Ilmuwan Ungkap Puncak Aktivitas Badai Matahari Bakal Terjadi di Ujung 2024, Begini Dampaknya Bagi Kehidupan
Para ilmuwan dan lembaga seperti NASA memperkuat pemantauan aktivitas matahari.
Puncak badai matahari diperkirakan akan terus berlanjut. Badai matahari merupakan bagian dari siklus aktivitas yang berlangsung setiap 11 hingga 25 tahun. Pada fase ini, matahari akan mencapai titik tertinggi dalam aktivitasnya, yang ditandai dengan peningkatan jumlah bintik matahari (sunspot) serta ledakan energi yang dikenal sebagai lontaran massa korona (Coronal Mass Ejection/CME) dan gelombang radiasi.
Fenomena ini memberikan dampak yang signifikan, tidak hanya terhadap teknologi di Bumi, tetapi juga bagi manusia dan satelit yang beroperasi di orbit. Saat ini, aktivitas matahari diperkirakan akan mencapai puncaknya antara akhir 2024 dan awal 2025. Dikutip dari laman National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pada Jumat (20/12), puncak siklus ini tampaknya lebih aktif dibandingkan dengan prediksi awal.
-
Apa yang tertangkap oleh Satelit NASA? Salah satu foto yang tertangkap oleh Satelit observasi NASA dan United States Geological Survey (USGS), menangkap potret sisa banjir dari zaman es kuno yang terjadi pada 10.000 hingga 20.000 tahun lalu.
-
Dimana pesawat NASA berhasil menyentuh matahari? Pesawat NASA telah mendapat pencapaian luar biasa dengan secara resmi "menyentuh" matahari, menyelam melalui atmosfer yang belum pernah dijelajahi sebelumnya yang dikenal sebagai corona.
-
Siapa yang menuntut NASA? Keluarga Alejandro Otero menuntut lebih dari 80.000 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1,3 miliar kepada NASA setelah sampah antariksanya menembus atap rumah keluarga yang berada di Florida, AS tersebut.
-
Kapan pesawat NASA berhasil melewati corona matahari? The Parker Solar Probe sukses melewati corona pada bulan April 2021 saat melakukan pendekatan kedelapan ke matahari.
-
Bagaimana cara masyarakat membantu NASA dalam mengamati Gerhana Matahari Total? Caranya, masyarakat dapat mengambil gambar gerhana matahari melalui aplikasi SunSketcher yang bisa dipasang di ponsel. Dengan bantuan masyarakat, NASA akan melakukan penelitian untuk mengetahui bentuk Matahari yang sesungguhnya.
-
Siapa yang berhasil membawa pesawat NASA ke atmosfer matahari? Diluncurkan di 2018, Parker berjarak 8 juta mil (13 juta kilometer) dari pusat matahari saat memasuki batas yang kompleks antara atmosfer matahari dan angin matahari yang bergerak keluar.
Aktivitas intens yang teramati meliputi peningkatan lontaran plasma dan gelombang geomagnetik, yang dapat memicu terjadinya badai geomagnetik di Bumi. Badai matahari ini akan memengaruhi medan magnet Bumi dengan intensitas yang tinggi. Sebagai akibatnya, berbagai dampak dapat dirasakan, seperti gangguan pada jaringan listrik, navigasi satelit, dan komunikasi radio. Bahkan, aurora atau cahaya utara (northern lights) yang biasanya hanya terlihat di daerah kutub berpotensi muncul di lintang yang lebih rendah.
Dilansir laman Space, Jumat (20/12), para peneliti menemukan adanya lubang korona yang memiliki ukuran 60 kali diameter Bumi di khatulistiwa matahari pada Desember 2023. Penemuan ini merupakan hal yang luar biasa sekaligus mengkhawatirkan.
Lubang korona merupakan area pada atmosfer luar matahari yang lebih dingin dan memiliki kerapatan rendah. Fenomena ini memancarkan angin matahari berkecepatan tinggi yang dapat mencapai Bumi dalam waktu dua sampai tiga hari. Keberadaan lubang korona di khatulistiwa matahari menjadi fenomena yang tidak biasa, karena biasanya lubang korona muncul di kutub utara dan selatan matahari. Ini menjadi indikasi adanya peningkatan aktivitas matahari menjelang puncak Siklus 25, yang juga membawa risiko lontaran angin matahari yang lebih kuat.
Dengan semakin mendekatnya puncak badai matahari pada akhir 2024 hingga awal 2025, para ilmuwan dan lembaga terkait seperti NASA meningkatkan pemantauan terhadap aktivitas matahari. NASA melakukan pemantauan secara real-time menggunakan teknologi Observatorium Dinamika Matahari (SDO). Teknologi ini memungkinkan NASA untuk mengirimkan sistem peringatan kepada operator satelit di seluruh dunia agar dapat memindahkan satelit mereka. Tujuannya adalah untuk menghindari kerusakan yang dapat disebabkan oleh badai geomagnetik.
Membahayakan Manusia?
Menurut informasi yang dipublikasikan akun X NASA pada Jumat (20/12), Badai Matahari tidak menimbulkan ancaman bagi manusia yang berada di Bumi. Hal ini disebabkan perlindungan yang diberikan oleh medan magnet dan atmosfer tebal Bumi terhadap dampak langsung dari fenomena tersebut.
- NASA Umumkan Badai Matahari akan Terjadi Hingga Tahun 2025, Bisa Berdampak Pada Komunikasi, Listrik di Bumi
- Lewat Aturan Ini Boleh Aktivitas Tambang di IKN, Ada Syaratnya?
- 5 Hal yang Perlu Dilakukan Setiap Malam agar otak Tetap Tajam dan Cerdas
- 8 Aktivitas Akhir Pekan yang Bermanfaat Sehat untuk Dilakukan
"Bagi kita yang berada di lapangan, jawaban singkatnya adalah tidak. Medan magnet bumi dan atmosfer tebal melindungi kita dari dampak langsung badai matahari. Anda tidak memerlukan pelindung radiasi apapun - planet kita menyediakannya," jelas akun NASA.
Bumi memiliki medan magnet yang kuat dan besar, yang dihasilkan oleh besi cair bermuatan yang berputar di dalam inti planet, sehingga menghalangi aliran angin matahari bermuatan yang menuju ke Bumi. Fenomena ini dikenal sebagai magnetosfer. Magnetosfer Bumi sangat besar dan kuat, membentang hingga ratusan kali radius Bumi, atau sekitar 4.000 mil.
Di sisi yang menghadap Matahari, magnetosfer mengalami tekanan yang lebih besar, dengan ukuran antara 6 hingga 10 kali radius Bumi, yaitu sekitar 25.000 hingga 40.000 mil. Namun, kondisi ini berbeda bagi astronaut yang berada di luar angkasa, yang tidak memiliki banyak perlindungan. Badai Matahari dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap mereka, karena partikel matahari yang energik dapat menyebabkan radiasi berbahaya. Dalam situasi ekstrem, badai ini juga dapat mengganggu komunikasi radio jarak jauh astronaut, yang bisa berisiko bagi keselamatan mereka.
NASA telah menyiapkan prosedur darurat untuk astronot agar bisa berlindung saat terjadi Badai Matahari. Ini termasuk menghentikan sistem sensitif di satelit sebelum badai terjadi dan melengkapi pesawat ruang angkasa dengan tempat perlindungan. Selain itu, fenomena Badai Matahari juga sering kali memicu kemunculan aurora di berbagai wilayah Bumi, karena CME dapat menyebabkan badai geomagnetik yang berujung pada tampilan aurora yang menakjubkan.