Tak Semuanya Jahat, Pria Belanda Ini Punya Peran Penting untuk Kejayaan Subang
Sosok ini mampu membaur bahkan dekat dengan warga setempat karena kedermawanannya
Sosok ini mampu membaur bahkan dekat dengan warga setempat karena kedermawanannya
Tak Semuanya Jahat, Pria Belanda Ini Punya Peran Penting untuk Kejayaan Subang
Orang Belanda datang ke Indonesia di masa silam kebanyakan dengan kesewenang-wenangan. Namun sosok yang satu ini justru berbeda.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
-
Kenapa Tjong Yong Hian dihargai oleh Belanda? Tjong Yong Hian pun sudah sangat dihormati oleh komunitas Tionghoa dan begitu dihargai oleh pihak Belanda.
-
Kenapa Belanda waspadai Teungku Peukan? Sebagai seorang tokoh ulama yang cukup kondang, Teungku Peukan selalu diwaspadai oleh pihak Belanda. Mereka khawatir sosok Teungku Peukan dapat memengaruhi pergerakan masyarakat Aceh untuk melawan Belanda.
-
Apa yang dilakukan Teungku Peukan sebelum menyerang Belanda? Setelah rangkaian ritual selesai, ia bersama pasukan harus menempuh jarak 20 kilometer dengan berjalan kaki sambil membawa obor. Gema takbir tak pernah terputus selama perjalanan sebagai bentuk semangat juang.
-
Kenapa Tawangmangu terkenal sejak zaman Belanda? Sudah kesohor sejak zaman Belanda Kepopuleran Tawangmangu sebenarnya sudah muncul sejak masa pendudukan kolonial Belanda di masa silam. Sama seperti di tanah Priangan, kawasan Tawangmangu jadi tujuan utama berlibur dari orang-orang Eropa yang bertugas di Solo dan sekitarnya.
Bernama lengkap Peter William Hofland, ia justru mampu memajukan wilayah Kabupaten Subang yang saat itu kontraproduktif. Tak sampai di situ. P.W Hofland (begitulah nama resminya) juga mampu mensejahterakan rakyat di sana yang ikut bekerja dengan dia.
Berkat kedermawanannya, Ia kemudian dikenal sebagai “raja” oleh masyarakat setempat. Berikut kisah menarik P.W Hofland yang jadi tuan tanah sukses di Subang.
Mendirikan perusahaan besar
Rekam jejak P.W Hofland diketahui dimulai dari pendirian perusahaan besar bernama Pamanoekan and Tjiasem Landen (P & T Landen).
Sebelumnya perusahaan itu sudah dikelola oleh warga Inggris pada 1812, yang kemudian diteruskan oleh keluarga Hofland dan dilanjutkan olehnya sampai titik kesuksesan.
P & T Landen bergerak di bidang perkebunan dan pertanian, dengan luas lahan yang membentang dari pesisir utara sampai selatan berjarak puluhan kilometer. Informasi ini sebelumnya dimuat dalam artikel yang ditulis oleh Pian Sopianna, dkk dari Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Menghasilkan produk teh, kopi hingga kina yang berkualitas
Berdirinya P & T Landen yang dikelola P.W Hofland rupanya perlahan mengangkat nama Kabupaten Subang dengan hasil pertaniannya. Produk unggul tersebut berupa kopi, teh hingga kina yang kebunnya luas.
Sebelum ada perusahaan tersebut, Subang merupakan daerah yang kontraproduktif. Ini terlihat dari minimnya produk unggulan di sana yang saat itu hanya berupa beras, kelapa dan kopi.
P.W Hofland sendiri resmi menjadi pemilik tunggal dari P & T Landen pada 1858, dengan mengembangkan pertanian yang lebih profesional.
Menyejahterakan masyarakat Subang
Sebagai orang asing, P.W Hofland juga menjalankan peran imperialisme ala Eropa. Namun yang menarik, ia melakukan hal tersebut secara humanis.
Para karyawan yang bekerja di pabriknya, benar-benar diperhatikan. Ia memberi gaji yang layak, termasuk memberikan bonus terhadap pekerja yang menuai prestasi.
Ini turut memicu semangat bekerja, hingga usahanya di perkebunan dan pertanian P & T Landen semakin mendulang untung besar di Hindia Belanda.
Bangun infrastruktur hingga sekolah
P.W Hofland juga memperhatikan kondisi lingkungan dan masyarakat di sekitar kebun sampai pabriknya. Ia membangun jalanan, termasuk instalasi listrik lewat PLTA di wilayah Subang.
PLTA tersebut sebenarnya untuk kebutuhan listrik perkebunan dan pabrik, namun ia paralelkan untuk kebutuhan fasilitas umum, salah satunya jalan.
Selain itu, P.W Holfland juga membangun fasilitas sekolah desa bagi anak-anak dari para buruh perkebunan dan pabrik. Hal ini agar anak-anak para pekerja bisa mendapat akses pendidikan yang layak.
Dekat dengan warga setempat
Berkat dedikasinya terhadap masyarakat di sana, Hofland bisa dekat dan membaur dengan warga, utamanya yang tinggal dan bekerja di wilayah perkebunan.
Hofland mencoba memecah batas yang biasa terjadi antara pribumi dengan kaum Eropa, dengan turut memenuhi kebutuhan lingkungan sosial di sana. Pada tahun 1872, Ia tutup usia yang membuat para pekerja dan warga setempat merasa kehilangan sosok Hofland.
Pasca meninggalnya Hofland, aset perkebunan serta pabrik diserahkan ke keturunannya. Untuk mengenang sosoknya, dibangunkan sebuah makam yang megah di wilayah Sukamaju yang kini menjadi area pemakaman Kristen Subang.