Ini Negara Pertama di Dunia yang Miliki Basis Data Fosil Terlengkap, Bisa Diakses Publik Secara Terbuka
Basis data yang menyimpan informasi tentang penemuan fosil purbakala dikenal dengan nama Basis Data Elektronik Catatan Fosil, atau disingkat FRED.
Fosil memberikan gambaran tentang sejarah bumi yang telah berlalu. Informasi yang diperoleh dari fosil sangat berharga untuk memahami kondisi dunia jutaan tahun yang lalu. Saat ini, Selandia Baru memberikan kesempatan kepada lebih banyak orang untuk menjelajahi artefak alam tersebut.
Negara ini menjadi yang pertama di dunia yang memiliki basis data fosil yang hampir menyeluruh dan dapat diakses secara terbuka oleh publik. Basis data ini dikenal dengan nama Basis Data Elektronik Catatan Fosil, atau FRED, seperti yang dikutip dari laman Mentalfloss, Senin (2/12).
-
Fosil apa yang baru ditemukan di Selandia Baru? Fosil cakar kepiting dengan ukuran sangat besar ditemukan di pantai Waitoetoe, Pulau Utara, Selandia Baru.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan Selandia Baru? Ilmuwan Selandia Baru menemukan spesies baru "hiu hantu" - sejenis ikan langka yang sangat sulit dikenali karena hidup di kedalaman Samudera Pasifik.
-
Apa sebenarnya pengertian dari fosil? Fosil adalah sisa atau jejak organisme hidup, termasuk tumbuhan dan hewan, yang telah mati dan tertimbun dalam endapan sedimen di dalam tanah atau batuan.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Teluk Studland? Para arkeolog maritim dari Universitas Bournemouth Inggris menemukan dua lempengan berukir salib dari abad pertengahan di dasar Teluk Studland, telah ada disana selama hampir 800 tahun.
-
Kenapa fosil penting bagi ilmuwan? Fosil membantu manusia untuk mengidentifikasi makhluk hidup yang pernah hidup pada masa lalu. Hal tersebut tentu berguna sebagai bukti dan data sejarah dari masa lampau untuk keperluan pencatatan dan dokumentasi untuk masa depan.
-
Kapan fosil tengkorak leluhur gajah itu ditemukan? Para ahli berhasil menemukan fosil tengkorak lengkap berasal dari 7,5 juta tahun yang lalu di tepi Waduk Yamula di Provinsi Kayseri, Turki Tengah. Tengkorak ini merupakan milik Choerolophodon Pentelic, yang dikenal sebagai leluhur gajah.
Menurut laporan dari Live Science, koleksi cetak pertama kali dimulai pada tahun 1946 oleh ahli geologi Harold Wellman, yang terkenal karena penemuan Sesar Alpen di Selandia Baru, bersama timnya. Mereka menyimpan informasi penting seperti peta referensi, nomor seri situs, dan deskripsi fosil dalam bentuk formulir yang tersimpan di lemari arsip. Selain itu, para ilmuwan juga mencatat informasi geologi dari lokasi fosil, termasuk ukuran butiran batu dan warna yang ada. Dengan pengorganisasian data yang kaya selama beberapa dekade, menghadirkan catatan fosil Selandia Baru secara daring menjadi lebih mudah.
FRED merupakan basis data yang dapat diakses oleh siapa saja, mulai dari ahli paleontologi yang berpengalaman hingga penggemar fosil yang baru belajar. Semua orang memiliki kesempatan untuk mengakses dan memberikan kontribusi terhadap sumber daya ini. Menurut laporan dari Interesting Engineering, empat kurator dari berbagai universitas bertanggung jawab untuk memeriksa setiap entri dalam basis data tersebut dan memastikan tidak ada kesalahan yang terlewat. Dengan demikian, FRED tidak hanya menjadi sumber informasi, tetapi juga platform kolaborasi bagi para peneliti dan penggemar.
100.000 Lokasi Fosil
Situs resmi FRED menginformasikan bahwa basis data ini mencakup lebih dari 100.000 catatan lokasi fosil. Meskipun FRED adalah salah satu basis data fosil yang penting, masih terdapat beberapa basis data lainnya. Namun, tidak ada basis data akses terbuka lain yang menawarkan cakupan luas pada area tertentu.
Sebagian besar entri lokasi dalam FRED berasal dari Selandia Baru, meskipun ada juga yang berasal dari bagian tenggara Kepulauan Pasifik dan wilayah Laut Ross di Antartika. Proyek ini dikelola secara bersama oleh Masyarakat Geosains Selandia Baru dan lembaga penelitian GNS, yang secara rutin memperbarui informasi dalam basis data tersebut.
Saat ini, para ilmuwan di Selandia Baru sering diminta untuk mendokumentasikan penemuan fosil mereka di FRED, baik untuk tujuan publikasi ilmiah maupun tesis akademis. Kumpulan data ini memberikan peluang untuk penelitian yang inovatif. Sebagai contoh, pada tahun 2018, para ilmuwan di Amerika Serikat melakukan tinjauan terhadap data FRED dan menemukan informasi baru mengenai tingkat kepunahan spesies moluska.
- Berkat Fosil Batang Kayu Berusia 30 Juta Tahun, Ilmuwan Temukan Hutan Purba Tersembunyi di Pulau Tanpa Pohon
- Ilmuwan Pertama Kali Temukan Fosil Kromosom Purba, Masih Utuh dan Tersusun Rapi dalam Kulit Mamut Berbulu Berusia 52.000 Tahun
- Ilmuwan Temukan Spesies Baru Hewan Laut Purba Berusia 500 Juta Tahun, Bentuknya Mirip Ulat dengan Duri di Sekujur Tubuhnya
- Penampakan Fosil Pohon Tertua di Bumi, Ditemukan di Balik Tebing Laut Berusia 390 Juta Tahun
Mereka mengidentifikasi bahwa invertebrata tersebut mengalami kepunahan yang signifikan di Karibia dan Selandia Baru. Jika bertahan dalam jangka panjang, basis data daring ini juga dapat memberikan manfaat bagi generasi mendatang. Namun, dengan adanya pemotongan dana dan pemutusan hubungan kerja, masa depan FRED dan penelitian paleontologi di Selandia Baru masih belum pasti.