Nakes Zaman Kuno yang Tangani Wabah Punya APD Khusus, Bentuknya Aneh dan Menyeramkan
Bentuk APD yang dikenakan dokter zaman dulu cukup aneh. Bahkan ada yang beranggapan bentuknya menyeramkan.
Nakes Zaman Kuno yang Tangani Wabah Punya APD Khusus, Bentuknya Aneh dan Menyeramkan
Saat pandemi Covid-19 dua tahun lalu, para tenaga kesehatan (nakes) memakai pakaian khusus atau APD (atribut pelindung diri) untuk melindungi diri dari infeksi virus saat menangani pasien.
Doketr Wabah
Zaman dulu pada Abad Pertengahan, ada dokter khusus yang menangani wabah. Mereka adalah dokter Eropa yang mengkhususkan diri dalam merawat korban wabah, khususnya Wabah Hitam.
-
Kapan pabrik obat kuno ini ditemukan? Arkeolog menemukan pabrik farmasi kuno saat melakukan penggalian di Kota Kuno Trakia Heraion Teikhos, Provinsi Tekirdağ, Turki.
-
Dimana penemuan perkakas manusia purba ini? Penemuan ini merupakan contoh tertua dari jenis perekat di Eropa dan menjadi bukti kecerdasan Neanderthal.
-
Bagaimana bentuk artefak kuno ini? Batu kuno yang ditemukan di Kastil Uwatsuki memiliki bentuk heksagonal berukuran diameter 4,8 cm dengan tebal 1 cm. Sedangkan 17 batu yang ditemukan di Owada jin’ya berukuran 8 cm hingga 14 cm dengan tebal 1,5 cm hingga 3 cm.
-
Siapa yang mengembangkan alat ini? 'Kami bekerja selama bertahun-tahun dalam bidang fisika di balik proses desalinasi, namun mewujudkan semua kemajuan tersebut, membangun sistem, dan mendemonstrasikannya di laut…adalah pengalaman yang sangat berarti dan bermanfaat bagi saya,' kata penulis senior Jongyoon Han, seorang profesor teknik elektro dan ilmu komputer dan teknik biologi, dan anggota Laboratorium Penelitian Elektronika (RLE).
-
Kapan pengobatan kanker di Mesir kuno? Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Frontiers in Medicine, Camarós dan timnya memeriksa sebuah tengkorak berusia lebih dari 4.000 tahun dari Kerajaan Lama Mesir secara mikroskopis.
-
Apa saja metode pengobatan kuno? Berikut daftar teknik pengobatan ekstrem yang dipercaya mujarab oleh orang Mesir dan Yunani kuno.
Penemu APD Pertama
Sebelum abad ke-17, dokter wabah mengenakan berbagai jenis pakaian pelindung. Barulah pada tahun 1619, Charles de l'Orme, dokter utama tiga raja Prancis (Henri IV, Louis XIII, dan Louis XIV), yang juga melayani keluarga Medici di Italia, menciptakan APD yang menjadi populer di kalangan dokter wabah.
Topi Kulit
APD ciptaan l'Orme terdiri dari beberapa elemen yang mudah dikenali. Pertama, topi terbuat dari kulit yang dimaksudkan sebagai identitas seorang dokter. Meskipun topi ini memiliki fungsi simbolis, ada yang beranggapan topi ini memiliki fungsi perlindungan dengan menjauhkan bakteri.
Masker Paruh Burung
Masker dokter wabah dikenal dengan bentuk seperti burung dan memiliki paruh panjang. Menurut satu sumber, pada masa lalu orang percaya bahwa wabah menyebar melalui burung.
Fungsi Masker
Masker ini diharapkan bisa "memindahkan" penyakit dari pasien ke pakaian. Masker ini juga memiliki fungsi utilitas, karena paruhnya diisi dengan zat-zat yang harum dan kuat, seperti ambergris, mint, atau kelopak mawar. Ini dimaksudkan untuk menjauhkan penyakit karena orang percaya miasma ("udara jahat") menyebarkan penyakit.
APD ciptaan l'Orme juga terdiri dari jas panjang, fungsinya untuk meminimalisir kulit terpapar langsung dengan penyakit. Leher jas ini ditarik di belakang masker dan membentang hingga ke kaki.
Jas Panjang
Jas Berlapis Lemak
Seluruh pakaian dilapisi dengan lemak, yang menurut hipotesis, didasarkan pada keyakinan bahwa lemak tersebut akan mengusir wabah dari dokter atau menariknya dari korban. Hipotesis alternatif adalah bahwa lemak tersebut berfungsi untuk mencegah cairan tubuh menempel pada jas. Untuk melindungi bagian bawah tubuh dari infeksi, l'Orme merancang bajunya dengan sepasang celana kulit.
Tongkat Kayu
Dokter wabah membawa sebatang tongkat kayu yang diyakini memiliki berbagai fungsi. Tongkat ini dapat digunakan untuk memeriksa pasien tanpa menyentuhnya.
Meskipun kostum dokter wabah ini tidak digunakan selama Wabah Maut Hitam, sejarah mencatat kostum ini sering digunakan oleh dokter selama wabah tahun 1656, yang menewaskan 145.000 orang di Roma dan 300.000 orang di Napoli.