Berusia Dua Abad, Begini Kisah Masjid An Nawier di Jakarta Barat yang Kerap Umumkan Wafatnya Keluarga Keraton Solo
Begini kisah unik Masjid An Nawier yang sudah ada sejak abad ke-18 di Tambora Jakarta Barat
Begini kisah unik Masjid An Nawier yang sudah ada sejak abad ke-18 di Tambora Jakarta Barat
Berusia Dua Abad, Begini Kisah Masjid An Nawier di Jakarta Barat yang Kerap Umumkan Wafatnya Keluarga Keraton Solo
Masjid An Nawier di wilayah Pekojan, Tambora, Kota Jakarta Barat, merupakan salah satu yang tertua di DKI Jakarta.
Keberadaannya sudah ada sejak abad ke-18, tepatnya pada 1760. Keunikan An Nawier di antaranya kerap menyampaikan pengumuman wafatnya keluarga Keraton Solo.
-
Kapan Masjid Al Anwar Angke dibangun? Masjid kuno Al Anwar tahun ini genap berusia 263 tahun. Banyak kisah menarik di balik keberadaannya yang masih kokoh berdiri hingga sekarang.
-
Mengapa Masjid At Taqwa Cirebon diganti namanya? Alasan renovasi juga karena posisinya sudah cukup melenceng dari arah kiblat, sehingga perlu diluruskan. Setelahnya, Koordinator Urusan Agama Cirebon, R. M. Arhatha, menginisiasi pergantian nama masjid agar tidak lagi menggunakan kata “Agung”. Ini karena saat itu sudah ada masjid bernama Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang ada di Alun-Alun Kasepuhan dan menjadi salah satu masjid kuno paling tua yang ada di sana.
-
Bagaimana Masjid Jami' Matraman menjadi pusat dakwah? Masjid mulai berfungsi sebagai pusat dakwah setelah sebagian prajurit memutuskan untuk tinggal dan menjadi pendakwah.
-
Di mana Masjid Al-Jabbar berada? Masjid Al-Jabbar berlokasi di Bandung, Jawa Barat sementara masih ditutup untuk umum.
-
Kapan Masjid Pecinan Tinggi Banten dibangun? Tahun pembangunan diperkirakan pada 1552, atau empat tahun sebelum pendirian Masjid Agung Banten lama pada 1556.
-
Kapan Masjid Quwwatul Islam diresmikan? Pada Selasa (10/10), Gubernur DIY Sri Sultan HB X meresmikan berdirinya Masjid Quwwatul Islam di Jalan Mataram No. 1, Suryatmajan, Danurejan, Kota Yogyakarta.
Secara umum bangunan An Nawier masih menyisakan peninggalan masa Islam di Batavia tahun 1700-an. Kala itu, masjid ini konon jadi pusat penyebarannya di wilayah Jakarta Barat.
Saat ini, keindahan bangunan menjadi daya tarik dari Masjid An Nawier dan mampu membuat jemaah betah untuk melaksanakan ibadah di sini.
Masjid An Nawier jadi salah satu rujukan sejarah perkembangan Islam di tanah Batavia pada masa silam.
Berikut informasi tentang Masjid An Nawier yang bersejarah.
Gaya Bangunannya Khas Kolonial
Di masa itu gaya bangunan tidak terlepas dari arsitektur khas kolonial yakni art deco. Bentuk ini diklaim paling modern di zamannya, karena mengandung unsur budaya barat dan timur yang kental.
Mengutip Youtube resmi Masjid Jami An Nawier, desain khas barat terletak pada sisi pintu, jendela, plafon hingga kusen yang berbahan kayu. Sedangkan nuansa timur kental di bagian dalam masjid, termasuk di ruang imam untuk memimpin salat.
“Dahulu luasnya hanya 500 meter persegi, sekarang sudah 2.000 meter persegi dengan gaya bangunan lawas,” terang Ketua DKM Masjid An Nawier, Kampung Pekojan, Dikky Abu Bakar Basshandid
Masih Ada Kolam Berwudhu Zaman Dulu
Peninggalan lain masa lampau adalah adanya kolam berwudhu yang ada di samping bangunan masjid. Kolam ini dahulu jadi tempat umat Islam bersuci sebelum melaksanakan salat.
Saat ini kolamnya berlapis batu alam dan masih dipertahankan karena mengandung nilai sejarah yang kuat.
Airnya juga mengalir dari sumber yang dihubungkan ke kolam tersebut, sehingga terjaga kondisinya.
- Mengenal Sosok Ariful Bahri, Satu-satunya WNI Pengisi Kajian di Masjid Nabawi
- Kisah Masjid At Taqwa Cirebon, Dulu Berganti Nama karena Dianggap Tak Wajar
- Berusia Lebih dari 300 Tahun, Begini Kisah di Balik Kemegahan Masjid Tertua Sidoarjo
- Terketuk Usai Banyak Anggota Keluarga yang Wafat, Pria di Banyuwangi Nekat Ubah Kolam Ikan Jadi Masjid Megah Bawah Tanah
“Tempat wudhu ini jadi salah satu saksi berdirinya Masjid Jami An Nawier dan dahulu jemaah masjid berwudhu di kolam lama ini,” kata dia.
Terdapat Mimbar Hadiah dari Keraton Solo
Menurut Dikky, peninggalan lawas lain dari Masjid Jami An Nawier adalah mimbar berukuran besar yang ada di bangunan utama masjid.
Mimbar ini menggunakan kayu jati dengan cat gelap mengkilap dan tampak megah.
Dahulu mimbar merupakan hadiah dari Keraton Solo terhadap masjid ini, karena adanya hubungan keluarga dari salah satu pendirinya. Ini turut diperkuat dengan adanya ornament khas Jawa yang kental di kayu mimbar.
“Walau ada yang mengatakan juga ini berasal dari Kesultanan Kalimantan, namun yang paling kuat adalah berasal dari Keraton Solo, karena adanya ukiran khas Jawa zaman dulu,” ungkapnya
Kerap Siarkan Kabar Wafatnya Keluarga Keraton Solo
Masjid ini juga memiliki ciri khas yang unik, yakni kerap menyiarkan kabar meninggalnya anggota keluarga Keraton Solo.
Mengutip laman duniamasjid.islamic-center.or.id, hal ini karena adanya hubungan erat antaran masjid dengan kerajaan Solo. Ketika ada kabar meninggal dari sana, maka segenap pengurus masjid bersama warga sekitar akan melaksanakan salat gaib.
Setelahnya dilanjutkan dengan kegiatan berdoa bersama. Ini yang menjadi ciri kuat dari Masjid Jami An Nawier dan tidak dilakukan oleh masjid-masjid lain yang ada di Jakarta.