Ilmuwan Temukan Waktu Bergerak Lebih Cepat di Bulan Ketimbang di Bumi, Segini Beda Waktunya
Dengan menggunakan teori relativtas Einstein, ilmuwan menghitung perbedaan waktu antara di Bumi dan Bulan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh seorang fisikawan dari Institut Nasional Standar dan Teknologi (NIST) di Boulder, Colorado mencatat bahwa waktu di Bulan lebih cepat daripada di Bumi.
Dengan menggunakan teori relativitas yang dikemukakan oleh Albert Einstein, Bijunath Patla berhasil menemukan perbedaan ketepatan waktu antara Bumi dan Bulan sebesar 56 mikrodetik.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan di Bulan? Baru kali ini ilmuwan menemukan hal-hal yang tidak biasa saat mereka mengamati Bulan. Bulan dipenuhi dengan berbagai macam sisa benda luar angkasa yang sudah ditinggalkan dan rusak. Benda-benda itu berasal dari kecelakaan berbagai macam misi yang dijalankan oleh sejumlah badan antariksa. Namun, dari berbagai sisa benda yang ada, terdapat dua benda yang tinggal dan membentuk dua kawah besar di Bulan.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di dalam lubang terdalam yang digali di Bumi? Ilmuwan dan ahli geologi berhasil menemukan beberapa penemuan menarik lainnya, seperti bagian dalam kerak bumi yang dipenuhi air, dan fosil plankton mikroskopis yang ditemukan enam kilometer di bawah permukaan.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di dalam inti bumi? Namun, para ilmuwan kini telah menemukan wilayah besar misterius berbentuk donat yang terletak di dalam inti terluar bumi.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan di permukaan Bulan? Ilmuwan mengonfirmsi penemuan gua bawah tanah di Bulan, tidak jauh dari lokasi di mana Neil Armstrong dan Buzz Aldrin mendarat 55 tahun lalu.
-
Bagaimana ilmuwan mempelajari inti Bulan? Teknik penelitian yang digunakan meliputi analisis gelombang akustik yang dihasilkan oleh gempa di permukaan Bulan.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
Patla dan rekannya menjelaskan, Bulan bergerak lebih lambat daripada Bumi yang menyebabkan waktu berjalan lebih lambat, tetapi Bulan memiliki gravitasi yang lebih rendah yang menyebabkan jam berjalan lebih cepat.
"Ini adalah dua efek yang saling bersaing, dan hasilnya adalah pergeseran 56 mikrodetik per hari yang setara dengan 0,000056 detik per hari,” jelas Patla, seperti dilansir Live Science, Senin (2/12).
Meski perbedaannya sangat tipis, hal tersebut akan berpengaruh secara signifikan dalam misi-misi yang berkaitan dengan komunikasi Bumi dan Bulan.
Kegagalan navigasi 17 kilometer per hari
Cheryl Gramling, seorang insinyur di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA mengatakan, hal mendasar yang membahayakan dari perbedaan 56 mikrodetik ini adalah keselamatan navigasi.
"Dalam hal navigasi, pergeseran 56 mikrodetik dalam sehari antara jam di Bulan dan jam di Bumi merupakan perbedaan yang besar," imbuh Gramling.
- Ilmuwan Ungkap Perjalanan ke Masa Lalu atau Masa Depan Bukan Hal Mustahil, Begini Penjelasannya
- Teori Relativitas Einstein Diuji Lagi, Begini Hasilnya
- Ilmuwan Dunia yang Keras Menentang Teori Relativitas Albert Einstein
- Teori Relativitas Einstein Pertama Kali Muncul Bertujuan Gantikan Teori Usang Milik Ilmuwan Ini
Navigasi presisi modern sangat bergantung pada sinkronisasi jam, yang mencangkup koordinasi menggunakan gelombang radio yang bergerak dengan kecepatan cahaya.
Gramling menjelaskan, cahaya bergerak sejauh 30 sentimeter dalam 1 nanodetik atau setara dengan 30 sentimeter per 0,001 mikrodetik. Jika terjadi kegagalan dalam memperhitungkan perbedan 56 mikrodetik ini, maka akan mengakibatkan kesalahan navigasi hingga 17 kilometer per hari.
Bahkan kesalahan bagian kecil itu tidak akan diterima dalam misi Artemis, yang mengharuskan mengetahui posisi penjelajah, pendarat atau astronot dalam jarak 10 meter setiap saat.
Patla dan rekannya menangani pengaruh relativitas terhadap ketepatan waktu di Bulan dengan mengakui bahwa sistem Bumi-Bulan mengalami jatuh bebas yang berarti bergerak hanya di bawah pengaruh gravitasi Matahari.
Hal ini memungkinkan Bumi-Bulan untuk merumuskan dampak dari setiap rotasi, gaya pasang surut, penyimpangan bentuk Bulan, dan sebagainya.
Selain itu, Patla dan rekannya juga menghitung posisi gravitasi stabil di orbit antara Bumi dan Bulan yang dikenal sebagai titik Lagrange, yang dapat digunakan untuk komunikasi relay satelit.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti