Mengapa Fosil Dinosaurus Tidak Pernah Ditemukan di Indonesia? Alasannya Ternyata Klasik
Mengapa Fosil Dinosaurus Tidak Pernah Ditemukan di Indonesia? Alasannya Ternyata Klasik
Sejumlah ahli membeberkan alasan mengapa fosil dinosaurus tidak pernah ditemukan di Indonesia.
-
Bagaimana fosil dinosaurus ini ditemukan? Fosil lebih mungkin muncul setelah hujan, karena air mengungkap material dengan menghilangkan sedimen yang menutupinya, dalam fenomena yang dikenal sebagai pelapukan.
-
Kapan fosil dinosaurus itu ditemukan? Fosil yang ditemukan pada Mei lalu di dekat sebuah waduk di kotamadya Sao Joao do Polesine itu diperkirakan berusia sekitar 233 juta tahun.
-
Bagaimana cara fosil dinosaurus terbentuk? Ini lantaran proses fosilisasi yang jarang terjadi dan hanya terbentuk dalam keadaan tertentu saja.
-
Di mana saja fosil dinosaurus berbulu ditemukan? Ilmu pengetahuan semakin banyak belajar tentang keluwesan bentuk pada dinosaurus dengan setiap penemuan besar di China, Amerika, Antartika, dan tempat lainnya. Termasuk, soal bulunya.
-
Bagaimana fosil dinosaurus hamil itu ditemukan? Sisa-sisa fosil Ichthyosaurus sepanjang hampir empat meter ditemukan oleh para arkeolog di Chile pada sebuah gletser yang meleleh.
-
Mengapa fosil dinosaurus sulit ditemukan di Indonesia? Dari semua wilayah di Indonesia, hanya Pulau Kalimantan yang merupakan bagian dari Eurasia pada Era Mesozoikum. Namun, disayangkan fosil dinosaurus sulit ditemukan di Pulau Kalimantan karena sebagian besar wilayahnya terdiri dari lahan gambut dan penelitian yang memerlukan biaya besar.
Mengapa Fosil Dinosaurus Tidak Pernah Ditemukan di Indonesia? Alasannya Ternyata Klasik
Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara memiliki warisan sejarah geologi yang kaya. Meskipun wilayahnya luas mencakup batuan-batuan tertua di dunia dan berbagai situs potensial yang dapat mengandung fosil, namun hingga saat ini fosil dinosaurus belum pernah ditemukan di wilayah Indonesia.
Kata dinosaurus dipopulerkan oleh Sir Richard Owen yang berasal dari bahasa Yunani, “denos” artinya besar, menakutkan, kuat dan “sairos” yang berarti kadal. Dinosaurus diperkirakan hidup di Bumi sekitar 245 juta tahun lalu.
John Long, seorang dosen paleontologi di Universitas Flinders menyatakan saat ini terdapat sekitar 900 spesies dinosaurus yang diakui. Validitas spesies ini bergantung pada konfirmasi ilmiah dan ketersediaan bukti fosil yang cukup untuk mendukung statusnya sebagai suatu spesies.
- Ilmuwan Temukan Fosil Dinosaurus Terkecil Berusia 80 Juta Tahun, Ukurannya Hanya Sebesar Kancing Baju & Masih Lengkap dengan Embrionya
- Fosil Dinosaurus Ini Ditemukan di Pekarangan Pribadi, Terjual dengan Harga Rp 716 Miliar
- Arkeolog Dikejutkan dengan Penemuan Fosil Dinosaurus Bertangan Mungil
- Dua Spesies Baru Dinosaurus Ditemukan, Kepalanya Berbentuk Kubah dan Banyak Tonjolan Tajam
Para ahli menyatakan dinosaurus punah setelah terjadinya hujan meteor 65 juta tahun yang lalu, ketika sebuah asteroid besar dengan diameter 15 kilometer menabrak Bumi.
Dikutip dari laman Nationworldnews, seperti diketahui, dinosaurus hidup pada tiga periode dalam zaman Mesozoikum, yaitu Trias, Jura, dan Kapur. Trias berlangsung sekitar 252 hingga 201 juta tahun lalu, Jura sekitar 210 hingga 145 juta tahun lalu, dan Kapur antara 145 hingga 66 juta tahun lalu.
Penting untuk dicatat, selama ketiga periode tersebut, sebagian besar daratan Indonesia masih terendam laut dan baru terbentuk sekitar 30 juta tahun yang lalu.
Dari semua wilayah di Indonesia, hanya Pulau Kalimantan yang merupakan bagian dari Eurasia pada Era Mesozoikum. Namun, disayangkan fosil dinosaurus sulit ditemukan di Pulau Kalimantan karena sebagian besar wilayahnya terdiri dari lahan gambut dan penelitian yang memerlukan biaya besar.
Anggapan ini diperkuat oleh pandangan bahwa dinosaurus cenderung menghindari daerah sekitar garis khatulistiwa atau ekuator pada masa Mesozoikum. Alasannya adalah karena wilayah di sekitar khatulistiwa cenderung sangat panas dan kering. Selain itu, daerah tersebut juga mengandung tingkat karbondioksida yang tinggi, yang dapat menjadi penyebab kebakaran alam.
Selain itu, penyebab lainnya adalah rendahnya kesadaran dan minat masyarakat terhadap paleontologi.
Dikutip dari laman Seasia, berbeda dengan negara-negara seperti Amerika Serikat dan China, di mana fosil dinosaurus menjadi daya tarik populer dan menjadi sumber kebanggaan nasional, paleontologi belum menjadi fokus utama di Indonesia.
Minat yang kurang terhadap fosil di kalangan masyarakat mengakibatkan kurangnya tekanan pada pemerintah untuk membentuk dana khusus untuk penelitian fosil dinosaurus.
Faktor lain yang menjelaskan absennya dana fosil dinosaurus di Indonesia adalah prioritas politik dan ekonomi.
Dengan tantangan-tantangan mendesak seperti kemiskinan, layanan kesehatan, dan pendidikan, pemerintah memiliki prioritas lain daripada berinvestasi dalam penelitian paleontologi.
Selain itu, manfaat ekonomi dari penemuan fosil dinosaurus belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat luas, sehingga kurangnya insentif bagi pemerintah untuk menyisihkan dana khusus untuk penelitian paleontologi.
Indonesia juga merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang luas, dengan berbagai isu lingkungan yang mendesak, seperti penggundulan hutan dan perdagangan satwa liar ilegal.
Isu-isu tersebut menjadi prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian paleontologi, yang dianggap kurang mendesak.
Tantangan lain dalam pembentukan dana fosil dinosaurus di Indonesia adalah keterbatasan infrastruktur dan keahlian di bidang paleontologi.
Jumlah ahli paleontologi di Indonesia relatif terbatas. Mereka seringkali menghadapi kendala akses terhadap pendanaan, sumber daya, dan peralatan yang dibutuhkan.
Keterbatasan infrastruktur dan keahlian tersebut membuat sulit untuk melakukan penelitian paleontologi dan menjaga kelestarian fosil.