Ilmuwan Ungkap Bumi Pernah Miliki Cincin Seperti Planet Saturnus 466 Juta Tahun Lalu
Hipotesis ini tidak hanya bisa menjelaskan periode dampak yang luar biasa yang tercatat dalam sejarah geologi bumi, tetapi juga telah memengaruhi iklim Bumi.
Sebuah penelitian terbaru menantang apa yang selama ini kita ketahui tentang planet bumi ini, yang menunjukan sebelumnya sekitar 466 juta tahun yang lalu bumi memiliki sebuah cincin layaknya planet Saturnus.
Hipotesis ini tidak hanya bisa menjelaskan periode dampak yang luar biasa yang tercatat dalam sejarah geologi bumi, tetapi juga telah memengaruhi iklim planet bumi ini.
-
Apa yang menjadi ciri khas planet Saturnus? Saturnus terkenal dengan cincin ikoniknya yang terbuat dari es dan batu.
-
Kenapa ilmuwan terkejut dengan penemuan di Saturnus? Tidak ada seorang pun di tim Cassini-Huygens yang membayangkan bahwa bulan-bulan kecil Saturnus bisa aktif secara kimiawi dan menghasilkan molekul-molekul berat. Ini adalah kejutan terbesar dan mungkin merupakan penemuan Cassini yang paling penting,” tambah Blanc.
-
Apa saja ciri khas orang Saturnus? Tampilan planet ini diidentikan seperti orang tua. Ia menggunakan topi khas cincin Saturnus. Di sekeliling topinya itu ada semacam selang dan alat pengukur tekanan.
-
Di mana ilmuwan menemukan tanda-tanda kehidupan di Saturnus? Sampel ini dipercaya memiliki banyak senyawa organik sebagai pembangun kehidupan di planet itu.
-
Bagaimana cara ilmuwan memutar asteroid agar dapat meniru gravitasi di Bumi? Hanya saja untuk mendapatkan gaya sentripetal, stasiun luar angkasa harus berotasi. Atira sudah memiliki sedikit rotasi, tetapi bagian dari menciptakan habitat luar angkasa akan mencakup memutar asteroid itu sendiri hingga kecepatan rotasi yang masuk akal yang dapat secara akurat meniru gravitasi di Bumi masih menjadi pekerjaan rumah.
-
Bagaimana para ilmuwan akan meneliti sampel asteroid Bennu? 30 persen sample akan dianalisis lebih dari 200 ilmuwan selama 2 tahun kedepan. Sedangkan sisanya disisihkan untuk melakukan uji teknologi dan keperluan penelitian di masa depan, dengan cara dibagi melalui potongan material agar mempermudah alokasinya.
Bumi memiliki sejarah yang rumit dengan material dari tata surya kita, yang paling terkenal adalah tumbukan Chicxulub yang menyebabkan punahnya dinosaurus sekitar 66 juta tahun lalu pada awal periode Ordovisium meniggalkan kawah tumbukan di beberapa wilayah seperti di teluk Meksiko.
Ketika asteroid menghantam bumi, asteroid yang jatuh cenderung menyebar di lokasi yang acak mirip seperti tumbukan yang terjadi pada bulan dan planet Mars, tetapi hal itu tidak terjadi pada kawah tumbukan Ordovisium
Profesor Andy Tomkins dan rekannya dari Universitas Monash Australia tengah menyelidiki dampak tumbukan Ordovisium ini dengan melakukan penghitungan luas permukaan bumi yang menyimpan sisa material tumbukan kawah ini. Mereka menggunakan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yang secara geologis sesuai di seluruh planet bumi.
Wilayah tersebut meliputi Australia barat, Afrika, Kraton Amerika Utara (Laurentia), dan beberapa bagian Eropa. Dari wilayah itu mereka menemukan 30 persen di wilayah daratan yang cocok ternyata berada dekat dengan garis khatulistiwa.
Tim tersebut meyakini pola tumbukan ini mungkin terjadi setelah sebuah asteroid mendekati bumi. Asteroid yang terlalu dekat dengan bumi akhirnya pecah menjadi bagian-bagian kecil yang membentuk cincin puing yang mengelilingi bumi.
- Ilmuwan Mulai Beri Peringatan Keras soal Kiamat
- Ilmuwan Temukan Bukti Adanya Planet Baru, Massanya 10 Kali Lebih Besar Dari Bumi
- Ilmuwan Temukan Bukti Cadangan Air di Bawah Permukaan Mars, tapi Sulit Digali
- Ilmuwan Salah Sangka Benda Aneh ini Dikira Sampah Luar Angkasa, Ternyata Petunjuk Penting Manusia untuk Bisa Hidup Antar Planet
“Selama jutaan tahun, material dari cincin ini secara bertahap jatuh ke Bumi, menciptakan lonjakan dampak meteorit yang diamati dalam catatan geologi,” Profesor Tomkins menjelaskan dalam sebuah pernyataan, dikutip dari IFL Science, Rabu (18/9).
“Kami juga melihat bahwa lapisan-lapisan batuan sedimen dari periode ini mengandung sejumlah besar puing meteorit.”
Halangi Sinar Matahari
Hasil penelitian itu menunjukan asteroid yang jatuh ke bumi membentuk kawah tumbukan aneh dari di bumi, hasil penelitian itu juga memberikan pengaruh pada bentuk iklim yang aneh di bumi
“Yang membuat temuan ini semakin menarik adalah potensi implikasi iklim dari sistem cincin tersebut,” imbuh Tomkins.
Para peneliti itu berspekulasi bahwa cincin yang terbentuk di sekitar bumi telah membentuk bayangan di atas bumi yang menghalangi sinar matahari. Hal ini dapat berkontribusi pada peristiwa glasialisasi pada Hirnatian Icehouse sekitar 500 juta tahun terakhir di sejarah bumi
“Gagasan bahwa sistem cincin dapat memengaruhi suhu global menambah lapisan kompleksitas baru pada pemahaman kita tentang bagaimana peristiwa luar angkasa dapat membentuk iklim Bumi,” kata Tomkins.
Studi ini menarik perhatian yang lebih luas tentang dampak yang mungkin ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa langit terhadap sejarah evolusi Bumi sekaligus menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan sistem cincin lain yang sebelumnya tidak diketahui. Mungkinkah Bumi memiliki cincin lain di masa lalu? Jika demikian, apa dampaknya terhadap iklim planet kita dan evolusi kehidupan secara umum?
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti