Melihat Para Perempuan Baduy Menenun Kain Tradisional, Hasilkan Motif Indah
Konon pembuatannya hanya boleh dilakukan oleh perempuan.
Konon pembuatannya hanya boleh dilakukan oleh perempuan.
Melihat Para Perempuan Baduy Menenun Kain Tradisional, Hasilkan Motif Indah
Perempuan penenun kain Baduy
Kampung adat Baduy memiliki ragam kerajinan tradisional, salah satunya tenun. Kain ini memiliki motif indah dengan corak yang menggambarkan kearifan lokal setempat.
-
Siapa saja contoh perempuan cantik dan berbakat dari Madiun? Madiun Kota Brem ini dikenal juga dengan sebutan Kota Gadis. Perempuan asal Madiun tak kalah cantik dari perempuan asal Surabaya dan Blitar. Contoh perempuan cantik dan berbakat kelahiran Madiun adalah Pamela Bowie dan selebgram sekaligus istri Denny Caknan, Bella Bonita.
-
Bagaimana wanita tersebut dimakamkan? Berdasarkan hasil penelitian kerangka, tinggi wanita tersebut sekitar 152 cm. Kerangkanya ditemukan berbaring telentang di samping kerangka suaminya, namun yang mengejutkan para ilmuwan, bagian atas kepalanya hilang.
-
Apa yang ditemukan di samping makam wanita tersebut? Apa yang membuat penemuan ini sangat menarik adalah perempuan tersebut dikuburkan di samping anak panah yang "secara simbolis laki-laki", menantang persepsi tradisional tentang peran gender.
-
Bagaimana para peneliti menemukan makam wanita bangsawan tersebut? Penelitian yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Archaeological Research in Asia, menganalisis serangkaian tembok panjang dan struktur terkait yang membentang sekitar 4000 km di Mongolia, China utara, dan Rusia yang dibangun antara abad ke-11 dan ke-13.
-
Di mana perempuan Baduy biasanya menenun? Dikutip dari kanal YouTube Pedesaan Baduy, biasanya para perempuan Baduy menenun kain di balai depan rumah masing-masing.
-
Mengapa penemuan makam wanita ini menarik? Apa yang membuat penemuan ini sangat menarik adalah perempuan tersebut dikuburkan di samping anak panah yang "secara simbolis laki-laki", menantang persepsi tradisional tentang peran gender.
Sehari-hari, para perempuan Baduy membuat kain tenun di bale-bale rumah. Mereka menyatukan helai benang di sela-sela aktivitas sehari-hari. Tak ada mesin-mesin modern di sana, karena kain ini dibuat dengan alat tradisional berbahan kayu. Dengan cekatan, tuas di kanan dan kiri alat tenun digerakkan untuk membuat pola menarik. Terdapat satu fakta unik, yakni kain tenun Baduy hanya boleh dibuat oleh kalangan perempuan saja. Simak kisah selengkapnya.
Hasilkan motif unik
Kain tenun Baduy telah lama menjadi identitas dari masyarakat adat setempat. Biasanya kain itu digunakan saat acara tertentu, maupun aktivitas sehari-hari. Terdapat dua jenis kain tenun setempat yang biasa dibuat, yakni bermotif sarung bernama ‘samping’ dan terusan ‘boeh’. Semuanya diperuntukkan baik bagi warga laki-laki, maupun perempuan di sana. Kain tenun Baduy memiliki ciri yang kasar, dengan peruntukannya yang juga untuk ikat kepala (totopong), hiasan dan perabotan rumah (taplak meja). Dalam satu lembar terdapat motif geometris yang membentuk pola kait, spiral, pilin, segitiga, segiempat, bulatan sampai garis lurus.
Makna kain tenun
Untuk warna bermacam-macam, mulai dari terang, gelap, gradasi dan gabungan dari keseluruhannya.
Selama ini kain tenun dipercaya memiliki makna yang kuat terkait hubungan antar sesama makhluk, maupun makhluk dengan penciptanya, Tuhan. Ini juga memberi pesan agar manusia menaruh perhatian terhadap hutan dan alam. Untuk satu lembar kain tenun Baduy, penenun akan membuatnya selama tiga hari. Ukurannya juga bervariasi dengan panjang 2,5 meter, dan lebar 2 meter.
Hanya boleh dibuat oleh perempuan
Mengutip ANTARA, kain tenun Baduy dianggap sakral dan memiliki nilai yang kuat. Masyarakat percaya jika proses pembuatannya hanya boleh dilakukan oleh kalangan perempuan saja. Menenun kain merupakan wadah bagi perempuan Baduy untuk melatih kedisiplinannya, bahkan sejak kecil. Belajar menenun juga sebagai upaya mengenalkan perintah nenek moyang, yang perlu dilestarikan hingga anak cucu. Masyarakat di sana juga percaya jika laki-laki mencoba menenun maka akan berperilaku seperti perempuan.
- Mengenal Tradisi Ujungan di Lebak, Warga "Saling Pukul" untuk Perkuat Persaudaraan
- Motifnya Unik, Ini Keistimewaan Kain Sulam Usus Khas Lampung yang Cantik
- Mengenal Dongkrek, Kesenian Tradisional dari Madiun yang Hampir Punah
- Intip Uniknya Tempat Mandi Warga Baduy, Baknya dari Pohon dan Airnya Dialirkan Lewat Bambu
Memandirikan perempuan
Memproduksi kain tenun juga memandirikan kaum perempuan karena mereka jadi terberdaya, dan mampu mendapatkan penghasilan dari hasil penjualan kain.
Salah satu perajin asal Kampung Kadu Ketug, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, Neng (45) mengaku bisa menghasilkan Rp3 juta per pekan dari kegiatan menenun tiga kain. Hal yang sama juga dirasakan perajin lainnya, Sarnati (40) yang mengaku bisa mendapat Rp1,2 juta dalam sepekan, dari hasil mengerjakan enam potong kain tenun.
Dijual langsung di rumah maupun di media sosial
Sementara itu para perempuan Baduy memanfaatkan berbagai platform penjualan, mulai dari dijual di tempat maupun melalui marketplace. Disampaikan Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Abdul Waseh, penjualan kain tenun juga dilakukan di berbagai pameran offline. "Kami berharap tenun Badui tumbuh dan berkembang sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat," katanya.