Mengenal Tari Tayub Khas Sragen, Tonjolkan Nilai Kebersamaan dalam Budaya Jawa
Melalui gerakan anggun yang berpadu dengan alunan musik gamelan, Tarian Tayub telah menjadi simbol budaya Sragen yang terus dijaga dan diwariskan
Kabupaten Sragen memiliki kekayaan budaya yang sangat unik melalui Tarian Tayub. Tarian ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga wujud dari tradisi leluhur yang penuh makna, mewakili estetika, sejarah, dan spiritualitas masyarakat setempat.
Melalui gerakan anggun yang berpadu dengan alunan musik gamelan, Tarian Tayub telah menjadi simbol budaya Sragen yang terus dijaga dan diwariskan. Upaya pelestarian ini pun mendapat perhatian khusus dalam kegiatan “DJKI Mendengar” yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) di Sragen pada Sabtu, 15 April 2023, dengan dukungan penuh dari pemerintah setempat.
-
Siapa pencipta Tari Jayengrana? Ketika itu penciptanya adalah penari asal Sumedang, Raden Ono Lesmana Kartadikusumah.
-
Apa makna pesan yang disampaikan Tari Jayengrana? Tari ini membawa pesan agar manusia jangan sombong.
-
Apa yang digambarkan oleh Tari Miyang? Mengutip Instagram @tuban_bercerita, tari ini merupakan representasi perilaku istri nelayan ketika suaminya sedang melaut. Kata ‘Miyang’ dalam bahasa Tuban berarti “pergi melaut untuk mencari ikan”. Para nelayan melakukan kegiatan ini pada malam hari, dan pulang pada pagi atau siang hari membawa ikan hasil tangkapan.
-
Apa yang digambarkan oleh Tari Kridhajati? Jika memperhatikan gerakannya, tarian ini menggambarkan proses kinerja kerajinan ukir mulai dari pencarian kayu di hutan, menggambar objek di kayu, menatah, hingga diplitur dengan warna-warni yang memukau.
-
Apa itu Tari Tabut? Tari Tabut merupakan sebuah tari kreasi yang sudah lama eksis di Bengkulu. Kesenian ini diadaptasi dari sebuah upacara ritual agama yang disebut Ritual Tabut.
-
Di mana Tari Sintren dilakukan? Masyarakat Tegal di pesisir pantai utara meminta hujan dengan tradisi tari yang unik.
Lalu apa saja fakta menarik dari tarian ini?
Sejarah dan Makna Tarian Tayub Sragen
Tarian Tayub telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Sragen. Dengan ledhek sebagai penari utama yang mengenakan kostum tradisional Jawa, tarian ini menyampaikan kisah yang penuh nilai sejarah dan sosial. Dalam setiap gerakannya, para ledhek menampilkan perpaduan gerakan lemah gemulai dan dinamis, mengikuti irama musik gamelan.
Elemen musik dalam tarian ini berperan penting. Setiap nada dari gong, kenong, hingga saron bukan hanya menjadi pengiring, melainkan juga membawa penonton pada perjalanan spiritual yang mendalam.
“Tarian Tayub ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mencerminkan nilai kebersamaan dan spiritualitas yang kental dalam budaya Sragen,” ungkap Kepala Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, Yuspahruddin, dikutip dari Sragenkab.go.id
Interaksi dan Makna Sosial dalam Tarian Tayub
Salah satu daya tarik dari Tarian Tayub adalah interaksi khas antara penari dan penonton. Dalam beberapa kesempatan, penonton diajak untuk menari bersama, menciptakan keakraban yang kuat. Tradisi ini menunjukkan pentingnya nilai kebersamaan dalam budaya Jawa yang masih kental di Sragen.
- Mengenal Tingkilan, Ketika Warga Kutai Berbalas Pantun Sambil Bermain Musik Gambus
- Mengenal Gendang Pampat, Musik Tradisional Suku Dayak Iban Sebagai Simbol Rasa Syukur
- Menelusuri Asal-usul Alat Musik Gambus, Pengaruh Budaya Timur Tengah yang Kental Nuansa Islam
- Mengenal Tari Topeng Kemindu, Jejak Akulturasi Jawa di Kesultanan Kutai
Dalam masyarakat Sragen, tarian ini juga memiliki makna spiritual, terutama saat ditampilkan pada upacara adat atau ritual. Di kesempatan tersebut, tarian ini menjadi medium untuk menyampaikan doa dan harapan, memperkuat hubungan manusia dengan alam dan leluhur.
Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Produk Lokal Sragen
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyatakan bahwa kegiatan DJKI Mendengar adalah langkah awal dalam melindungi karya dan produk budaya Sragen, agar tidak diakui pihak lain. Ia mencontohkan polemik terkait Reog Ponorogo yang sempat diklaim oleh negara lain.
"Jangan sampai karya kita diakui orang lain dan menimbulkan polemik. Penting bagi kita untuk memiliki kekayaan intelektual atas karya kita," terangnya.
Ia juga mengusulkan agar beberapa ikon budaya Sragen, seperti Tarian Tayub dan kacang tunggak, didaftarkan secara resmi agar tercatat sebagai produk asli Sragen.
Melalui kegiatan DJKI Mendengar, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) memberikan wawasan kepada masyarakat dan pemangku kepentingan Sragen mengenai pentingnya kekayaan intelektual.
Yuspahruddin menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan mendorong masyarakat Sragen untuk melindungi hasil cipta melalui pendaftaran kekayaan intelektual. "Kemenkumham mendorong masyarakat untuk berkreasi dan berinovasi, karena hal itu memberikan kesejahteraan," ujarnya.
Langkah Lanjutan untuk Melestarikan Tarian Tayub dan Produk Lokal Sragen
Untuk menjaga keberlanjutan Tarian Tayub, Bupati Yuni berkomitmen untuk memperkenalkan seni ini kepada generasi muda melalui pelatihan dan pertunjukan rutin.
“Seni Tayub itu luar biasa. Tanpa Tayub, acara di Sragen rasanya ada yang kurang. Kami akan membina dan mendampingi agar budaya ini tetap lestari,” ujarnya dikutip dari Sragenkab.go.id.
DJKI juga memberikan arahan kepada pelaku UMKM di Sragen agar segera mendaftarkan produk mereka. Sekretaris DJKI, Sucipto, menyebutkan bahwa kekayaan intelektual akan menjadi investasi masa depan yang dapat meningkatkan ekonomi lokal.