Ilmuwan sebut Punya Jurus “Jinakan” Tanah di Bulan yang Tak Ramah Manusia, Begini Caranya
Partikel tanah di Bulan begitu membahayakan manusia. Ada kasus nyata yang terjadi.
Partikel tanah di Bulan begitu membahayakan manusia. Ada kasus nyata yang terjadi.
Ilmuwan sebut Punya Jurus “Jinakan” Tanah di Bulan yang Tak Ramah Manusia, Begini Caranya
Penelitian baru ungkap cara ubah tanah Bulan menjadi tempat yang lebih ramah manusia.
Penelitian ini dipimpin oleh Ginés-Palomares, Miranda Fateri, dan Jens Günster.
Ketiganya memikirkan cara bagaimana menghasilkan permukaan yang aman dan nyaman untuk para astronot bekerja ketika berada di permukaan Bulan.
-
Dimana lokasi penemuan gua bawah tanah di Bulan? Gua ini terletak di Sea of Tranquility, 400km dari lokasi pendaratan Apollo 11, seperti dilansir Al Jazeera.
-
Di mana es di Bulan terbentuk? Ketika Bulan berada di luar ekor magnet, permukaan Bulan terkena angin surya. “Di dalam ekor magnet, hampir tidak ada proton angin surya dan pembentukan air diharapkan turun hampir menjadi nol,” ungkap dia.
-
Di mana lokasi Pulau Burung? Lokasinya terletak persis di Mayangan, Legonkulon, utara Kabupaten Subang, dengan latar hutan Mangrove yang teduh.
-
Bagaimana cara membeli tanah di Bulan? Mengutip DNA India, Salah satu cara untuk membeli tanah di bulan dapat dilakukan melalui website yang beralamat The Lunar Registry atau www.lunarregistry.com. Seseorang dapat mengunjungi situs resmi mereka dan memilih wilayah di mana mereka ingin membeli tanah. Ini berisi beberapa wilayah seperti Laut Ketenangan dan Danau Impian.
-
Dimana lokasi Pantai Buyutan? Pantai Buyutan terletak di Desa Widoro, Kecamatan Donorojo, Pacitan.
-
Mengapa menanam di Bulan dianggap penting? Pertanian di Bulan dapat menjadi bebas hama dan gulma, juga penggunaan pestisida yang dapat merusak lingkungan.
Menurut laporan IFLScience, Senin (23/10), tanah Bulan atau sering juga disebut sebagai regolith, merupakan tempat yang tidak ramah manusia.
Kumpulan partikel berdebu yang tajam, abrasif, dan beracun mungkin berada di sana. Kumpulan partikel ini bisa saja menempel pada pakaian antariksa dan merusak peralatan milik astronot.
Bahkan, salah satu astronot dari misi Apollo mengalami reaksi alergi terhadap kumpulan partikel ini.
Reaksi alergi ini kemudian disebut sebagai demam lunar.
Karena itulah, perlu ditemukan cara untuk menjadikan regolith Bulan menjadi suatu partikel yang lebih aman dan kokoh.
Para peneliti mencoba menggunakan karbon dioksida untuk melelehkan regolith ini.
Simulasi
Percobaan ini dilakukan dalam sebuah simulasi yang dibuat oleh Badan Antariksa Eropa (ESA). Tanah yang dipakai juga bukan tanah Bulan sungguhan. Ada beberapa perbedaan signifikan dari penelitian ini dan penelitian sebelumnya.
Diketahui, dalam penelitian ini digunakan pemanfaatan pancaran energi yang memiliki diameter maksimum 10 centimeter.
Keluaran dayanya adalah maksimum 12 kW, dan tidak digunakan dalam penelitian sebelumnya. Hasilnya, diketahui bahwa satu kali lintasan laser sudah cukup untuk menciptakan lempengan tebal dari regolith.
“Penelitian menunjukkan bahwa lapisan regolith Bulan yang relatif tebal (sekitar 2,5 centimeter) dapat dilebur dengan satu lintasan sinar,”
para peneliti.
Para peneliti mempertimbangkan apakah hal ini dibutuhkan dalam waktu cepat di Bulan, karena penelitian ini jelas membutuhkan lebih banyak percobaan lagi. Hingga saat ini, disimpulkan cara paling simple untuk melakukan penelitian ini di Bulan adalah dengan menggunakan lensa yang memanfaatkan sinar Matahari, bukan laser.
Caranya mirip dengan membakar atau meleburkan suatu objek dengan bantuan kaca pembesar dan cahaya Matahari.
Cara yang sama diperkirakan dapat meleburkan regolith Bulan, dengan lensa seluas 2,37 meter persegi.
Radiusnya adalah 87 centimeter (jika berbentuk lingkaran).
Penggunaan lensa juga membuat keuntungan, baik dari segi kebutuhan energi, pendinginan, dan infrastrukturnya.