Arkeolog Temukan Baterai Berusia 2.000 Tahun, Begini Cara Kerjanya
Baterai ini disebut sebagai cikal bakal baterai modern yang kita gunakan saat ini.
Baterai ini disebut sebagai cikal bakal baterai modern yang kita gunakan saat ini.
-
Bagaimana para arkeolog menemukan artefak kuno? Peneliti di Institut Arkeologi Beijing, Shang Heng menyampaikan, penggalian arkeologi di menara No.121 dan No.120 Tembok Besar menemukan lebih dari 100 benda termasuk senjata dan perlengkapan sehari-hari para penjaga.
-
Bagaimana artefak itu ditemukan? Artefak ini ditemukan saat mereka sedang melakukan survei di luar Ringsted, sebuah kota di pulau Selandia.
-
Kapan artefak kuno ini ditemukan? Pada tahun 1990 hingga 2000 batu-batu pipih dengan sudut runcing ditemukan di Kastil Iwatsuki dan markas administrasi Owada jin’ya di Saitama, Jepang.
-
Bagaimana peralatan batu itu berusia 130.000 tahun? Peralatan batu itu diperiksa umurnya dengan analisis stratigrafik, cabang geologi yang mempelajari lapisan-lapisan batu.
-
Bagaimana artefak ditemukan? Cairnya es di Norwegia mengungkap lebih dari 2000 artefak manusia, beberapa di antaranya berasal dari tahun 4000 SM, sehingga memungkinkan arkeolog untuk merekonstruksi gambaran rinci tentang kehidupan di ujung utara Eropa.
Arkeolog Temukan Baterai Berusia 2.000 Tahun, Begini Cara Kerjanya
Perangkat primitif mirip baterai yang ditemukan arkeolog Jerman, Wilhelm König, di Khujut Rabu, Irak modern, pada 1936 merupakan penemuan yang sangat menarik perhatian dunia tentang zaman kuno.
Baterai Parthia atau Baterai Baghdad, mendahului baterai yang kita gunakan saat ini selama hampir 2.000 tahun.
Sumber: Greek Reporter
Benda ini pada masanya mungkin tidak dimaksudkan untuk bekerja sebagai baterai, namun struktur baterai ini memiliki semua persyaratan untuk bisa digunakan sebagai sumber energi.
Mekanismenya terdiri dari pot keramik setinggi lima inci dengan mulut 1,5 inci, yang menggabungkan silinder tembaga di tengah-tengahnya, di mana sebuah batang besi mengapung tanpa menyentuh bagian bawahnya.
Tanda-tanda korosi ditemukan, dan setelah dilakukan pengujian, diputuskan bahwa ada zat asam seperti anggur atau cuka di dalam bejana yang membuatnya berfungsi.
Ada puluhan artefak semacam itu yang telah ditemukan dan terus membingungkan para arkeolog dan ilmuwan mengenai fungsinya.
Teori König menjelaskan bahwa penemuan tersebut memang sel baterai dan memiliki poin yang valid: Kedua logam di dalam wadah keramik memiliki potensi elektro yang berbeda. Jika digabungkan dengan elektrolit, keduanya merupakan komponen utama yang diperlukan untuk membuat baterai. Korosi di dalam bejana mengindikasikan bahwa elektrolit (anggur atau cuka) mungkin pernah ada.
Ada juga penjelasan yang memungkinkan bahwa bejana-bejana itu berfungsi sebagai unit penyimpanan untuk gulungan kitab suci.
Bejana-bejana tersebut secara visual mirip dengan contoh-contoh lain dari wadah semacam itu yang ditemukan di Tigris.
Menurut hipotesis ini, batang besi tersebut akan melilit gulungan kitab suci, yang kemudian ditempatkan di dalam tabung tembaga. König sendiri telah menyebutkan dirinya telah menemukan guci gulungan seperti itu pada penggalian di daerah tersebut.
Terlepas dari fungsinya, bagaimanapun juga, Baterai Baghdad tetaplah sebuah peralatan yang mengesankan. Mengenai tanggal pembuatannya, ada beberapa pendapat yang berbeda. Benda-benda itu mungkin berasal dari periode Parthia (sekitar 250 SM - 225 M) yang membuatnya kira-kira 2.000 tahun lebih tua dari baterai pertama yang ditemukan oleh fisikawan dan ahli kimia Italia, Alessandro Volta.
Namun, König, pendukung awal teori ini, tidak memiliki tulisan-tulisan kuno untuk membangun hipotesisnya. Hingga saat ini, tidak ada penemuan catatan semacam itu.
Kelemahan kritis lainnya dalam teori König berkaitan dengan potensi terbatas dari Baterai Baghdad. Dalam kondisi saat ini, baterai ini hanya dapat menghasilkan sekitar satu volt energi, sehingga tidak mampu memberi daya pada perangkat yang besar. Arus listriknya yang rendah, khususnya, tidak akan mencukupi untuk tugas-tugas seperti penyepuhan.Selain itu, tidak adanya kabel yang ditemukan dan kurangnya bukti mengenai pengetahuan kabel kuno menimbulkan pertanyaan tentang kelayakan untuk meningkatkan dayanya. Selain itu, kebutuhan konstan untuk mengisi ulang elektrolit akan menimbulkan tantangan yang signifikan, terutama mengingat sumbat aspal yang tampak jelas, membuatnya tidak nyaman dalam penggunaan praktis.
Kepercayaan ada menunjukkan bahwa bejana dari Baterai Baghdad berfungsi sebagai unit penyimpanan untuk gulungan kitab suci. Kemiripan visual mereka dengan wadah lain yang ditemukan di situs tetangga seperti Tigris mendukung gagasan ini, terutama mengingat banyaknya guci-guci serupa di sekitarnya.
Menurut hipotesis ini, batang besi akan berfungsi sebagai inti untuk membungkus gulungan, yang kemudian ditempatkan di dalam tabung tembaga. König menggarisbawahi kesamaan guci gulungan seperti itu dalam makalahnya, dengan menekankan seringnya ditemukan selama penggalian arkeologi.
Menurut Inisiatif Solidaritas Masyarakat Sipil Irak (ICSSI), pada tahun 2003, Baterai Parthia dijarah dari Museum Nasional selama operasi AS di Irak. Saat ini, keberadaannya masih belum diketahui.
Parthia, tempat ditemukannya Baterai Parthia, merupakan wilayah bersejarah di wilayah yang sekarang menjadi Iran Raya bagian utara. Pertama kali tercatat sebagai Parthava dalam sebuah prasasti Raja Darius I dari Dinasti Achaemenid pada tahun 520 SM. Bangsa Parthia adalah bangsa Iran.