Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Pangeran Madrais, Pendiri Agama Sunda Wiwitan di Jawa Barat

Kisah Pangeran Madrais, Pendiri Agama Sunda Wiwitan di Jawa Barat Sunda Wiwitan Madrais. ©2020 historyofcirebon.id/editorial Merdeka.com

Merdeka.com - Jika di Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur kita mengenal istilah kejawen, di Provinsi Jawa Barat ternyata juga terdapat sebuah agama warisan leluhur bernama Sunda Wiwitan.

Agama yang juga kerap disebut sebagai Djawa Soenda tersebut merupakan kepercayaan yang banyak dianut oleh masyarakat di Jawa Barat, khususnya di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan.

Sunda Wiwitan pertama dikenalkan oleh seorang tokoh bernama Sadewa Alibasa Koesoema Widajayaningrat atau lebih sering disebut sebagai Pangeran Madrais. Dilansir dari wikipedia, Ia merupakan anak dari Pangeran Alibasa (Pangeran Gebang yang kesembilan) dari pernikahannya dengan R. Kastewi, keturunan kelima dari Tumenggung Jayadipura Susukan.

Dalam kisahnya, Madrais yang lahir pada tahun 1822 ini merupakan sosok yang dianggap kontroversial karena berlawanan ajaran dengan Sunan Gunung Jati. Madrais konon masih merupakan keturunan dari salah satu Walisongo tersebut.

Nama Madrais sendiri ia dapatkan ketika remaja. Saat itu teman-teman di pesantrennya kesulitan menyebut nama Muhammad Rais sehingga sering disingkat menjadi Madrais.

Sempat Dianggap Anak Tidak Sah

Dilansir dari historyofcirebon, Madrais merupakan putra dari Pangeran Keraton Gebang bernama Alibassa Koesoema Widjajaningrat dan seorang perempuan bernama Nyi Kastewi.

Sejak lahir, Ia tidak pernah bertemu dengan sang ayah yang telah lama pergi dan tidak kembali. Namun ada juga versi yang menyebut jika Ia merupakan anak yang lahir dari hubungan di luar nikah orang tuanya.

Hal itu bermula ketika Keraton Gebang mewajibkan setiap daerah otoritasnya untuk mengirimkan seorang laki-laki sebagai pengabdi di area kerajaannya.

Namun saat itu ada salah satu desa bernama Susukan tidak mengirimkan perwakilan laki-lakinya sehingga membuat masyarakat di sekitar kerajaan murka. Akhirnya dengan alasan yang masih belum diketahui, Kepala Desa Susukan pun mengutus seorang perempuan bernama Nyi Kastewi.

Hal tersebut merupakan bentuk permintaan maaf Desa Susukan terhadap Keraton Gebang. Sosoknya yang cantik membuat Pangeran Alibassa pun tertarik sehingga ia menyatakan perasaannya ke Nyi Kastewi yang saat itu menjadi abdi dalem di Keraton Gebang.

Semakin lama hubungan keduanya semakin erat hingga suatu ketika Nyi Kastewi pun hamil. Untuk menghindari hukum adat, Pangeran Alibassa pun bersiasat dengan menyebut jika Nyi Kastewi dihamili oleh makhluk gaib.

Sebagai upaya agar keselamatan anak dan Nyi Kastewi terjamin, Alibassa pun meminta bawahannya, Ki Sastrawardana, untuk menikahi Nyi Kastewi. Ki Sastrawardana sendiri merupakan tokoh dari Desa Cigugur di Kuningan di mana agama tersebut nantinya berkembang.

Namun ada juga versi lainnya yang menyebut jika Madrais merupakan anak dari perkawinan sah antara Pangeran Alibassa dan Nyi Kastewi.

