Tari Likok Pulo, Satu-Satunya Tari Tradisional dari Pulo Aceh Bernuansa Islam
Tari Likok Pulo menjadi tari tradisional satu-satunya yang dimiliki masyarakat Pulo Aceh.
Tari Likok Pulo menjadi tari tradisional satu-satunya yang dimiliki masyarakat Pulo Aceh.
Tari Likok Pulo, Satu-Satunya Tari Tradisional dari Pulo Aceh Bernuansa Islam
Dikenalkan Oleh Ulama
Mengutip kebudayaan.kemdikbud.go.id, asal usul Tari Likok Pulo pertama kali diperkenalkan oleh seorang ulama bernama Syeikh Ahmad Badron dari Arab yang terdampar di daerah Pulo Aceh. Hal ini bermula saat Syeikh Ahmad Badron melihat kepandaian masyarakat setempat dalam mempermainkan rapai. Saat kondisi itulah, ia memanfaatkan momen untuk berdakwah dan akhirnya setelah berulang kali menyaksikan rapai maka lahirlah Tari Likok.
-
Apa makna dari tradisi Seumuleung Raja di Aceh Jaya? Mengutip bbg.ac.id, arti Seumuleung Raja artinya menyulang atau menyuapi yang merupakan upacara khusus oleh Sultan Inayat Syah untuk menobatkan anaknya sebagai sultan Kerajaan Daya.
-
Mengapa Tradisi Panah Kasumedangan menjadi budaya penting di Sumedang? “Ini mulanya berawal dari raja pertama yakni Prabu Geusan Ulun yang membawa Panah Kasumedangan,” kata Ketua Wadah Endong Panah Kasumedangan Bayu Gustia Nugraha, menguntip YouTube Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX.
-
Di mana tradisi Meugang dirayakan di Aceh? Tak hanya itu, hampir seluruh daerah Aceh menggelar tradisi tersebut sehingga sudah mengakar dalam masyarakatnya.
-
Apa yang dilakukan di Aceh saat Meugang? Mereka pastinya tidak ketinggalan untuk melaksanakan Meugang bersama keluarga, kerabat, bahkan yatim piatu. Tak hanya itu, hampir seluruh daerah Aceh menggelar tradisi tersebut sehingga sudah mengakar dalam masyarakatnya.
-
Kapan Pasar Tradisional Selo buka? Walaupun setingkat kecamatan, namun pasar itu tidak memiliki bangunan megah. Di pasar itu banyak ditemui para pedagang yang menjual buah-buahan. Biasanya pasar itu buka pada setiap hari pasaran Wage dan Legi.Walaupun hanya buka dua kali dalam lima hari, namun saat buka suasana pasar tidaklah terlalu ramai.
-
Jalur tradisional mana yang dilalui Sultan HB II ketika dibawa ke Semarang? Catatan perjalanan itu, rombongan tersebut berjalan dari Benteng Vredeburg menuju arah timur dan bermalam di Klaten. Keesokan harinya setelah Subuh, rombongan melanjutkan perjalanan menuju utara ke arah Boyolali. Di Boyolali rombongan menginap satu malam. Keesokan harinya rombongan melanjutkan perjalanan menuju ke Salatiga dan menginap dua malam di sana. Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan menuju Ungaran dan bermalam satu malam. Lalu kemudian berjalan dan sampai di Semarang keesokan harinya.
Mengutip acehbesarkab.go.id, Tarian Likok Pulo bertujuan untuk menyiarkan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat di Pulo Aceh. Hal ini disebabkan daerah tersebut memiliki sifat negatif.
Berkat Syeikh Ahmad Badron masyarakat Pulo Aceh khususnya kaum muda untuk bermain tarian tersebut karena setiap penampilannya penuh dengan syair-syair Islam dan cara tersebut berhasil dilakukan.
Penampilan Tari Likok Pulo
Setiap penampilan Tari Likok Pulo bisa dilakukan tanpa bertanding. Penyajian tanpa tanding diadakan sebagai salah satu unsur hiburan pada saat upacara pernikahan, penyambutan tamu, dan acara formal lainnya.
Sementara itu, tarian yang ditandingkan ditampilkan oleh empat kelompok yang masing-masing mewakili satu kampung.
Setiap gerakan Boh Likok biasanya penari menggunakan atribut berbentuk bulat yang dapat diketuk-ketukan pada lantai maupun dada penari.
Simbol Kearifan Lokal
Tari Likok Pulo tak hanya sebagai tarian tradisional atau tarian hiburan saja. Namun, di baliknya terdapat makna kearifan lokal dan menjadi sebuah simbol yang mendalam.
Tari Likok Pulo ini memiliki simbol keagamaan, gotong royong, kebersamaan, dan kesadaran hidup bermasyarakat.
Tak hanya menjadi media dakwah, tarian ini juga sebagai media pendidikan, seperti pendidikan karakter dan media komunikasi.
Berubah Seiring Berjalannya Waktu
Saat ini, Tari Likok Pulo masih terus eksis di daerahnya karena masih sering ditampilkan pada acara-acara tertentu. Namun sayang, tarian ini seiring berjalannya waktu mengalami perubahan. Perubahan yang mendasar dari Tari Likok Pulo tersebut adalah penggunaan atribut Boh Likok yang sudah tidak lagi digunakan. Selain itu, terdapat gerakan-gerakan variasi yang muncul.