Mengenang Peristiwa Cumbok, Pertikaian Ulama dan Uleebalang di Pidie Tahun 1946
Sebuah peristiwa konflik sosial yang melibatkan golongan ulama yang tergabung dalam PUSA dengan Uleebalang yang mempengaruhi revolusi Aceh.
Perang Cumbok atau yang dikenal dengan Peristiwa Cumbok ini merupakan bagian dari konflik sosial antara golongan ulama yang tergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) dengan Uleebalang yang dibawah kepemimpinan Teuku Muhammad Daud Cumbok.
Dikutip dari situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, Cumbok merupakan sebuah wilayah yang berubah menjadi kecamatan termasuk dalam kewedanan atau onderafdeeling Lam Meulo yang tergabung dalam Kabupaten Pidie.
-
Bagaimana sejarah Lembah Anai terbentuk? Konon, dulunya air terjun ini menjadi saksi bisu pergerakan rakyat Minang dalam melawan penjajahan. Pada masa kolonial, masyarakat setempat dipaksa untuk menjadi pekerja membangun jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara Kota Padang dan Padang Panjang via Lembah Anai.Masyarakat Minang yang bekerja dalam proyek pembangunan jalan tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh, bahkan bisa berhari-hari dari tempat mereka tinggal menuju lokasi pembangunan jalan.
-
Kapan cengkih menjadi komoditas unggulan di Aceh? Komoditas cengkih pernah berjaya dan menjadi komoditas unggulan di Aceh pada era 1980-an.
-
Bagaimana sejarah Waduk Sempor? Waduk Sempor diresmikan pada 1 Maret 1978 yang ditandai dengan adanya prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto. Semula, waduk ini difungsikan sebagai sumber pengairan bagi sejumlah kompleks persawahan di sekitarnya. Namun lambat laun waduk itu menjadi destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
-
Apa yang dilakukan Syekh Nurjati di Cirebon? Di Cirebon, keduanya sepakat mulai mengajarkan ilmu Agama Islam yang saat itu masih banyak yang belum mengenalnya.
-
Bagaimana Syekh Nurjati menyebarkan agama Islam di Cirebon? Mereka diterima baik oleh penguasa setempat bernama Ki Gendeng Tapa pada tahun 1420, dan diberikan izin untuk mendirikan permukiman di Pesambangan, Giri Amparan Jati (bukit kawasan Gunung Jati). Di sana ia bersama rombongan mulai giat berdakwah, dan mengenalkan Agam Islam secara baik, perlahan dan bijaksana.
-
Apa arti kata "Peusijuek" dalam bahasa Aceh? Terminologi Peusijuek Kata Peusijuek atau artinya mendinginkan ini berasal dari kata 'Sijue' yang berarti dingin. Kata dingin sendiri menggambarkan sebuah kebahagiaan, ketentraman, kedamaian.
Pada saat pemerintahan Hindia Belanda, Kecamatan Cumbok dinamakan dengan Landschap van Cumbok, sedangkan kepala daerahnya disebut Zelbestuurder van Cumbok. Dalam bahasa daerah Aceh disebut dengan Uleebalang Cumbok.
Dari peristiwa ini, jalan revolusi kemerdekaan di Aceh sendiri berada di bawah satu kendali yaitu di bawah komando para pemimpin PUSA. Seperti apa sejarah dari Peristiwa Cumbok ini? Simak rangkuman informasinya yang dihimpun merdeka.com dari berbagai sumber berikut.
Latar Belakang Peristiwa Cumbok
Dikutip dari situs esi.kemdikbud.go.id, Peristiwa Cumbok dilatarbelakangi oleh faktor historis antara kedua kelompok yang mempengaruhi interpretasi terhadap situasi di Aceh pasca kekalahan Jepang terhadap Sekutu di Perang Asia Timur Raya. Pesan kekalahan Jepang yang diterima secara tiba-tiba mengakibatkan para pemimpin Aceh mengambil sikap berdasarkan interpretasi sendiri-sendiri.
Sebelum meledaknya Peristiwa Cumbok, terdapat dua belah pihak yang memiliki pandangan masing-masing. Ada yang merasa sangat khawatir apabila Jepang kalah dan Belanda akan kembali ke Aceh, dari sisi Uleebalang ada juga yang menyambut baik kekalahan Jepang dan berharap kedatangan Belanda kembali.
Dengan alasan inilah banyak dari pihak Uleebalang yang tidak tertarik dengan berita Proklamasi. Saat memperoleh kabar Belanda telah kembali ke Aceh, sebagian besar dari mereka langsung membentuk Comite van Ontvangst atau Panitia Penyambutan.
- Persatuan Ulama Seluruh Aceh, Organisasi Pergerakan Nasional Terbesar di Tanah Rencong
- Mengenang Tragedi Rumoh Geudong, Tindak Pelanggaran HAM Berat Masa Konflik Aceh
- Pengungsi Rohingya Banyak Anak-Anak, Ulama Desak Pemda Aceh Beri Tempat Layak
- Ulama di Aceh Mengaku Berdarah-darah Dukung Jokowi, Minta Kasus Rohingya Diselesaikan
Pecahnya Perang Cumbok
Setelah proklamasi dikumandangkan, seluruh rakyat dan pemuda Aceh banyak yang bergembira dan menyambut dengan sukacita. Namun, bagi segelintir kelompok Uleebalang ini masih meragukan dan mencemooh momen kemerdekaan tersebut.
Bagi para kaum ulama, hal ini tidak dapat ditoleransi lagi serta menambah keyakinan bahwa kaum Uleebalang itu benar-benar bermaksud untuk mengembalikan kekuasaan Belanda ke Aceh. Atas dugaan tersebut, para ulama pun tidak segan-segan untuk melancarkan serangan kepada kaum Uleebalang.
Konflik kedua belah pihak pun pecah di wilayah Pidie sejak awal bulan Desember 1945. Konflik yang berlangsung sampai pertengahan Januari 1946 ini dimenangkan oleh kelompok PUSA yang didukung langsung oleh milisi rakyat dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Pertikaian ini sempat terjadi lagi pada tanggal 12 Januari 1946 dengan melakukan serangan umum ke Kota Lam Meulo yang menjadi benteng pertahanan Cumbok yang paling kuat. Perang ini pun pecah dan menyebabkan korban jiwa dan harta benda yang rusak.
Percepat Revolusi Sosial
Perang Cumbok ini juga berdampak langsung terhadap percepatan revolusi sosial yang digerakkan oleh Ketua Pemuda PUSA, Tgk. Amir Husin Al Mujahid bersama dengan wadah militer bentukannya yang bernama Tentara Perjuangan Rakyat (TPR).
Dengan berakhirnya kekuasaan Uleebalang di Aceh menyebabkan kuatnya pengaruh kelompok PUSA. Kondisi ini mengubah jalannya revolusi kemerdekaan Indonesia, sejak ini lah jalan revolusi di Aceh menjadi satu arah, dan sepenuhnya berada di bawah kendali PUSA yang dipimpin oleh Tgk. M. Daud Beureueh.