Belajar Agama Islam di Banyak Pondok Pesantren

Saat kanak-kanak, Madrais sempat menuntut ilmu di pondok pesantren hingga membuat dirinya begitu menyukai berbagai ajaran tentang agama Islam. Sebelumnya Ia sempat diasuh oleh Ki Sastrawardana yang merupakan ayah angkatnya. Ia kemudian dibawa oleh oleh orang tua Nyi Kastewi.

Ia pun disematkan nama Muhammad Rais dan kemudian dimasukkan ke pesantren. Saking tertariknya dengan dunia pesantren, Ia berpindah ke banyak pondok pesantren hanya untuk memperdalam ajaran Islam.

Namun saat usia remaja, kegemarannya mulai teralihkan dengan adanya ilmu kanuragan serta hal-hal yang berbau mistis di pesantren-pesantren tersebut. Sejak saat itu Ia pun mulai beralih ke ajaran tersebut.

Kontroversi Ajarannya

Awal mula ketertarikannya dengan ajaran baru tersebut didasarkan bahwa ia merasa mendapatkan wahyu saat melakukan perenungan, sehingga Madrais terus memperdalam ajaran kanuragannya tersebut. Ia pun kemudian menggabungkan seluruh ilmu kebatinan yang diperoleh dari pesantren-pesantren di Pulau Jawa.

Selanjutnya Ia pun kembali ke Cigugur dan mendirikan padepokan sendiri. Di sana Madrais melakukan kegiatan dakwah sembari mengenalkan ajaran yang Ia dapatkan dari kegiatan menjelajah pesantren itu.

Ketika itu ajarannya banyak disukai masyarakat setempat. Namun saat menyampaikan tentang agama Islam, Ia pun lebih banyak menyampaikan sisi mistiknya, salah satunya menyembuhkan orang sakit dengan kekuatan gaib dan juga meramal.

Ajaran yang dibawa Madrais juga mengajarkan para pengikutnya agar mengkafani orang yang telah meninggal dengan kain kafan hitam. Pengikutnya juga diajarkan ketika sakaratul maut mereka harus mengucapkan "Wajoh Lawan" yang artinya ayo lawan agar menunda kematian.

Sejak itu kalangan ulama setempat menganggap ajaran Madrais telah melenceng jauh dan tidak sesuai dengan syariat Islam.

Lahirnya Agama Djawa Sunda/Sunda Wiwitan

sunda wiwitan madrais

Logo Agama Djawa Soenda/Sunda Wiwitan Madrais

©2020 Wikipedia/editorial Merdeka.com

Anggapan itu pun membuat Madrais menyatakan diri keluar dari Islam dan mematenkan ajarannya ke Raden Muhammad Ahmad yang saat itu menjabat sebagai Bupati Kuningan.

Kemudian permohonan tersebut diteruskan kepada Residen Cirebon di bawah pimpinan RPM Van De Meer serta Gubernur Jendral Hindia Belanda, Dirk Fock.

Kemudian pada 6 Oktober 1925, Agama Djawa Soenda pun lahir. Madrais memberikan nama tersebut lantaran Ia menggabungkan ajaran tata cara beribadah, Kebatinan, filosofis, serta budaya masyarakat Jawa dengan tradisi leluhur Sunda di masa lampau. 

(mdk/nrd)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kisah Hidup Syekh Siti Jenar, Sosok Ulama Kontroversial pada Era Wali Songo yang Dihukum Mati
Kisah Hidup Syekh Siti Jenar, Sosok Ulama Kontroversial pada Era Wali Songo yang Dihukum Mati

Ajarannya dianggap kontroversial, bahkan masih jadi bahan perdebatan hingga saat ini.

Baca Selengkapnya
Menguak Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno, Dipimpin Pertama Kali oleh Raja Sanjaya
Menguak Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno, Dipimpin Pertama Kali oleh Raja Sanjaya

Bukti pertama kali mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Kuno berasal dari Prasasti Canggal.

