Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

AD Myanmar 'cuci tangan' soal pembantaian etnis Rohingya

AD Myanmar 'cuci tangan' soal pembantaian etnis Rohingya Myanmar kerahkan militer ke wilayah muslim Rohingya. ©AFP PHOTO/Ye Aung Thu

Merdeka.com - Kekhawatiran tentang obyektivitas terhadap hasil penyelidikan dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis minoritas muslim Rohingya, digelar oleh militer Myanmar terjawab. Dalam laporannya dilansir baru-baru ini Angkatan Darat Myanmar berkeras tidak ditemukan bukti satu pun terkait pemerkosaan dan pembantaian terhadap orang Rohingya, dilakukan oleh para serdadu.

Dilansir dari laman The Guardian, Selasa (14/11), laporan bantahan Angkatan Darat Myanmar diterbitkan sehari sebelum pergantian panglima militer pada Jumat pekan lalu. Panglima Komando Barat Myanmar, Mayor Jenderal Maung Maung Soe dimutasi tetapi posisinya ditutupi. Posisinya kini diisi oleh Brigjen Soe Tint Naing, sebelumnya menjabat kepala urusan logistik.

"Saya tidak tahu alasan kenapa yang bersangkutan dipindah," kata Wakil Direktur Departemen Perang Psikologi dan Hubungan Masyarakat, Mayjen Aye Lwin.

Di dalam laporan itu, Angkatan Darat Myanmar menyangkal segala macam tuduhan, mulai dari pembantaian hingga membumihanguskan perkampungan etnis Rohingya. Hasilnya diunggah di laman akun Facebook Panglima Militer Jenderal Min Aung Hlaing. Panglima Komando Barat selama ini berada di bawah kendali Biro Operasi Khusus, dan selalu langsung melaporkan semua kegiatan kepada Aung Hlaing.

Sepertinya Angkatan Darat Myanmar buru-buru menerbitkan laporan itu sebelum lawatan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson. Diduga, Tillerson bakal berusaha menekan Angkatan Darat Myanmar terkait krisis Rohingya.

Penyelidikan itu digelar pada pertengahan Oktober lalu, dilakukan oleh sebuah komite dipimpin Letnan Jenderal Aye Win. Markas Besar Angkatan Darat Myanmar berkeras operasi militer sesuai dengan undang-undang dasar negara mayoritas Buddha itu.

Menurut pernyataan Jenderal Min Aung Hlaing saat itu, komite akan memeriksa apakah para perwira dan prajurit dalam menjalankan operasi patuh kepada perintah komandan, serta apakah mereka mengikuti aturan dalam sebuah operasi militer. Meski demikian diduga kuat penyelidikan dilakukan militer Myanmar tidak bakal berimbang.

Myanmar juga menolak kehadiran tim pencari fakta Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Oktober tahun lalu. Mereka ditugaskan buat mencari tahu dugaan pelanggaran dilakukan militer Myanmar saat menggelar operasi menumpas apa 'kelompok militan'.

Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa membeberkan secara rinci bagaimana taktik pemerintah Myanmar memburu warga etnis minoritas muslim Rohingya. Menurut mereka, pemerintah Myanmar sengaja bertindak kejam secara masif, terstruktur, dan sistematis terhadap orang Rohingya dengan maksud supaya mereka tidak kembali lagi ke perkampungannya di Negara Bagian Rakhine.

Laporan Komisi HAM PBB itu dirilis Rabu kemarin. Isinya disusun berdasarkan hasil wawancara dari 65 pengungsi Rohingya, baik perseorangan ataupun kelompok, pada pertengahan September lalu. Dalam laporan itu tercantum kalau serangan kepada etnis Rohingya dilakukan aparat Myanmar dan kelompok Buddha ekstrem ternyata 'terkoordinasi dan terstruktur', dengan maksud bukan cuma mengusir, tetapi juga mencegah mereka tidak kembali.

Beberapa narasumber diwawancara mengatakan kalau sebelum dan selama serangan terjadi, aparat Myanmar memberikan peringatan melalui pengeras suara menyatakan, 'Kalian tidak berhak ada di sini. Pergi saja ke Bangladesh. Kalau kalian tidak pergi, kami akan membakar rumah dan membunuh kalian'. Hal itu dilakukan buat menebar ketakutan di antara warga Rohingya sehingga mereka enggan kembali.

Dalam laporan itu, anggota misi dan peneliti PBB Karen Friedrich di Bangladesh mengatakan kalau sebelum terjadi serangan besar-besaran ke wilayah pemukiman orang Rohingya, dengan alasan membalas penyerbuan dilakukan kelompok militan Tentara Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) ke sejumlah pos polisi pada 25 Agustus lalu, ternyata sudah terjadi pembatasan akses buat orang Rohingya.

"Aparat Myanmar melarang orang Rohingya ke pasar, klinik atau rumah sakit setempat, sekolah, dan tempat ibadah. Lelaki Rohingya berusia 15 hingga 40 tahun ditangkap oleh polisi dan ditahan tanpa alasan," kata Karen dalam jumpa pers.

Kepala Komisi HAM PBB, Zaid Ra'ad al-Hussein, mengatakan pemerintah Myanmar sengaja tidak mengakui hak-hak warga Rohingya, termasuk tidak memberikan mereka identitas kewarganegaraan.

"Itu adalah taktik mengusir orang dalam jumlah banyak supaya mereka tidak mungkin kembali," kata Hussein.

Komisi HAM PBB menyatakan di dalam laporannya kalau pasukan Myanmar bersama dengan kelompok ekstremis Buddha sengaja membakar bangunan atau marka apapun di kawasan pemukiman Rohingya supaya wilayah itu sulit dikenali.

