aksara paku? Sekarang, dengan menggunakan model 3D sekitar 2.000 tablet, mereka melatih program komputer untuk memindai teks mereka dan mentranskripsinya, seperti menggunakan kamera ponsel untuk mengubah catatan tulisan tangan menjadi dokumen teks.
-
Bagaimana para ilmuwan meneliti lukisan gua tersebut? Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh arkeolog Indonesia Adhi Augus Oktaviana menggunakan teknik yang disebut pencitraan seri U ablasi laser, yang menurut mereka dalam penelitian tersebut adalah “aplikasi baru dari pendekatan ini”.
"Di dalam Kitab Wahyu, kita menemukan frase dan frasa yang sangat mirip dengan yang muncul di lempeng kutukan, meskipun tidak ada kutipan langsung dari yang terakhir," kata Hölscher.
Foto: René Müller / LEIZA
Sebagai contoh, Holscher mengutip deskripsi seorang malaikat yang melemparkan batu besar ke laut dengan kata-kata: "Dengan kekerasan demikianlah kota besar Babel akan dihancurkan dan tidak akan ditemukan lagi sama sekali." Menurut Hölscher, ini dapat dibaca sebagai jenis ritual kutukan. Mereka yang dihadapkan dengan kata-kata ini pada masa itu mungkin dengan mudah mengaitkannya dengan penggunaan rutin lempeng kutukan.
"Dimungkinkan bahwa mereka yang membaca atau mendengarkan kata-kata dari Wahyu Yohanes dapat dengan mudah melihat seluruh bagian, frasa tunggal, atau konsep dalam cahaya mantra kutukan," kata Hölscher.
Sumber: Arkeonews
Dengan menekankan pengaruh budaya pada lempeng kutukan, proyek ini nantinya akan menyelidiki tumpang tindih dari dua sumber ini dengan latar belakang bagaimana sihir di satu sisi dan agama di sisi lain dipandang dalam dunia kuno.
Sumber: Arkeonews
Pada zaman dulu, lempeng kutukan berbahan timah dengan mantra-mantra yang diukir atau ditulis banyak di gunakan dan diminati. Lempeng ini bertujuan untuk membahayakan musuh atau saingan. Lempeng kutukan dan ritual terkait digunakan secara luas seiring dengan pertumbuhan Kekaisaran Romawi, hal ini banyak ditemukan dilokasi seperti Mesir hingga Britania.
Sumber: Arkeonews
Lempeng-lempeng kutukan sering kali ditempatkan pada tempat-tempat khusus seperti makam atau lokasi suci yang dianggap sebagai tempat tinggal para roh dari dunia bawah. Hal ini untuk memastikan efektifitas kutukan tersebut. orang-orang kuno menganggapnya sebagai bentuk ilmu sihir atau sihir hitam yang diatur dalam hukum masa Romawi.
Sumber: Arkeonews
"Ritual kutukan sebagai keseluruhan tidak hanya terbatas pada kata-kata dari mantra itu sendiri, tetapi juga melibatkan tindakan menuliskannya, menusukkan lempeng-lempeng tersebut, atau menguburkannya di tempat-tempat yang dipilih dengan sengaja," kata Hölscher menjelaskan aspek dari praktik tabella defixionis.
Proyek penelitian yang berjudul "Ritual Terkutuk, Jejak Lempeng Kutukan dan Fungsinya dalam Kitab Wahyu Yohanes" disponsori oleh Yayasan Penelitian Jerman (DFG) selama periode 2022 hingga 2025.