Asal-usul Tari Pho Aceh, Diangkat dari Kisah Ibu yang Meratapi Kematian Anaknya
Gerakan-gerakan Tari Pho bervariasi tergantung dari tiap daerah.
Gerakan-gerakan Tari Pho bervariasi tergantung dari tiap daerah.
Asal-usul Tari Pho Aceh, Diangkat dari Kisah Ibu yang Meratapi Kematian Anaknya
Aceh memiliki beragam kesenian tradisional yang berasal dari mitos, legenda, maupun kisah-kisah kehidupan masyarakat di masa lampau. Salah satunya adalah tarian bernama Tari Pho yang berkembang di Aceh bagian Barat dan Selatan.
Melansir dari Institut Seni Budaya Indonesia Aceh, kata 'Pho' berasal dari 'Peubae-po, peubae' yang artinya meratoh atau meuratok yang dalam Bahasa Indonesia berarti meratapi nasib. Hanya saja penyampaiannya dalam bentuk kisah lirih yang mengandung unsur-unsur tragedi. (Foto: budaya-indonesia.org)
-
Apa yang dilakukan oleh nelayan Aceh dalam tradisi Khanduri Laot? Khanduri Laot atau biasa disebut Kenduri Laut merupakan sebuah adat istiadat peninggalan nenek moyang yang dipertahankan oleh para nelayan Aceh.
-
Apa jenis tarian yang menjadi bagian dari budaya tradisional di Lampung? Provinsi Lampung memiliki ragam seni dan budaya yang menarik untuk diulas lebih dalam. Salah satu seni dan budaya dalam bidang tari bernama Tari Selapanan.
-
Apa makna dari tradisi Seumuleung Raja di Aceh Jaya? Mengutip bbg.ac.id, arti Seumuleung Raja artinya menyulang atau menyuapi yang merupakan upacara khusus oleh Sultan Inayat Syah untuk menobatkan anaknya sebagai sultan Kerajaan Daya.
-
Apa yang menjadi salah satu ciri khas budaya di Kecamatan Gegesik, Cirebon? Masyarakat Cirebon mengenal Gegesik sebagai salah satu kecamatan yang terletak di sisi barat kota tersebut. Selain identik dengan kuliner Gayamnya, ternyata wilayah ini juga dikenal sebagai pelestari budaya lokal, salah satu yang unik adalah berburu tikus.
-
Di mana tradisi Meugang dirayakan di Aceh? Tak hanya itu, hampir seluruh daerah Aceh menggelar tradisi tersebut sehingga sudah mengakar dalam masyarakatnya.
-
Mengapa Kuah Beulangong menjadi tradisi di Aceh? Kuah Beulangong bagian dari tradisi. Sejak lama menu Kuah Beulangong sering dimasak untuk peringatan Nuzulul Quran di pertengahan bulan suci Ramadan.
'Pho' sendiri adalah sebutan atau panggilan terhormat dari manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa atau kepada seseorang yang dimuliakan, contohnya seperti raja.
Lantas, bagaimana asal-usul munculnya Tarian Pho khas Aceh Barat dan Selatan? Simak rangkuman informasinya yang dirangkum merdeka.com berikut ini.
Meratapi Kepergian Sang Anak
Tarian Pho diangkat dari sebuah kisah seorang ibu yang meratapi kematian anaknya di Aceh Barat Daya. Anaknya yang bernama Malelang itu pergi untuk selamanya setelah diganjar hukuman mati oleh penguasa atas tuduhan perbuatan zina kepada calon istrinya, Madion.
Alhasil, Malelang bersama tunangannya itu menerima hukum pancung oleh penguasa. Ketika hendak dihukum, sang ibunda Malelang pun datang dan memohon kepada penguasa untuk mengizinkan anaknya menikah dan melaksanakan pesta tujuh hari tujuh malam.
Permintaan sang ibunda tersebut akhirnya mendapat persetujuan dari penguasa. Kemudian, Malelang meminta dibuatkan sambal bungong crot. Malelang dan Madion pun akhirnya melaksanakan pernikahan dan mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam.
Setelah melaksanakan serangkaian pesta, kedua mempelai pun dihukum mati. Sang ibunda pun hanya meratapi kepergian anaknya secara tragis itu sembari menari-nari. Suasana pun berubah menjadi penuh dengan duka dan kesedihan yang mendalam.
Para ibu-ibu kemudian ikut meratap dan melantunkan syair-syair serta ikut menari bersama-sama. Lama kemudian, gerakan dan syairnya membentuk sebuah tarian.
Dibawakan saat Acara Kematian
Tari Pho pada mulanya dibawakan ketika ada acara kematian keluarga bangsawan ataupun keluarga kerajaan. Tari ini sebagai simbol untuk menyampaikan isi hati kepada Tuhan dan meratap kemalangan serta kesedihan yang diiringi rasa tangis.
Masuknya agama Islam ke negeri Aceh lantas mengubah waktu pelaksanaan dari Tari Pho. Kesenian ini ditampilkan sebagai kesenian rakyat dalam rangkaian upacara-upacara adat.
Pelaksanaan Tari Pho
Mengutip dari beberapa sumber, Tari Pho dibawakan oleh perempuan berjumlah genap, mulai dari 8 sampai 12 orang. Kemudian, pelaksanaannya turut diiringi dengan syair-syair yang dilantunkan oleh seorang cahi.
Gerakan-gerakan Tari Pho bervariasi tergantung dari tiap daerah. Di Aceh Barat Daya, gerakannya diawali dengan 'gerak meuratoh', yakni ratapan seorang ibu kepada anaknya. Sementara itu, di Aceh Barat, Tari Pho dimulai dengan gerak saleum atau memberikan salam hormat kepada tamu.
Pertunjukan Tari Pho ini menggunakan pakaian tradisional Aceh dengan kostum baju berwarna kuning, celana panjang hitam, kain pinggang berwarna merah atau hijau tua serta membawa selendang dengang warna yang serupa.