Lembaga pemantau hak asasi manusia Amnesty International tidak mengakui laporan internal Angkatan Darat Myanmar soal penyimpangan dalam operasi militer di Negara Bagian Rakhine. Mereka mendesak PBB mengirim tim pencari fakta dan memberikan akses kepada penyelidik mandiri melihat langsung ke jantung pertikaian.

"Militer Myanmar masih mencoba menyembunyikan kekerasan terhadap etnis Rohingya. Ada cukup bukti kalau serdadu Myanmar membantai dan memperkosa orang Rohingya, dan membakar perkampungan mereka. Dari sejumlah rekaman kesaksian korban dan analisa citra satelit kami hanya punya satu kesimpulan, serangan itu adalah kejahatan terhadap kemanusiaan," kata Direktur Asia Tenggara dan Pasifik Amnesty International, James Gomez. (mdk/ary)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
DPR Usulkan ke AIPA Bentuk Satuan Tugas Bantu Demokratisasi di Myanmar
DPR Usulkan ke AIPA Bentuk Satuan Tugas Bantu Demokratisasi di Myanmar

DPR RI mengusulkan Asean Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) membentuk satuan tugas untuk membantu demokratisasi di Myanmar

Baca Selengkapnya
FOTO: Perempuan-Perempuan Tangguh Mandalay Tak Gentar Perangi Junta Militer Myanmar
FOTO: Perempuan-Perempuan Tangguh Mandalay Tak Gentar Perangi Junta Militer Myanmar

Peran para wanita dibutuhkan dalam menambah personel untuk melawan junta militer Myanmar.

Baca Selengkapnya
Penyelundupan Pengungsi Rohingya ke Aceh, Polisi Tetapkan Dua Tersangka Baru
Penyelundupan Pengungsi Rohingya ke Aceh, Polisi Tetapkan Dua Tersangka Baru

Polisi menetapkan dua tersangka baru dalam kasus dugaan penyelundupan manusia etnis Rohingya ke Aceh. Dua tersangka itu berinisial MAH (22) dan HB (53).

Baca Selengkapnya
Mahfud MD Pimpin Sidang APSC, Soroti Isu Perdagangan Orang hingga Konflik Myanmar
Mahfud MD Pimpin Sidang APSC, Soroti Isu Perdagangan Orang hingga Konflik Myanmar

Hal itu disampaikan Mahfud saat sidang sidang ke-27 ASEAN Political Security Community (APSC) Council, di Sekretariat ASEAN, Jakarta (4/9).

Baca Selengkapnya
Mediasi Perkelahian Prajurit TNI, Pangdam Bukit Barisan Langsung Temui Keluarga Korban Tewas
Mediasi Perkelahian Prajurit TNI, Pangdam Bukit Barisan Langsung Temui Keluarga Korban Tewas

Letjen TNI Muhammad Hasan juga menemui pihak keluarga dari Raden Barus yang dilaporkan meninggal dunia.

Baca Selengkapnya
Marak Pengungsi Rohingya Masuk RI, TNI AU Patroli Udara di Laut Aceh
Marak Pengungsi Rohingya Masuk RI, TNI AU Patroli Udara di Laut Aceh

Dia menjelaskan letak geografis Provinsi Aceh dimana di sebelah barat berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya
Menko Budi Gunawan Jamin Puluhan TNI yang Serang Warga Desa Selamat Deli Serdang Ditindak!
Menko Budi Gunawan Jamin Puluhan TNI yang Serang Warga Desa Selamat Deli Serdang Ditindak!

Budi Gunawan memastikan proses hukum terhadap insiden ini terus berjalan.

Baca Selengkapnya
Menelusuri Jejak Rohingnya di Camp Cox's Bazar Bangladesh, Cari Tahu Alasan Dimobilisasi ke Indonesia
Menelusuri Jejak Rohingnya di Camp Cox's Bazar Bangladesh, Cari Tahu Alasan Dimobilisasi ke Indonesia

Kedatangan delegasi ke Camp Cox's Bazar untuk mencari tahu dan memastikan pihak yang memobilisasi pengungsi Rohingya ke Indonesia, khususnya ke Aceh.

Baca Selengkapnya
18 September 1988: Pemberontakan 8888 di Myanmar Berakhir Setelah Kudeta Militer Berdarah
18 September 1988: Pemberontakan 8888 di Myanmar Berakhir Setelah Kudeta Militer Berdarah

Berakhirnya pemberontakan 8888 bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga meninggalkan jejak kelam dalam sejarah Myanmar.

Baca Selengkapnya
Kisah Operasi Woyla, Hari Bersejarah Kopassus dalam Misi Pembajakan Pesawat
Kisah Operasi Woyla, Hari Bersejarah Kopassus dalam Misi Pembajakan Pesawat

Sebuah peristiwa pembajakan pesawat maskapai Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 206 ini menjadi momen bersejarah bagi Kopassus.

Baca Selengkapnya
Cerita Jenderal Polisi Ditunjuk Jadi Dubes Myanmar, Tangani Langsung Konflik Rohingya
Cerita Jenderal Polisi Ditunjuk Jadi Dubes Myanmar, Tangani Langsung Konflik Rohingya

Iza Fadri membagikan kisahnya saat ditunjuk menjadi Dubes Indonesia untuk Myanmar, dan ditugaskan menangani konflik Rohingya.

Baca Selengkapnya
Kisah Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh, Penumpasan Prajurit GAM oleh Pasukan Batalyon Infanteri 330 Tri Dharma
Kisah Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh, Penumpasan Prajurit GAM oleh Pasukan Batalyon Infanteri 330 Tri Dharma

Dalam pelaksanaan operasi pemulihan keamanan di Aceh oleh pemerintah berhasil meredam gerakan pemberontakan oleh prajurit Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Baca Selengkapnya