Ilmuwan Temukan Bukti Baru Ampas Kopi Bisa Perkuat Beton Hingga 30 Persen
Penelitian Australia menemukan beton 30% lebih kuat dengan menambahkan ampas kopi yang diolah, mengatasi limbah organik dan menjaga sumber daya alam.
Para peneliti di Australia menemukan cara inovatif untuk membuat beton 30 persen lebih kuat dengan menambahkan ampas kopi yang diolah. Penemuan ini bisa menjadi solusi bagi dua masalah lingkungan sekaligus: limbah organik dan kelangkaan sumber daya konstruksi.
Setiap tahun, dunia menghasilkan sekitar 10 miliar kilogram limbah kopi, yang sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah. Limbah ini mengeluarkan gas rumah kaca seperti metana dan karbon dioksida yang mempercepat perubahan iklim.
-
Di mana desain bangku beton ala kafe bisa diterapkan? Kamu bisa membuat bangku panjang berbentuk L di sudut rumahmu dengan bentuk kursi sambung biasa.Kemudian, lengkapi desain bangku taman beton ini dengan bantal duduk sesuai selera. Kamu dapat mewarnai atau membiarkannya warna abu-abu khas beton untuk menciptakan nuansa industrial.
-
Kapan kopi robusta ditemukan? Kopi arabika menjadi jenis kopi yang pertama kali dikonsumsi, sementara kopi robusta ditemukan sekitar 100 tahun setelahnya.
-
Di mana letak Kampoeng Kopi Banaran? Ini adalah destinasi wisata yang populer di Semarang, tepatnya berlokasi di Jl. Raya Bawen - Solo KM 1,5 Bawen, Gentong, Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.
-
Di mana Kedai Kopi Berbagi berlokasi? Kedai Kopi Berbagi yang berlokasi di Margahayu, Jalan Mars Utara III, Kota Bandung ini begitu menginspirasi.
-
Apa itu pantun kopi lucu? Pantun bisa diangkat dari banyak tema, salah satunya adalah pantun tema kopi. Kopi telah menjadi minuman yang tidak hanya menghangatkan tubuh, tetapi juga menjadi bagian penting dari budaya dan kehidupan sehari-hari banyak orang. Namun, di balik kenikmatan secangkir kopi, terdapat keunikan dan keceriaan yang dapat diungkapkan melalui pantun kopi lucu.
-
Kapan Desa Sambak mulai menanam kopi Potorono? Bermula di awal 2008, Dahlan melakukan sosialisasi budi daya kopi. Dengan memanfaatkan lahan di samping rumahnya, ia mengelola kopi dengan baik dan beberapa tahun kemudian kopi yang ia tanam ternyata dapat berbuah dengan baik.“Dulunya di kawasan Desa Sambak ini tidak ada tumbuhan kopi tumbuh. Pada tahun 2007-2008 saat saya menjabat sebagai kepala Desa Sambak, saya meminta dinas untuk melakukan sosialisasi tentang penanaman kopi,” cerita Dahlan saat ditemui merdeka.com pada Minggu (10/3).
"Pengelolaan limbah organik merupakan tantangan besar karena emisi gas rumah kaca," ujar Rajeev Roychand, insinyur dari RMIT University dikutip dari ScienceAlert, Rabu (11/9).
Di sisi lain, permintaan beton terus meningkat, memicu eksploitasi sumber daya alam seperti pasir. Jie Li, insinyur RMIT lainnya, menjelaskan, "Ekstraksi pasir alami dari dasar dan tepi sungai untuk memenuhi permintaan industri konstruksi berdampak besar pada lingkungan."
Dengan pendekatan ekonomi sirkular, limbah organik bisa dimanfaatkan dan sumber daya alam seperti pasir bisa dilestarikan.Namun, ampas kopi tidak bisa langsung ditambahkan ke beton karena mengandung bahan kimia yang melemahkan kekuatan beton.
Untuk mengatasi masalah ini, tim peneliti memanaskan ampas kopi hingga lebih dari 350 °C tanpa oksigen dalam proses yang disebut pirolisis. Proses ini menghasilkan biochar yang kaya karbon dan dapat membentuk ikatan kuat dengan matriks semen.
Tim peneliti juga mencoba memanaskan ampas kopi hingga 500 °C, namun biochar yang dihasilkan tidak sekuat hasil pirolisis pada suhu lebih rendah. Meski demikian, mereka masih harus menguji ketahanan jangka panjang dari beton hibrida ini, termasuk ketahanannya terhadap siklus beku/cair, penyerapan air, dan abrasi.
- Ternyata Minum Kopi Bisa Turunkan Risiko Kematian karena Kurang Gerak, Simak Penjelasan Ilmiahnya
- Mahasiswa UNY Sulap Limbah Kopi Jadi Lulur Alami, Ini Fakta Menariknya
- Tak Hanya Buat Mata Melek, Berikut Sejumlah Manfaat Kesehatan Kopi untuk Pencernaan
- Menurut Penelitian, Ini 4 Manfaat Minum Kopi Sebelum Berolahraga di Pagi Hari
Selain itu, tim peneliti bekerja untuk menciptakan biochar dari limbah organik lainnya, termasuk kayu, limbah makanan, dan limbah pertanian.
"Penelitian kami masih pada tahap awal, namun temuan ini menawarkan cara inovatif untuk mengurangi jumlah limbah organik yang berakhir di tempat pembuangan," kata Shannon Kilmartin-Lynch, insinyur RMIT.
Kilmartin-Lynch menambahkan, "Dari perspektif budaya Adat, penelitian ini terinspirasi oleh prinsip 'Caring for Country', yaitu memastikan siklus hidup material yang berkelanjutan dan mengurangi limbah yang masuk ke tempat pembuangan untuk meminimalkan dampak lingkungan."