Menilik Sejarah Masjid Kiai Muara Ogan, Berdiri di Pertemuan Sungai Musi dan Sungai Ogan Sejak Tahun 1871
Masjid ini memiliki kesamaan dengan Masjid Agung Palembang pada segi arsitektur.
Masjid ini memiliki kesamaan dengan Masjid Agung Palembang pada segi arsitektur.
Menilik Sejarah Masjid Kiai Muara Ogan, Berdiri di Pertemuan Sungai Musi dan Sungai Ogan Sejak Tahun 1871
Kota Palembang tidak hanya terkenal dengan sajian pempek atau ragam kuliner atau pariwisatanya saja, melainkan nilai-nilai sejarah yang ada juga tidak kalah menarik.
Salah satu peninggalan masa Islam yang sudah berusia ratusan tahun yaitu Masjid Kiai Muara Ogan yang berada di Kampung Kertapati, Kodya Palembang, Sumatra Selatan, atau sejauh 3 km sebelah barat pusat kota Palembang. (Foto: kiaimuaraogan.com)
-
Kapan Masjid Cheng Ho di Palembang diresmikan? Masjid ini berdiri di atas tanah hibah dari Pemerintah Daerah dan baru diresmikan pada tahun 2006 silam.
-
Kapan Masjid Raya Sumatra Barat diresmikan? Awal pembangunan masjid ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 silam.
-
Kenapa Masjid Nurul Islam Tuo Kayu Jao penting bagi sejarah Islam di Sumatra Barat? Masjid tertua di Sumatra Barat ini menjadi peninggalan dari penyebaran dan peradaban agama Islam.
-
Kapan Masjid Agung Sungailiat dibangun? Destinasi yang kedua ada Masjid Agung yang sudah berdiri sejak tahun 1983 silam. Alamat masjid ini berada di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka Belitung, bangunan ini tepat berhadapan dengan Hutan Kot Sungailiat.
-
Di mana Masjid Agung Palembang terletak? Masjid Agung ini merupakan bagian dari peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I atau biasa dikenal dengan Jayo Wikramo.
-
Kapan Masjid Pejlagrahan dibangun? Jika ditelusuri tahun pembuatannya, masjid ini konon dibangun di abad ke-15 silam. Bisa dikatakan bahwa bangunan ini menjadi tempat beribadah umat muslim pertama di Cirebon.
Dilansir dari beberapa sumber, masjid ini didirikan oleh seorang kiai bernama Ki Marogan atau Kiai Marogan atau Kiai Muara Ogan. Selain menyebarkan ajaran-ajaran Islam di Palembang khususnya di Sungai Musi, ia juga merupakan pengusaha yang sukses di zamannya.
Ia hidup dan tinggal di tepi Sungai Musi di Muara Sungai Ogan. Dari sinilah, penyebutan Muara Ogan berubah menjadi Marogan aatau Merogan sehingga dikenal dengan Kiai Marogan.
Awalnya Tempat Belajar
Dilansir dari situs kiaimuaraogan.com, masjid ini berdiri sekitar tahun 1871 Masehi. Awalnya, masjid ini digunakan sebagai tempat salat, belajar mengaji dan agama bagi para keluarga dan masyarakat sekitar Kampung Karang.
Seiring berjalannya waktu, Kiai Marogan memiliki banyak murid. Masjid tersebut kemudian diwakafkan bersamaan dengan masjid Lawang Kidul 5 Ilir Palembang.
Semakin banyaknya jumlah anggota jemaah dan pengikut Kiai Marogan, akhirnya masjid ini berubah fungsi menjadi tempat salat jumat atau Masjid Jami'.
Sempat Akan Digusur
Sejak berdirinya masjid ini, beberapa kali pernah menjadi percobaan penggusuran karena letaknya yang strategis antara Sungai Musi dan juga Sungai Ogan. Salah satunya ketika perusahaan kereta Belanda Zuit Spoor Sumatera (ZSS) melakukan ekspansi.
ZSS merencanakan ekspansi stasiun kereta api hingga ke wilayah masjid. Alhasil, beberapa areal tanah milik Kiai Muara Ogan terpaksa harus diambil dan tergusur. Kini hanya seluas 1.586 meter saja yang tersisa.
Di kompleks masjid ini terdapat tiga unit sekolah, makam Kiai Muara Ogan dan beberapa zuriat Kiai Muara Ogan. Di masa pemerintahan Jepang, tanah di sekitar kompleks masjid pernah digunakan untuk pengembangan batubara lalu diangkut menggunakan kapal besar.
Seiring berjalannya waktu, tanah yang dikeruk terus menerus mengakibatkan kompleks masjid mengalami erosi, sehingga tanah tersebut hanya tersisa 2 meter saja
- Menilik Masjid Tuo Ampang Gadang, Saksi Bisu Perkembangan Agama Islam Hingga Perjuangan Imam Bonjol
- Sejarah Masjid Al-Mahmudiyah Suro, Masjid Tertua di Palembang yang Punya Tradisi Unik
- Menguak Sisi Lain Masjid Agung Sumenep, Tak Boleh Dipugar dengan Alasan Modernisasi
- Menengok Sejarah Masjid Agung Palembang, Warisan Peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam Abad 18
Membentuk Yayasan
Pasca tanah tergusur oleh pendudukan Jepang, pada tahun 1969 dibentuklah sebuah yayasan bernama Yayasan Masjid Kiai Muara Ogan. Pengurus yayasan pun meminta bantuan pemerintah pusat untuk mengatasi tanah longsor di sekitar kompleks.
Tahun 1980, akhirnya Presiden Soeharto memberi bantuan berupa dana sebesar Rp10 juta yang diberikan secara bertahap. Tahun 1950, masjid ini sempat direnovasi pada bagian Mustaka atau Limas teratar yang berbentuk segi empat yang diganti dengan kubah berbentuk bulat terbuat dari seng.
Tahun 1989, masjid ini direnovasi besar-besaran, meninggikan bagian plafon, kubah bulat terbuat dari seng diganti dengan mustaka limas seperti semula dan beberapa bagian bangunan lainnya. (Foto: duniamasjid.islamic-center.or.id)