AD Myanmar 'cuci tangan' soal pembantaian etnis Rohingya
Merdeka.com - Kekhawatiran tentang obyektivitas terhadap hasil penyelidikan dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis minoritas muslim Rohingya, digelar oleh militer Myanmar terjawab. Dalam laporannya dilansir baru-baru ini Angkatan Darat Myanmar berkeras tidak ditemukan bukti satu pun terkait pemerkosaan dan pembantaian terhadap orang Rohingya, dilakukan oleh para serdadu.
Dilansir dari laman The Guardian, Selasa (14/11), laporan bantahan Angkatan Darat Myanmar diterbitkan sehari sebelum pergantian panglima militer pada Jumat pekan lalu. Panglima Komando Barat Myanmar, Mayor Jenderal Maung Maung Soe dimutasi tetapi posisinya ditutupi. Posisinya kini diisi oleh Brigjen Soe Tint Naing, sebelumnya menjabat kepala urusan logistik.
"Saya tidak tahu alasan kenapa yang bersangkutan dipindah," kata Wakil Direktur Departemen Perang Psikologi dan Hubungan Masyarakat, Mayjen Aye Lwin.
-
Siapa yang pimpin pasukan? Tim Sparta yang dipimpin langsung oleh Kapolresta Surakarta Kombes Pol Iwan Saktiadi langsung melakukan pengadangan.
-
Siapa yang memimpin operasi Sabang Merauke? Ternyata, kondisi tersebut merupakan operasi bersandi Sabang Merauke yang dipimpin oleh Mayor Boyke Nainggolan.
-
Siapa yang memimpin pasukan baret merah? Mayjen Soeharto mengerahkan pasukan elite baret merah, Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) ke Jawa Tengah. Pasukan ini dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhie Wibowo untuk melawan kekuatan komunis di sana.
-
Siapa yang memimpin Operasi Naga? Artinya Benny yang masih berpangkat kapten akan memimpin operasi tersebut.
-
Siapa yang memimpin perlawanan di Manggopoh? Kemudian muncul seorang perempuan berani yang memimpin perlawanan terhadap Belanda, yaitu Siti Manggopoh bersama 16 temannya.
-
Siapa pemimpin perang gerilya saat Agresi Militer? Dari tokoh militer, Jateng punya seorang Jenderal Besar TNI Anumerta Raden Soedirman. Berawal dari komandan PETA, selama masa revolusi ia memimpin berbagai pertempuran. Salah satunya adalah memimpin Perang Gerilya saat peristiwa Agresi Militer.
Di dalam laporan itu, Angkatan Darat Myanmar menyangkal segala macam tuduhan, mulai dari pembantaian hingga membumihanguskan perkampungan etnis Rohingya. Hasilnya diunggah di laman akun Facebook Panglima Militer Jenderal Min Aung Hlaing. Panglima Komando Barat selama ini berada di bawah kendali Biro Operasi Khusus, dan selalu langsung melaporkan semua kegiatan kepada Aung Hlaing.
Sepertinya Angkatan Darat Myanmar buru-buru menerbitkan laporan itu sebelum lawatan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson. Diduga, Tillerson bakal berusaha menekan Angkatan Darat Myanmar terkait krisis Rohingya.
Penyelidikan itu digelar pada pertengahan Oktober lalu, dilakukan oleh sebuah komite dipimpin Letnan Jenderal Aye Win. Markas Besar Angkatan Darat Myanmar berkeras operasi militer sesuai dengan undang-undang dasar negara mayoritas Buddha itu.
Menurut pernyataan Jenderal Min Aung Hlaing saat itu, komite akan memeriksa apakah para perwira dan prajurit dalam menjalankan operasi patuh kepada perintah komandan, serta apakah mereka mengikuti aturan dalam sebuah operasi militer. Meski demikian diduga kuat penyelidikan dilakukan militer Myanmar tidak bakal berimbang.
Myanmar juga menolak kehadiran tim pencari fakta Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Oktober tahun lalu. Mereka ditugaskan buat mencari tahu dugaan pelanggaran dilakukan militer Myanmar saat menggelar operasi menumpas apa 'kelompok militan'.
Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa membeberkan secara rinci bagaimana taktik pemerintah Myanmar memburu warga etnis minoritas muslim Rohingya. Menurut mereka, pemerintah Myanmar sengaja bertindak kejam secara masif, terstruktur, dan sistematis terhadap orang Rohingya dengan maksud supaya mereka tidak kembali lagi ke perkampungannya di Negara Bagian Rakhine.
Laporan Komisi HAM PBB itu dirilis Rabu kemarin. Isinya disusun berdasarkan hasil wawancara dari 65 pengungsi Rohingya, baik perseorangan ataupun kelompok, pada pertengahan September lalu. Dalam laporan itu tercantum kalau serangan kepada etnis Rohingya dilakukan aparat Myanmar dan kelompok Buddha ekstrem ternyata 'terkoordinasi dan terstruktur', dengan maksud bukan cuma mengusir, tetapi juga mencegah mereka tidak kembali.
