Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

5 Fakta Tradisi Lopis Raksasa, Pemersatu Warga Pekalongan di Bulan Syawal

5 Fakta Tradisi Lopis Raksasa, Pemersatu Warga Pekalongan di Bulan Syawal Tradisi Lopis Raksasa. ©Pekalongankota.go.id

Merdeka.com - Tiap daerah punya tradisinya masing-masing dalam merayakan syawalan. Di beberapa tempat, makanan menjadi simbol perayaan itu. salah satunya di Pekalongan. Masyarakat di sana mengenalnya dengan tradisi lopis raksasa.

Tradisi Lopis Raksasa dilaksanakan setiap tanggal 8 Syawal. Bagi masyarakat Krapyak, Pekalongan, tradisi Lopis Raksasa telah diselenggarakan secara turun temurun dalam waktu yang lama. Para wisatawan yang kebetulan berkunjung pada hari perayaan ini bisa menyaksikan jalannya upacara yang unik dan menarik.

Dalam tradisi ini, ada makanan bernama Lopis Raksasa yang tingginya mencapai 2 meter dan beratnya mencapai 1 kuintal. Makanan itu kemudian menjadi rebutan. Selanjutnya, mereka lopis itu bersama dalam suasana kekeluargaan.

Sejarah Tradisi Lopis Raksasa

tradisi lopis raksasa

©Pekalongankota.go.id

Tradisi Lopis Raksasa telah berlangsung selama lebih dari satu abad, tepatnya pada tahun 1855 M. Orang pertama yang menggelar tradisi ini adalah KH Abdullah Sirodj yang merupakan keturunan dari Kyai Bahu Rekso.

Pada awal mulanya, tradisi ini diadakan guna melakukan hari raya kembali pada tanggal 8 Syawal setelah mereka menjalankan puasa 6 hari di bulan tersebut. Karena puasa 6 hari itu, para warga di Krapyak tidak menerima kunjungan tamu pada tanggal 2-7 Syawal. Para tamu kemudian diperkenankan berbondong-bondong datang pada tanggal 8 Syawal untuk bersama ikut merayakan tradisi Lopis Raksasa ini.

Makna Filosofis Lopis Raksasa

tradisi lopis raksasa

©Pekalongankota.go.id

Lopis sendiri merupakan makanan asli Krapyak yang bahan bakunya adalah ketan, yang memiliki daya rekat yang kuat apabila dimasak dengan benar. Dilansir dari Pekalongankota.go.id, lopis mengandung suatu nilai filosofis tentang persatuan dan kesatuan seperti tertuang dalam sila ketiga Pancasila.

Dalam pengemasannya, Lopis Raksasa itu dibungkus dengan daun pisang, diikat dengan tambang, dan kemudian direbus selama empat hari tiga malam, sehingga membuat butiran ketan itu merekat kuat dan tidak tercerai berai.

Sementara itu pemilihan daun pisang sebagai pembungkus juga ada maknanya. Ia dinilai sebagai simbol perjuangan karena tak mau mati sebelum berbuah dan beranak yang banyak. Dengan kata lain, dia tak mau mati sebelum berjasa dan meninggalkan generasi penerus sebagai penyambung estafet perjuangan.

Pembuatannya Butuh Proses yang Lama

tradisi lopis raksasa

©Pekalongankota.go.id

Proses pembuatan Lopis Raksasa membutuhkan waktu selama empat hari tiga malam. Dalam proses itu dibutuhkan anggaran paling tidak sebanyak Rp. 30 juta yang dananya berasal dari Pemerintah Kota sebanyak Rp 24 Juta dan sisanya menjadi swadaya warga. Selain itu dalam pembuatannya, dibutuhkan kejelian yang tinggi.

“Proses memasak Lopis Raksasa ini yang paling sulit adalah mengontrol api agar tetap stabil. Api tidak boleh terlalu besar dan terlalu kecil karena jika tidak begitu maka uap air yang dihasilkan akan surut sehingga proses penguapan dan ukurannya tidak sesuai dengan yang diharapkan,” ujar Koordinator Panitia Syawalan Desa Krapyak, Muhammad Fahrudin dikutip dari ANTARA, Selasa (19/5).

Prosesi Acara

tradisi lopis raksasa

©Pekalongankota.go.id

Pembuatan Lopis Raksasa ini dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahmi antara masyarakat Krapyak dan masyarakat lain di daerah sekitarnya.

Sebelum lopis dijadikan rebutan warga, terlebih dahulu diadakan do’a bersama yang dipimpin sesepuh desa. Setelah itu barulah lopis tersebut dipotong oleh Wali Kota Pekalongan dan kemudian dibagikan kepada para hadirin.

Dilansir dari Pekalongankota.go.id, para pengunjung biasanya berebut untuk mendapatkan lopis tersebut guna memperoleh berkah. Jumlah pengunjung yang hadir dalam tradisi itu biasanya mencapai ribuan orang.

Pesta Rakyat

tradisi lopis raksasa

©Pekalongankota.go.id

Selain berebut Lopis Raksasa, masyarakat sekitar biasanya juga mengadakan kegiatan hiburan lain seperti pentas seni, lomba menghias kampung, dan berbagai kegiatan lainnya. Pada perayaan itu, langit Kota Pekalongan biasanya akan dipenuhi balon-balon berukuran besar yang di dalamnya telah diisi petasan.

Namun seiring waktu kegiatan penerbangan balon itu dilarang pemerintah karena bisa mengganggu dan membahayakan penerbangan pesawat serta bisa membakar bangunan apabila balon itu jatuh ke atap rumah dengan api yang masih menyala. (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah Tradisi Syawalan di Pantura Jawa
Sejarah Tradisi Syawalan di Pantura Jawa

Tradisi syawalan di Pulau Jawa telah berlangsung lintas generasi.

Baca Selengkapnya
Uniknya Cara Warga Cirebon Sambut Malam Takbiran, Arak Patung Raksasa Berhiaskan Lampu dan Bendera
Uniknya Cara Warga Cirebon Sambut Malam Takbiran, Arak Patung Raksasa Berhiaskan Lampu dan Bendera

Tradisi ini menarik, karena karakter yang diarak merupakan hewan raksasa dan diiringi lampion serta obor bersama gema takbir

Baca Selengkapnya
Melihat Tradisi Unik Sambut Lebaran di Indonesia, Masak Bareng hingga
Melihat Tradisi Unik Sambut Lebaran di Indonesia, Masak Bareng hingga "Perang Meriam"

Setiap wilayah di Indonesia punya caranya masing-masing dalam menyambut Hari Lebaran

Baca Selengkapnya
Tradisi Kupatan Jolosutro Asal Bantul Diakui Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Ini Keunikannya
Tradisi Kupatan Jolosutro Asal Bantul Diakui Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Ini Keunikannya

Kupatan Jolosutro merupakan tradisi yang telah berlangsung lama di daerah Piyungan, Bantul..

Baca Selengkapnya
Meriah tapi Sakral, Begini Potret Warga Banyuwangi Gelar Kenduri Massal di Sepanjang Jalan Kampung
Meriah tapi Sakral, Begini Potret Warga Banyuwangi Gelar Kenduri Massal di Sepanjang Jalan Kampung

Tradisi ini dilakukan turun-temurun karena dianggap membawa keberkahan

Baca Selengkapnya
Gelar Songo, Ritual Bersih Desa Warga Desa Glagah Banyuwangi
Gelar Songo, Ritual Bersih Desa Warga Desa Glagah Banyuwangi

Ratusan warga setempat menggelar kenduri desa dengan menghadirkan 9 jenis tumpeng.

Baca Selengkapnya
Serunya Tradisi Rumpak-rumpakan dari Palembang, Kunjungi Rumah Tetangga saat Lebaran sambil Diiringi Rebana
Serunya Tradisi Rumpak-rumpakan dari Palembang, Kunjungi Rumah Tetangga saat Lebaran sambil Diiringi Rebana

Tradisi ini juga dibarengi dengan sajian kuliner khas Palembang, seperti tekwan hingga aneka macam kue yang disajikan oleh tuan rumah.

Baca Selengkapnya
Festival Lom Plai dan Cara Kutai Timur Pertahankan Budaya dengan Memperkuat Kearifan Lokal
Festival Lom Plai dan Cara Kutai Timur Pertahankan Budaya dengan Memperkuat Kearifan Lokal

Sebagai tanah penuh keajaiban, Kabupaten Kutai Timur tak hanya kaya akan Sumber Daya Alam.

Baca Selengkapnya
Ngumbai Lawok, Cara Masyarakat Pesisir Lampung Ungkapkan Rasa Syukur Kepada Penguasa Laut
Ngumbai Lawok, Cara Masyarakat Pesisir Lampung Ungkapkan Rasa Syukur Kepada Penguasa Laut

Sebuah ritual pembersihan laut oleh masyarakat pesisir ini hampir serupa dengan yang ada di Pulau Jawa.

Baca Selengkapnya
Merawat Tradisi Lebaran di Penjuru Indonesia
Merawat Tradisi Lebaran di Penjuru Indonesia

Tradisi Lebaran bukan cuma soal mudik dan makan ketupat. Di berbagai daerah banyak sekali tradisi dilakukan secara turun temurun dan hanya ada saat Lebaran.

Baca Selengkapnya
Serunya Nyawalan Kampung Khas Lebaran di Ciamis, Hadirkan Kuda Lumping sampai Reog Sunda
Serunya Nyawalan Kampung Khas Lebaran di Ciamis, Hadirkan Kuda Lumping sampai Reog Sunda

Nyawalan jadi ajang silaturahmi sekaligus melestarikan tradisi nenek moyang di Ciamis.

Baca Selengkapnya
Keseruan Warga Bonokeling Rayakan Perlon Besar, Pertahankan Tradisi Adat Jawa Kuno
Keseruan Warga Bonokeling Rayakan Perlon Besar, Pertahankan Tradisi Adat Jawa Kuno

Suasana guyub rukun terasa saat masyarakat Bonokeling merayakan perlon besar.

Baca Selengkapnya