Manusia Ternyata Suka Dengarkan Lagu Sedih, Ilmuwan Jelaskan Alasannya
Ada penyebab mengapa manusia menyukai lagu sedih. Begini penjelasannya.
Ada penyebab mengapa manusia menyukai lagu sedih. Begini penjelasannya.
Manusia Ternyata Suka Dengarkan Lagu Sedih, Ilmuwan Jelaskan Alasannya
Penelitian sebelumnya mengungkap bahwa musik sedih dapat memicu emosi positif, seperti empati atau apresiasi seni.
Namun, sebuah studi baru menemukan bahwa kita mungkin menikmati kesedihan yang disebabkan oleh musik tersebut.
“Saya kira bagian dari menjadi manusia adalah kita tidak bisa menerima gagasan bahwa ada sesuatu yang anehnya menyenangkan dalam emosi negatif,” kata Emery Schubert dari Universitas New South Wales di Australia.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang ular dan suara? Dalam sebuah penelitian terbaru yang dilaporkan Scientific American, Senin (24/7), bisa disimpulkan bahwa ular menggunakan pendengarannya untuk menginterpretasikan dunia terhadap suara di udara.
-
Kenapa orang sedih suka mendengarkan lagu mellow? Dilansir dari Medical Daily, sebuah penelitian yang menyatakan jika mendengarkan lagu sedih atau menonton film ber-genre menyayat hati bakal menawarkan perasaan emosional persis dengan seseorang yang patah hati.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang pengaruh musik pada kecerdasan anak? Sebuah penelitian menarik yang dilakukan oleh University of Amsterdam dan diterbitkan dalam Journal of Frontiers in Neuroscience menunjukkan hasil yang signifikan.
-
Mengapa para ilmuwan begitu tertarik untuk merekonstruksi suara mumi Nesyamun? Tujuan utama adalah membangun kembali sistem vokal mumi tersebut.
-
Siapa saja yang suka membaca kata-kata lucu? Orang lebih senang ketika membaca kata-kata lucu sekaligus membayangkan adegan yang benar-benar terjadi di otaknya.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan tentang suara paus? Para ilmuwan telah mengungkap rahasia di balik nyanyian kompleks dan menghantui yang dilantunkan paus terbesar di laut. Paus bungkuk dan spesies paus balin lainnya ternyata memiliki "kotak suara" khusus yang memungkinkan mereka bernyanyi di dalam air.
Dilansir dari Indy100 & New Scientist, Senin (10/6), Schubert mengajak 50 orang, kebanyakan mahasiswa musik untuk memikirkan lagu-lagu sedih yang mereka sukai, dari Beethoven hingga Taylor Swift.
Mereka kemudian menjawab kuesioner online tentang emosi yang mereka rasakan saat mendengarkan musik tersebut.
Para peserta diminta membayangkan jika kesedihan dalam musik pilihan mereka dihilangkan.
Hasilnya, sebagian besar peserta mengatakan bahwa tanpa kesedihan, mereka akan kurang menghargai musik tersebut, dengan 82 persen melaporkan bahwa kesedihan menambah kenikmatan mereka.
Dalam eksperimen lain, Schubert meminta 53 orang lainnya untuk mengidentifikasi musik yang mereka sukai dan dianggap "mengharukan".
Mereka juga melaporkan perasaan sedih saat mendengarkan lagu-lagu tersebut, meski tetap menikmatinya.
Schubert menyimpulkan bahwa ada kemungkinan peserta menggabungkan emosi sedih dan terharu, sehingga mengalami hubungan langsung antara kesedihan dan kesenangan.
Mereka mungkin menggunakan kata "sedih" dan "mengharukan" untuk menggambarkan perasaan yang sama atau terkait erat.
Namun, Jonna Vuoskoski dari Universitas Oslo, Norwegia, berpendapat bahwa kesedihan yang diungkapkan artis dapat memicu perasaan terharu jika pendengarnya merasakan empati.
Lirik lagu sedih juga bisa membantu pendengar merasa tidak sendirian dan mencegah mereka memendam emosi.
Vuoskoski juga meragukan apakah peserta benar-benar bisa membayangkan menghilangkan kesedihan dari sebuah lagu tanpa menghilangkan perasaan terharu.
Hal ini menjelaskan mengapa mereka kurang menikmati musik tersebut.
Tuomas Eerola dari Universitas Durham, Inggris, skeptis bahwa orang bisa “menghilangkan” kesedihan dari lagu yang umumnya dianggap sedih.
“Penelitian ini bergantung pada asumsi bahwa pendengar bisa membedah penyebab emosional mereka terkait musik yang mereka sukai,” kata Eerola yang terkadang bekerja sama dengan Schubert namun tidak terlibat dalam penelitian ini.