Beberapa narasumber diwawancara mengatakan kalau sebelum dan selama serangan terjadi, aparat Myanmar memberikan peringatan melalui pengeras suara menyatakan, 'Kalian tidak berhak ada di sini. Pergi saja ke Bangladesh. Kalau kalian tidak pergi, kami akan membakar rumah dan membunuh kalian'. Hal itu dilakukan buat menebar ketakutan di antara warga Rohingya sehingga mereka enggan kembali.
Dalam laporan itu, anggota misi dan peneliti PBB Karen Friedrich di Bangladesh mengatakan kalau sebelum terjadi serangan besar-besaran ke wilayah pemukiman orang Rohingya, dengan alasan membalas penyerbuan dilakukan kelompok militan Tentara Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) ke sejumlah pos polisi pada 25 Agustus lalu, ternyata sudah terjadi pembatasan akses buat orang Rohingya.
"Aparat Myanmar melarang orang Rohingya ke pasar, klinik atau rumah sakit setempat, sekolah, dan tempat ibadah. Lelaki Rohingya berusia 15 hingga 40 tahun ditangkap oleh polisi dan ditahan tanpa alasan," kata Karen dalam jumpa pers.
Kepala Komisi HAM PBB, Zaid Ra'ad al-Hussein, mengatakan pemerintah Myanmar sengaja tidak mengakui hak-hak warga Rohingya, termasuk tidak memberikan mereka identitas kewarganegaraan.
"Itu adalah taktik mengusir orang dalam jumlah banyak supaya mereka tidak mungkin kembali," kata Hussein.
Komisi HAM PBB menyatakan di dalam laporannya kalau pasukan Myanmar bersama dengan kelompok ekstremis Buddha sengaja membakar bangunan atau marka apapun di kawasan pemukiman Rohingya supaya wilayah itu sulit dikenali.
Lembaga pemantau hak asasi manusia Amnesty International tidak mengakui laporan internal Angkatan Darat Myanmar soal penyimpangan dalam operasi militer di Negara Bagian Rakhine. Mereka mendesak PBB mengirim tim pencari fakta dan memberikan akses kepada penyelidik mandiri melihat langsung ke jantung pertikaian.
"Militer Myanmar masih mencoba menyembunyikan kekerasan terhadap etnis Rohingya. Ada cukup bukti kalau serdadu Myanmar membantai dan memperkosa orang Rohingya, dan membakar perkampungan mereka. Dari sejumlah rekaman kesaksian korban dan analisa citra satelit kami hanya punya satu kesimpulan, serangan itu adalah kejahatan terhadap kemanusiaan," kata Direktur Asia Tenggara dan Pasifik Amnesty International, James Gomez. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
DPR RI mengusulkan Asean Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) membentuk satuan tugas untuk membantu demokratisasi di Myanmar
Baca SelengkapnyaPeran para wanita dibutuhkan dalam menambah personel untuk melawan junta militer Myanmar.
Baca SelengkapnyaPolisi menetapkan dua tersangka baru dalam kasus dugaan penyelundupan manusia etnis Rohingya ke Aceh. Dua tersangka itu berinisial MAH (22) dan HB (53).
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikan Mahfud saat sidang sidang ke-27 ASEAN Political Security Community (APSC) Council, di Sekretariat ASEAN, Jakarta (4/9).
Baca SelengkapnyaLetjen TNI Muhammad Hasan juga menemui pihak keluarga dari Raden Barus yang dilaporkan meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaDia menjelaskan letak geografis Provinsi Aceh dimana di sebelah barat berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Baca SelengkapnyaBudi Gunawan memastikan proses hukum terhadap insiden ini terus berjalan.
Baca SelengkapnyaKedatangan delegasi ke Camp Cox's Bazar untuk mencari tahu dan memastikan pihak yang memobilisasi pengungsi Rohingya ke Indonesia, khususnya ke Aceh.
Baca SelengkapnyaBerakhirnya pemberontakan 8888 bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga meninggalkan jejak kelam dalam sejarah Myanmar.
Baca SelengkapnyaSebuah peristiwa pembajakan pesawat maskapai Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 206 ini menjadi momen bersejarah bagi Kopassus.
Baca SelengkapnyaIza Fadri membagikan kisahnya saat ditunjuk menjadi Dubes Indonesia untuk Myanmar, dan ditugaskan menangani konflik Rohingya.
Baca SelengkapnyaDalam pelaksanaan operasi pemulihan keamanan di Aceh oleh pemerintah berhasil meredam gerakan pemberontakan oleh prajurit Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Baca Selengkapnya