Mars Dulunya Punya Atmosfer seperti Bumi, tapi Tiba-tiba Menghilang secara Misterius
Ilmuwan mencoba menelisik kembali keabsahan planet Mars yang konon punya atmosfer miliaran tahun lalu.
Ketika Mars kehilangan atmosfernya miliaran tahun lalu, ia berubah dari sebuah planet yang dapat mendukung kehidupan menjadi dunia gurun yang dingin. Namun, apa yang sebenarnya terjadi pada udara tebal yang pernah mengelilingi planet merah tersebut telah membingungkan para ilmuwan selama beberapa dekade.
Dikutip dari Independent, Jumat (27/9), para peneliti dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Amerika Serikat meyakini jawabannya mungkin “tersembunyi di tempat yang terlihat jelas,” yaitu di dalam tanah liat kaya zat besi di planet itu.
-
Apa yang membuat ilmuwan kebingungan tentang Planet Mars? Para ilmuwan telah mengungkapkan bahwa Mars berputar lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
-
Apa yang ditemukan di Planet Mars yang membuat para ilmuwan terkejut? Batuan misterius berbentuk aneh ini mengejutkan para ilmuwan. Memaksa mereka untuk mempelajarinya lebih lanjut.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan mengenai kehidupan di Planet Mars? Asal usul kehidupan yang mengejutkan tentang permukaan planet Mars ditemukan para ilmuwan.
-
Kenapa para ilmuwan meneliti puting beliung di Mars? Para ilmuwan melakukan penelitian terhadap fenomena ini untuk lebih memahami atmosfer Mars dan meningkatkan model cuaca yang ada.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di Mars yang mirip dengan Bumi? Lumpur kering ini ketika diamati ternyata mirip dengan lumpur kering yang ada di Bumi.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di bawah laut purba dan gunung terbesar di Mars? Ilmuwan menemukan banyak struktur misterius tersembunyi di bawah laut purba dan gunung terbesar di planet Mars. Salah satu struktur ini berbentuk seperti anjing.
Mereka mengusulkan bahwa sebagian besar atmosfer Mars yang hilang diserap oleh kerak planet sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu. Hal ini menimbulkan harapan bahwa suatu hari, metana yang tersimpan di tanah liat Mars dapat dipulihkan dan digunakan sebagai bahan bakar dalam misi masa depan antara Mars dan Bumi.
“Metana ini mungkin masih ada dan bahkan dapat digunakan sebagai sumber energi di Mars di masa mendatang,” kata Oliver Jagoutz, profesor geologi di Departemen Ilmu Bumi, Atmosfer, dan Planet (EAPS) MIT.
Diperkirakan Mars pernah memiliki atmosfer tebal, air cair, dan medan magnet yang kuat, kondisi yang memungkinkan kehidupan berkembang seperti Bumi. Peneliti berpendapat bahwa seiring waktu, air di permukaan Mars menetes ke bawah melalui bebatuan, memicu reaksi berantai lambat yang menarik karbon dioksida (CO2) dari atmosfer dan mengubahnya menjadi metana, salah satu karbon.
Para peneliti menjelaskan bahwa air pertama-tama akan bereaksi dengan mineral kaya zat besi yang dikenal sebagai olivin, yang melimpah di Mars, untuk menghasilkan oksida besi, yang memberikan warna jingga kemerahan pada planet itu. Proses ini memungkinkan molekul hidrogen bebas dari air untuk bergabung dengan karbon dioksida dan membentuk metana.
Seiring berjalannya waktu, olivin perlahan-lahan akan berubah menjadi tanah liat kaya zat besi yang dikenal sebagai smektit. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa smektit dapat menyimpan karbon selama “miliaran tahun.”
- Ilmuwan Temukan Air Sebanyak Laut di Bawah Tanah Planet Mars, Tanda-tanda Kehidupan?
- Ilmuwan Temukan Bukti Cadangan Air di Bawah Permukaan Mars, tapi Sulit Digali
- Bertamasya ke Planet Mars Tak Perlu Bertahun-tahun jika Roket Tenaga Nuklir Ini Jadi
- Ada Air Ditemukan di Planet Mars, Tanda-tanda Kehidupan Mulai Terkuak
“Tanah liat smektit ini memiliki begitu banyak kapasitas untuk menyimpan karbon. Jadi kami menggunakan pengetahuan yang ada tentang bagaimana mineral-mineral ini tersimpan dalam tanah liat di Bumi, dan menyampaikannya dengan mengatakan: jika permukaan Mars memiliki tanah liat sebanyak ini, berapa banyak metana yang dapat disimpan dalam tanah liat tersebut?” kata Jagoutz.
Dengan memahami proses yang terjadi di kerak Mars, para ilmuwan berharap dapat mengeksplorasi lebih lanjut kemungkinan mendukung kehidupan dan misi eksplorasi ke planet merah.Reporter magang: Nadya Nur Aulia