Baca Selengkapnya
Warga di Jombang Ini Mengaku Keturunan Majapahit, Bahasa Sehari-hari Bukan Bahasa Jawa
Warga di Jombang Ini Mengaku Keturunan Majapahit, Bahasa Sehari-hari Bukan Bahasa Jawa

Warga di Jombang mengaku keturunan Aria Wijaya, salah satu petinggi Majapahit era pemerintahan Raden Wijaya.

Baca Selengkapnya
Sisi Lain Mas Mansoer Sahabat Karib Soekarno dan Bung Hatta, Religius sejak Kecil Tak Pernah Mau Tampil Glamor
Sisi Lain Mas Mansoer Sahabat Karib Soekarno dan Bung Hatta, Religius sejak Kecil Tak Pernah Mau Tampil Glamor

Jabatan tinggi dan berteman dengan orang-orang penting membuat ia tetap konsisten tampil sederhana

Baca Selengkapnya
Ziarah ke Makam Agung Arosbaya, Jejak Pemeluk Islam Pertama di Madura Barat
Ziarah ke Makam Agung Arosbaya, Jejak Pemeluk Islam Pertama di Madura Barat

penanda awal perkembangan kebudayaan islam di Madura.

Baca Selengkapnya
Kisah KH Anwar Musaddad, Ulama Kharismatik Sunda Lulusan Sekolah Nasrani Belanda
Kisah KH Anwar Musaddad, Ulama Kharismatik Sunda Lulusan Sekolah Nasrani Belanda

Karena fokus ke ajaran Nasrani, sosoknya pernah dikhawatirkan murtad oleh kalangan ulama di masa silam.

Baca Selengkapnya
Sejarah Asal-usul Kota Cirebon, Bermula dari Musala Kecil Tahun 1447
Sejarah Asal-usul Kota Cirebon, Bermula dari Musala Kecil Tahun 1447

Cirebon dulunya hanya sebuah musala kecil. Bagaimana kisahnya?

Baca Selengkapnya
Asal Usul Berdirinya Kerajaan Pagaruyung, Dinamika Perubahan Corak Hindu-Buddha Hingga Islam
Asal Usul Berdirinya Kerajaan Pagaruyung, Dinamika Perubahan Corak Hindu-Buddha Hingga Islam

Kerajaan Pagaruyung ialah salah satu kerajaan yang cukup besar di Sumatra.

Baca Selengkapnya
Warga Pedalaman Jombang Ini Tak Pakai Bahasa Jawa, Diduga Keturunan Tokoh Penting Kerajaan Singasari
Warga Pedalaman Jombang Ini Tak Pakai Bahasa Jawa, Diduga Keturunan Tokoh Penting Kerajaan Singasari

Warga salah satu desa di Kabupaten Jombang Jawa Timur ini tidak menggunakan bahasa Jawa. Begini sejarahnya.

Baca Selengkapnya
Keturunan Sultan Banten, Begini Potret Lawas Ma’ruf Amin Wakil Presiden RI saat Muda
Keturunan Sultan Banten, Begini Potret Lawas Ma’ruf Amin Wakil Presiden RI saat Muda

Wapres Ma'ruf Amin merupakan sosok kelahiran Desa Kresek, Tangerang.

Baca Selengkapnya
Lebih Dekat dengan Syekh Wasil, Pendakwah Islam Pertama di Kediri yang Bersahabat dengan Tokoh Hindu
Lebih Dekat dengan Syekh Wasil, Pendakwah Islam Pertama di Kediri yang Bersahabat dengan Tokoh Hindu

Sosoknya sudah menyebarkan ajaran Islam di Kediri jauh sebelum era Wali Songo.

Baca Selengkapnya
Cerita Sri Maharaja Tarusbawa, Konon Cikal Bakal Raja Sunda yang Terlupakan
Cerita Sri Maharaja Tarusbawa, Konon Cikal Bakal Raja Sunda yang Terlupakan

Tarusbawa dikenal bertangan dingin karena ia bisa merangkul banyak kerajaan yang dahulu saling berebut kekuasaan di tanah priangan.

Baca Selengkapnya